You 7

134 23 11
                                    

12 Mei 2020

Selamat membaca dan bahagia

Mita ^^,


Senyum tidak juga luntur dari wajahku. Teringat hari ini adalah hari sabtu atau malam minggu yang biasa kita sebut sebagai wakuncar (waktu kunjung pacar). Malam keramat bagi para jomblo kesepian sepertiku. Tapi tenang saja, malam minggu kali ini aku tidak akan sendiri. Aaahh ... ingin rasanya berteriak dan melompat-lompat kegirangan. Nasibku sudah tidak akan seperti jomblo kesepian lagi, karena malam-malam mingguku tidak akan sepi lagi. Akan ada Dodo yang siap mengapeli. Yihaaa ....

Alhamdulillah ... akhirnya doa wanita jomblo ini dikabulkan. Hubunganku dan Dodo benar-benar mengalami perkembangan yang sangat pesat. Yah ... meskipun sama sekali belum ada pernyataan cinta dalam bentuk apa pun dari Dodo, tapi boleh dong aku geer kalau hubungan kami akan menjadi lebih jelas dan terarah seperti yang kuharapkan. Karena perlu diingat lagi, pria yang akan mengapeliku adalah Dodo. Dodo loh ini ... yakali berani mengapel sekarang nantinya berarti berani memacariku. Amin.

Pacar Dodo. Duuuhh ... aku benar-benar tidak sabar menanti hingga label itu tersemat padaku. Sepertinya akan lebih asyik menggodanya saat dia sudah resmi menjadi pacarku. Pacaran satu kantor. Nantinya kami akan pulang pergi kantor bersama, makan di kantin bersama, atau bertatap-tatapan saat tidak sengaja bertemu di koridor kantor. Aih ... membayangkannya saja membuatku tersenyum senang seperti orang gila begini.

Masih tersenyum, kutengok kantong kresek yang berada di tanganku saat ini. Berisi beberapa camilan yang sengaja kubeli untuk menemaniku dan Dodo nanti saat dia ke rumah. Memang belum ada rencana pasti nantinya kami akan keluar berdua atau hanya duduk-duduk bersama di rumah, tapi paling tidak kusiapkan saja, siapa tahu Dodo ingin di rumah saja mengobrol berdua.

Dengan langkah yang sangat ringan, aku berjalan menuju ke rumah. Jarak dari rumah ke minimarket tidak terlalu jauh, sehingga aku sengaja berjalan kaki ke sana tadi. Hitung-hitung olah raga sore hari. Aku juga sudah titip pesan ke bunda seandainya saat aku masih di minimarket dan Dodo datang, suruh saja dia duduk dulu.

Tapi ... entah kenapa rasanya ada yang mengganjal. Seandainya Dodo sudah datang dan ditemani oleh bunda, bagaimana kalau bunda kepo? Dan bertanya yang tidak-tidak pada Dodo? Oh, tidak bisa dibiarkan! Jangan sampai nanti Dodo illfeel padaku karena kekepoan bunda yang kadang menyebalkan. Belum juga jadi pacar, masa iya mau gagal juga rencanaku?

Tanpa sadar kupercepat langkahku menuju rumah. Setelah kira-kira lima puluh meter dari rumah, langkahku tiba-tiba saja terhenti. Bingung melihat pemandangan di depan rumah. Tepat di depan rumah, berbaris dua mobil yang tidak kukenali. Dan sekilas terlihat di depan pintu masuk rumah ada dua orang berdiri. Ramai.

Bunda atau ayah ada tamu? Tumben sekali ada tamu sebanyak ini bunda tidak menceritakannya padaku. Lagipula ini kan malam minggu dan waktunya Dodo mengapel. Kenapa sih tamu mereka justru datang hari ini? Duh, sepertinya memang aku dan Dodo harus menikmati malam minggu di luar. Tidak mungkin kan kami pedekate dalam suasana rumah yang ramai dan penuh tamu seperti ini.

Ck, bunda juga kenapa tidak bilang akan ada banyak tamu begini. Kan aku bisa membeli camilan lebih banyak. Tamu sebanyak itu tidak mungkin kan cuma disuguhi satu kantong kuaci dan satu bungkus wafer.

Ah sudahlah, lebih baik aku masuk dulu. Bunda pasti kerepotan menyiapkan minuman untuk tamu-tamu tersebut. Jadi lebih baik aku membantunya. Masalah camilan kalau memang kurang, aku bisa membelinya lagi ke minimarket. Tapi ngomong-ngomong ... aku harus masuk lewat pintu depan karena pintu belakang selalu terkunci—kecuali ada kepentingan menggunakannya. Mau tidak mau aku harus melewati para tamu. Duh ....

