You 2

395 59 14
                                    

Hari ini saya lagi bahagia, jadi berhasil nulis lagi satu part Renata - Dodo. Lumayan buat bacaan habis malem mingguan yah. #nyengir
Jadi, silahkan dibaca Dodonya. Makasih buat yang kemarin udah vote dan komen. Saya seneng banget mosok baca-baca komennya.
Selalu ditunggu vote dan komennya. Kritik dan sarannya juga. Happy reading epribadeh.

Mita^^

********************************************

Keadaan kantin siang ini masih belum terlalu ramai. Memang tadi aku sengaja turun lebih cepat dari biasanya demi misi penting yang harus segera dilaksanakan. Untung juga Linda sedang mengalami dismenore akut sehingga lebih memilih tetap berada di atas daripada harus naik turun lima lantai. Tanpa gangguan dari Linda, pasti aku bisa lebih memuluskan jalannya rencana yang sudah terpikirkan sejak kemarin.



Mengamati keadaan kantin, mataku segera tertuju ke bangku yang bisa kutebak akan diduduki oleh Dodo. Mungkin aku terlalu percaya diri atau apa, tapi entah bagaimana aku bisa yakin kalau Dodo akan duduk di bangku itu, tempat di mana-sepertinya-dia selalu duduk di sana selama ini. Hanya dengan mengamatinya, entah bagaimana aku seolah sudah mengenalnya. Dia suka duduk di bangku itu karena bangku tersebut terletak di ujung kantin, tempat paling tidak mencolok di kantin tersebut. Di situ dia akan mendapatkan lebih sedikit perhatian dari orang lain.



Itulah yang kukira dipikirkan oleh Dodo. Tanpa sadar bahwa di belakang bangku tersebut ada papan besar bertuliskan menu yang ada di kantin tersebut. Di mana perhatian orang pasti akan tertuju ke arahnya walau sesaat. Dan lagi, hal itulah yang terjadi padaku. Dengan tatapan sesaatku pada papan menu dan aku melihatnya. Dodo yang terlihat canggung dengan keadaan sekitarnya-padahal sudah lima tahun dia bekerja di perusahaan ini.



Bangku itulah yang saat ini kutuju. Bukan tempat yang biasa didudukinya, tapi yang ada di hadapannya. Kurasa sebagai langkah pertamaku menarik perhatian Dodo adalah berada dekat dengan jangkauannya, dekat dengan jarak pandangannya. Dan posisi ini adalah yang paling pas. Duduk di situ, berusaha membuat sebuah kebetulan senatural mungkin.



Dari saku blazer, kukeluarkan bedak yang sengaja kusiapkan sebagai salah satu senjata menarik perhatian Dodo. Menatap pantulan wajah di cermin kecil yang tertempel pada wadah bedak, kurasa sedikit touch up bedak dan lipgloss sudah cukup menyempurnakan penampilan. Bukankah kata iklan 'kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda'? Paling tidak aku ingin tampil cantik di depan Dodo.



Oke, sempurna! Kututup tempat bedak dengan penuh semangat. Kembali mengedarkan pandang ke sekeliling kantin. Suasana sudah lebih ramai dari saat awal aku tiba di sini. Bangku-bangku panjang sudah mulai terisi penuh. Hanya tinggal beberapa yang baru terisi satu atau dua orang, termasuk bangku yang kududuki sekarang. Dan doaku hanya semoga semua bangku-kecuali bangku ini-akan segera terisi penuh dengan orang-orang. Yah, paling tidak dengan begitu Dodo harus-meskipun dengan terpaksa-duduk di bangku ini. Jadi saat kemungkinan pikiran sok tahuku-tentang kebiasaan duduknya-salah, Dodo akan tetap duduk di hadapanku.



Kurasa sekarang saat yang tepat untuk memesan makanan. Kemungkinan besar Dodo sebentar lagi akan segera masuk ke dalam kantin. Dan sebisa mungkin aku harus berakting dengan senatural mungkin. Ini pertemuan dan sepertinya akan jadi perkenalan pertama kami. Jadi aku harus pintar mengatur suasana supaya terlihat sekondusif dan senatural mungkin untuk momen pertemuan dan perkenalan kami ini.



Siomay yang kupesan baru dihidangkan di depanku saat-akhirnya-kulihat Dodo memasuki kantin. Syukurlah, sesuai harapan doaku semua bangku sudah terisi penuh. Bahkan sebenarnya bangku yang kududuki juga sudah penuh, tetapi untungnya ujung bangku-di depanku-yang biasa Dodo duduki masih kosong. Sepertinya semua orang seolah mengakui kalau tempat itu tempat duduk khusus milik Dodo.

DORENA (Dodo dan Renata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang