Bagian 13

14.9K 1.9K 49
                                    

-

Kedua lelaki itu masih setia berada di kediamaan Mansion Duke, setelah pembicaraan mereka tentang Kakek tua berjenggot yang banyak masalah sampai Ia matipun malah menerbitkan murid yang menyebabkan masalah juga. Callista membuka obrolan baru demi mengalihkan pembicaraan mereka yang sebelumnya. Karena jika tetap di lanjutkan, kemungkinan kamar Calli akan terbakar oleh sihir api Felix. Lelaki itu terlihat sangat marah jika mengingat Kakek tua berjenggot tersebut.

"Tuan Gabriel, bisakah kau meracik ramuan kebal racun tadi?" ucapnya. Gabriel tampak berpikir dahulu sebelum menjawab karena membuat ramuan kebal racun juga butuh waktu dan konsentrasi yang tinggi. "Baiklah, tapi kemungkinan akan jadi besok Lusa." sahutnya. Callista mengangguk sebagai tanda paham,

"Kau bisa membuat ramuan seperti itu?" tanya tiba-tiba Felix.

Gabriel malas menjawab pertanyaan itu tapi mau tak mau harus dijawab, "Tentu saja aku sangat suka bereksperimen dengan tanaman obat apalagi hanya meracik ramuan itu, sudah seperti pekerjaanku." jawabnya sombong.

"Kau berarti punya tumbuhan kristal ungu?" selidik Felix.

"Tentu saja, tumbuhan kristal ungu itu sangat banyak diruang rahasia ku. kenapa kau terkena sihir?" balik tanya Gabriel, seketika wajah Felix berubah marah. "Kau—kenapa kau tidak memberitahuku dari awal!! atau bisa kau jual ke Istana ku. Aku sangat membutuhkannya sedari dulu?!" teriaknya sembari menarik jubah yang digunakan Gabriel.

Gabriel hanya melongo tak mengerti maksud Kaisar yang dihadapannya ini, Ia salah apa? Ada apa ini? Kenapa jubahnya ditarik begini?

Callista segera menderai keduanya, "Tenang Baginda, Tuan Gabriel tidak tau masalah ini."

Gabriel yang kesal juga menepis tangan Felix yang sedari tadi menarik jubahnya, "Kau jangan seenaknya menarik jubahku." ucapnya dingin.

Felix meminta maaf pada Gabriel, Ia sudah masuk ke mode normal alias baru sadar jika memang penyakit sihir es yang Ia miliki hanya orang terdekatnyalah yang tau. "Maaf, aku lupa. Dulu aku terkena sihir es di jantungku, tapi sekarang sudah sembuh berkat Callista." katanya tersenyum melihat Callista.

"Tidak juga Yang Mulia, aku mendapatkan tumbuhan itu juga dari Tuan Gabriel." Callista membenarkan perkataan Felix, takut terjadi kesalahpahaman ya mau bagaimana pun tumbuhan itu Ia minta dari Gabriel.

Suasana menjadi hening seketika, hanya hembusan angin malam yang masuk ke kamar. Namun tiba-tiba suasana hening itu berubah menjadi heboh saat Felix mendapat panggilan dari bola sihir yang Ia bawa.
"Yang Mulia, segeralah kembali monster dari hutan kegelapan merusak segel perbatasan Yang Mulia." ucap Seth panik.

Dengan cepat setelah mendengar ucapan Seth, Felix izin kepada Calli untuk segera kembali ke Istananya. Terlihat jelas wajah tampan itu panik. Ya bagaimana tidak panik jika saja monster itu bisa masuk ke Wintergrent akan sangat bahaya bagi rakyat disana.

Secepat kedipan mata, Felix langsung berteleportasi ke Istananya. Sekarang hanya tertinggal Gabriel dan Callista disana.

"Eee..  Tuan Gabriel kenapa tidak membantu Yang Mulia ke Wintergrent?" tanya ragu-ragunya takut si yang ditanya tidak suka.

"Buat apa? Ia saja sudah sangat cukup. Kekuatannya diatasku juga pasti bisa langsung menghabisi monster lemah itu—" ucapnya sebelum sadar jika Ia mengakui kekuatan Felix, "Eee.. Maksudku hanya berada sedikit diatasku.. Iya sedikit saja." sambungnya diakhiri ketawa kecil.

"Ohh, kupikir kalian cukup dekat."

Gabriel berdecih, mana mungkin Ia dekat dengan rivalnya? Ya walau terkadang pikiran mereka suka sama. "Tidak?! Sampai kapanpun aku tidak mau." katanya sembari memalingkan wajah.

The Protagonist Villain (Terbit dan sudah TEREVISI di E-book)  ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang