01 : That Day

117K 4.6K 70
                                    

            SUASANA koridor lantai dua tampak ramai di mataku, banyak sekali anak – anak yang bercanda dan tertawa – tawa. Anak laki – laki berbicara tentang serunya pertandingan bola kemarin sedangkan anak perempuan mengggosip tentang si itu yang baru beli tas baru, si itu orangnya sangat sombong, si itu orangnya jutek dan lebih banyak lagi sehingga gendang telingaku sakit.

“kupikir sekarang saatnya.” Kataku sambil tersenyum kepada kedua sepupuku yang terpaku.

“ayolah Ress... jangan.” Tentang Daniel. Dia menyenderkan dirinya di lockerku.

“sudahlah Dan, ikuti kata Teressa saja.” Sahut Daniella, membuang plastik bekas spaghetti.

“betul kata Daniella, ayo mana kantong plastiknya, Dan? Sedikit lagi bel masuk.” Kataku.

“ini.” Kata Daniel.

Dengan terpaksa, Daniel menyerahkan kantong plastik hitam yang ia selalu jinjing sedari tadi dengan tangan gemetar. Celah terbuka sedikit saat aku dengan perlahan membuka kantong plastik itu.

“masih hidup!” pekikku kegirangan.

Daniel dan Daniella berusaha mencoba untuk melihat dari celah itu, tapi langsung kututup dengan segera.

“nanti terbang.” Kataku sambil nyengir.

Setelah aku berbicara seperti itu, tiba – tiba saja suara – suara berisik di sekitarku terdiam, mereka berbisik – bisik sambil merapatkan diri sendiri ke tembok. Aku mendongakkan kepalaku dan aku melihat kelompok Angel’s tersebut berjalan, menghampiriku. Betapa senangnya aku tak perlu repot – repot mencarinya, aku menyerahkan kantong plastik hitam ke Daniella dan sepertinya ia tahu maksudku karena ia mengangguk – anggukan kepalanya, lalu berjalan menjauhiku sampai 5 meter diikuti Daniel. Kulihat mereka berbisik sebentar, lalu menyeringai ke arahku sambil mengedipkan sebelah mata kanan masing – masing secara bersamaan. Huh kembar identik. Secara tiba – tiba Angelynn menggebrak locker yang berada ‘tepat’ di samping kepalaku dengan tangan mungilnya yang berkekuatan cukup besar karena gebrakannya itu cukup... keras, membuatku terlonjak.

“urusan kita belum selesai.” Desisnya.

Aku berusaha untuk rileks karena aku dikepung oleh 9 gadis menyeramkan ini, aku melihat ke arah Daniel dan Daniella yang mendekati Angel’s dengan mengendap – endap. Semua mata kini tertuju padaku dan 9 Angel’s, terdiam, sama sekali tidak bergerak dalam posisi mereka masing – masing. Aku mendengus, terdengar gema saat aku melakukannya, yah karena hampir semua orang terdiam seperti patung sekarang.

“urusan yang mana, maaf?” Tanyaku dengan gaya yang meremehkan.

“apa kau pura – pura bodoh?!” Dia kembali bertanya, nadanya naik satu oktaf.

“tidak.” Jawabku singkat.

Aku melihat ke arah Daniel dan Daniella lagi, mereka berhasil memasukkan satu dari ke sembilan sesuatu yang kami simpan di kantong plastik itu ke dalam belakang kemeja yang digunakan salah satu Angel’s yang tak kukenal namanya, sepertinya Angel’s tersebut terlalu focus ke arah ku karena tidak menyadari sudah dimasuki... ‘sesuatu’. (Oh aku mulai memanggil mereka dengan sebutan Angel’s juga seperti yang lain, oke aku ganti namanya menjadi ‘gadis make – up menor’)

“apa kau tidak ingin meminta maaf kepada Ciera karena kau sudah mempermalukannya?” Tanya Angelynn lagi.

Duh, ini anak cari ribut ya. Pikirku kesal, aku mendengus kembali.

“tidak.” Jawabku.

Dua gadis make – up menor sudah dimasuki sesuatu di belakang kemejanya oleh Daniella yang menahan tawa.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang