You 6

341 46 16
                                    

3 Mei 2018

Selamat membaca dan bahagia...

Mita ^^,


Jam yang tertera di sudut kanan bawah komputer menunjukkan pukul 17.08 WIB, sudah waktunya untuk pulang. Tanpa menunggu lama, aku segera menyimpan file-file yang sedang aku kerjakan dan mematikan komputer. Membereskan barang-barang yang masih berserakan di meja, saat tiba-tiba kurasakan kehadiran seseorang di samping kubikelku. Kulirik sekilas dan kudapati Linda yang menatapku dengan wajah cemberutnya.

"Waktunya pulang kok malah cemberut?" tanyaku menatap sekilas ke arahnya sebelum mulai mengabsen barang-barang pribadi yang ada di dalam tas. Handphone, flashdisk, dan dompet sudah ada di dalam tas. Oke, tidak ada yang tertinggal.

Menyadari Linda diam saja, sama sekali tidak menjawab pertanyaanku-yang kuanggap aneh. Berbalik, kuamati lekat wajah cemberut Linda yang membuatku mengerutkan kening. Dan semakin bingung saat kuamati matanya yang kini menatapku menilai dan terlihat curiga.

"Kenapa sih, Lin?" tanyaku penasaran melihat Linda yang tidak seperti biasanya. Hingga tiba-tiba aku teringat kalau sore ini Linda ada kencan dengan teman satu SMA-nya dulu setelah proses pedekate beberapa hari kemarin. Bahkan Linda sudah menyebut pria itu sebagai calon pacarnya. Jangan-jangan pria itu sudah membatalkan rencana mereka secara mendadak?

"Bukannya tadi bilang ada janji sama calon pacar. Nggak jadikah?" tambahku lagi hati-hati.

Teringat lagi kebahagiaan Linda saat menceritakan tentang rencananya sore ini dan segala hal yang telah disiapkannya, aku bisa memaklumi kekesalan yang pasti dia rasakan saat tahu semuanya gagal. Sebagai teman yang baik sebisa mungkin aku pasti akan menghiburnya, berusaha menghilangkan semua kekesalannya dan menggantinya dengan tawa. Serahkan saja semuanya padaku, Aulia Renata!

Segera kupasang senyum paling menenangkan yang bisa dibentuk oleh bibirku. Kukedipkan mata beberapa kali dengan penuh kepolosan berpura-pura tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Tanganku meraih kedua tangan Linda dan menggenggamnya erat bersiap menerima apa pun curahan hati yang akan dia ceritakan. Misi menghibur Linda dimulai!

"Beneran ya, nggak jadi?" tanyaku penuh keprihatinan.

Namun kalimat yang kemudian Linda ucapkan sama sekali tidak kuprediksi. Ekspresi marah dan dikhianati saat mengucapkannya membuatku perlahan melepaskan genggaman tanganku padanya.

"Kamu bohong sama aku!"

HAH? Aku? Bohong?

Tunggu ... tunggu ... sepertinya ada yang salah. Menatapnya penuh tanya otakku tiba-tiba tidak dapat menjangkau apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku ... apa?" tanyaku tak percaya juga bingung.

"Kamu bohong sama aku." Ulang Linda terlihat semakin kesal.

Aku bohong? Apa? Kapan? Di mana? Kalau memang aku bohong kenapa aku sama sekali tidak mengingatnya?

"Aku bohong apa?" tanyaku pasrah karena sama sekali tidak bisa mengingat atau memikirkan kebohongan apa yang mungkin kubuat.

"Setiap kutanya tentang Dodo kamu selalu bilang kalau nggak ada hubungan apa pun sama dia. Tapi kamu bohong kan? Aku tahu kamu bohong," ucap Linda dengan penuh keyakinan, "entah kamu anggep aku ini apa sampai kamu nggak mau cerita yang sebenarnya. Katanya sahabat, tapi nyatanya ...."

Melongo. Hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Oke, sejak kapan Linda menjadi drama queen begini? Dan apa tadi katanya? Aku berbohong tentang hubunganku dengan Dodo? Astaga! Memang aku tidak ada hubungan apa pun dengan Dodo. Ugh, ralat! Belum ada hubungan apa pun dengannya karena aku yakin nantinya kami akan ada hubungan.

DORENA (Dodo dan Renata)Where stories live. Discover now