Kuamati penampilanku yang seadanya dengan celana jins panjang—tanpa lubang atau sobekan—dan kaos bertuliskan “I love Yogyakarta”. Kurasa tidak ada masalah. Masih termasuk sopan, kan? Ck, sudahlah. Yang penting aku hanya perlu masuk dengan penuh percaya diri melewati tamu-tamu untuk masuk ke dalam rumah.

Dengan sebelumnya tersenyum pada dua orang yang berdiri di depan pintu, aku berjalan menuju ke arah pintu dengan sedikit membungkukkan badan demi sopan santun. Serta tersenyum kepada beberapa tamu yang sudah duduk di dalam ruang tamu, sembari sibuk berucap, “permisi,” saat tatapan mataku tertuju pada seseorang yang aku kenal. Refleks aku melongo melihatnya yang sedang tersenyum malu-malu menatapku. Dodo? Sedang apa dia berada di antara tamu ayah dan bunda?

“Mbak ... sini kamu!” Tiba-tiba saja aku yang terlalu terkejut mendapati Dodo di ruang tamu, ditarik untuk duduk di antara ayah dan bunda.

Masih dalam keadaan bingung dan sedikit linglung aku menunjuk pada Dodo, “Loh, udah dateng? Tapi kenapa ....”

Belum selesai aku berkata saat bunda meremas tanganku, sebuah tanda bagiku untuk diam. Tapi aku masih belum ingin diam, aku masih harus bertanya, kenapa Dodo ada di tengah-tengah tamu? Remasan tangan bunda yang semakin kuat mau tidak mau memaksaku untuk diam, membatalkan semua pertanyaan yang ingin kukeluarkan. Dan kurasa memang lebih baik aku diam. Karena setelah aku terdiam, terlihat pria yang duduk di sebelah Dodo bersiap untuk mengatakan sesuatu.

“Begini ... perkenalkan saya Sambudi, Paman dari Dodo, di sini berlaku sebagai wakil dari keluarga. Sebelumnya mewakili keluarga saya memohon maaf atas kedatangan kami yang mendadak ini. Dan terima kasih sekali keluarga Nak Renata telah menyambut keluarga kami dengan tangan terbuka.” Paman Dodo? Wakil keluarga? Hah? Jadi semua tamu ini bukan tamu ayah dan bunda? Tapi tamuku?

Duh, Dodo ... kenapa juga dia mengapel mengajak keluarganya begini? Ya, aku tahu kalau dia mungkin belum pernah mengapeli cewek, tapi masa iya dia sama sekali tidak tahu tentang adab mengapel yang baik dan benar. Aku akui kalau dia sangatlah polos, tetapi bukan dengan membawa keluarganya juga sih di acara mengapelnya yang pertama. Kecuali kalau dia berniat ....

Tiba-tiba saja otakku terasa penuh memikirkan semua ini. Tidak mungkin kan Dodo memiliki niat seperti apa yang kupikirkan? Tidak mungkin dia bermaksud .... Ah, jelas itu tidak mungkin. Kami baru saja kenal dan hubungan kami bisa dibilang masih baru, dia pun belum menyatakan perasaannya alias menembakku. Jadi jelas tidak mungkin!

“Jadi langsung saja ya .... Kedatangan kami sekeluarga hari ini kemari dengan niat, ingin menanyakan kesediaan Nak Renata?” lanjut Paman Dodo yang kini menatapku dengan serius.

“Ya ... saya?!” tanyaku bingung. Kurasakan remasan tangan bunda semakin kuat membuatku refleks membalas remasan tangannya.

“Saya, mewakili Jo dan keluarga, bermaksud mengajukan lamaran pada Nak Renata atas nama Jo. Bersediakah Nak Renata menerima Jo?” Kalian tahu kenapa ada efek suara guruh saat tokoh dalam sinetron mendengar atau mengalami sesuatu yang mengejutkan? Kurasa karena suara guruh benar-benar menggelegar saat ini.

Dodo melamarku? Maksudnya berkata malam minggu main ke rumah adalah untuk melamarku? Bukan mengapeliku?

Duh Gusti, sebenarnya apa yang telah kulakukan? Kenapa perkenalanku dengan Dodo berujung dengan lamaran kilat ini?

DORENA (Dodo dan Renata)Where stories live. Discover now