Sometimes, You Have To Feel Pain

228 30 0
                                    

[DISARANKAN SAMBIL MENDENGARKAN APOCALYPSE-CIGARETTES AFTER SEX]

"Itu kalau kau tidak menerimanya dan ingin menentang," ucap Seijuro. Kei mengangguk. Berpikir jernih disaat seperti ini, mustahil baginya. Seijuro mengulurkan tangannya, memberi secarik kertas kepada Kei.

Alamat sebuah rumah sakit yang ditulis dengan tinta merah. "Kalau ingin datang berkunjung." Kei menerima kertas itu dan melipatnya. "Beri tahu juga pada Endo Yumi," tambahnya. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor untuk keluar.

Kemudian, Seijuro pergi tanpa pamit. Di sekolah hanya tersisa beberapa siswa siswi, yang kemungkinan masih punya urusan. Kalau dia bisa merayakan kenaikkan kelas dengan [Name], kalau dia tidak mengalami ini.. Hei, Tuhan punya banyak rencana untuk mengabulkan dan menggagalkan usaha setiap manusia.

Mengingat Jepang adalah negara yang tidak begitu beriman, itu ditepis kuat-kuat oleh Kei. [Name] datang, lalu pergi. Dan sekarang apa? Batinnya.

Kei membuka lipatan kertas yang diberikan Seijuro. Ia mengutuk alamat sialan itu.

[ tsukishima ]
[ /foto alamat yang diberi Seijuro ]
[ ini alamat tempat [Name] dirawat ]

Ia mengirim alamat sesuai perintah Seijuro. Angin berhembus pelan menggiring bunga sakura jatuh ke tanah. Kei banyak menjumpai anak sekolahan yang tampaknya sehabis pulang dari pembagian rapot. Tampak ceria.

Sambil berlari, mereka tersenyum lebar saling melempar candaan. Hingga mereka melewati Kei. Kenapa ia tidak merasakan kebahagiaannya?

Selama ini, apa ia melakukan kesalahan yang begitu besar?

Ini bukan saatnya bertanya-tanya 'apa salahku?' 'apa yang membuatku seperti ini?'
'kenapa nasibku begitu miris?', ini bukan saatnya merutuki nasib.

Tangan Kei membuka pagar rumahnya, lalu menutupnya kembali setelah ia memasuki area rumahnya. Laki-laki bersuari blonde itu membuka pintu rumahnya. "Kei-kun, bagaimana rapotnya?" tanya sang ibu.

Tanpa aba-aba ia menyerahkan rapotnya. Tidak ada nilai yang jelek, semua nilainya diatas kkm. Dibukanya rapot itu oleh ibunya. Akiteru, sang kakak yang kebetulan lewat, langsung nimbrung. Kei membuka sepatunya dalam diam, tidak memberi komentar apa pun tentang hal yang dilontarkan ibu dan kakaknya.

"Teman-temanmu datang semuanya, Kei? Tadashi? Yachi? Atau Kageyama dan Hinata? [Name] juga, mereka semua datang?"

Orang yang ditanya terdiam. "Semua datang, kecuali [Name], katanya sakit," jawabnya. "[Name] yang waktu itu kasih kue? Ngomong-ngomong, dia sakit apa?" tanya Akiteru. "Demam biasa." Kebohongan meluncur keluar mulut Kei. Lagipula mana bisa ia bilang [Name] dirawat di rumah sakit gara-gara Encephalitis Lethargica.

"Anak yang terkesan hiperaktif biasanya memang mudah terkena demam, ya!"

Kalimat itu terkesan ingin melunakkan suasana. Mungkin ada benarnya juga. "Aku ke atas dulu," ucapnya lalu pergi meninggalkan kedua orang itu. Langkah kakinya berhenti begitu ia menutup pintu kamarnya.

Sudah ia putuskan, besok pergi ketempat [Name] dirawat.

Disisi lain,

Pintu bangsal yang ditempati [Name] diketuk beberapa kali lalu dibuka, menampilkan sosok Seijuro. [Name] yang tengah berbaring langsung berusaha duduk begitu Seijuro mendekat ke ranjang [Name].

My Melody [Tsukishima Kei X Reader]Where stories live. Discover now