You 5

313 45 23
                                    

5 Desember 2017

Selamat membaca dan bahagia...

Mita ^^,

Sudah dua hari ini aku tidak bisa ke kantin kantor dikarenakan makan siang yang dengan terpaksa diadakan bersamaan dengan rapat bulanan yang memang selalu diadakan oleh divisiku setiap menjelang akhir bulan, dan itu artinya sudah dua hari aku tidak bertemu dengan Dodo. Dua hari atau lebih tepatnya 48 jam, waktu yang cukup lama untukku tidak bertemu dengan Dodo. Ya ampun, rasanya aku kangen sekali padanya.

Lebay banget ya aku? Tapi bagaimana lagi, sejak kemarin aku benar-benar tidak berhenti memikirkannya. Menebak-nebak bagaimana perasaan Dodo tidak melihatku di kantin selama dua hari ini, apakah dia mencariku? Apakah dia kangen padaku seperti aku kangen padanya?

Aduh, sepertinya aku benar-benar sudah menjadi kakak-kakak haus kasih sayang. Dengan bodohnya merindukan kasih sayang sebesar ini pada Dodo yang belum tentu menyayangiku. Tapi tidak apa-apa, toh belum ada cincin di jari tangan Dodo, jadi kesempatan membuatnya menyayangiku masih terbuka lebar. Kakak-kakak haus kasih sayang ini harus tetap berpikir positif.

Oh ya, ngomong-ngomong soal kakak-kakak haus kasih sayang, tiba-tiba aku jadi teringat dedek-dedek agresif zaman now yang kemarin menggoda Dodo. Apakah dia masih mendekati Dodo? Jangan-jangan selama dua hari ketidakhadiranku dia berhasil mendekati Dodo? Tidak... ini tidak bisa dibiarkan!

Kupercepat langkah menuju ke kantin yang sebenarnya tinggal beberapa meter, tanpa menyadari seseorang yang terseok-seok di belakangku berusaha menyamai kecepatan langkahku.

"Re... tunggu, Re... Istighfar, Re... ya ampun, kesurupan apa sih ini bocah?"

Teriakan cempreng Linda yang disertai dengan cengkeraman tiba-tiba di lenganku mau tidak mau membuatku menghentikan langkah. Oh iya, aku lupa kalau tadi aku sedang berjalan bersama Linda.

"Kenapa sih, Re? Tiba-tiba kaya kesetanan gitu?"

"Hah, nggak apa-apa. Aku cuma mau cepetan ke kantin. Laper banget." Jawabku sengaja tidak menceritakan apa yang sebenarnya menggangguku. Malas saja kalau harus mendengarkan nasihat sok bijak dari Linda. Lagipula Linda masih belum sepenuhnya menerima keputusanku mengejar Dodo dan sering menyebutku pengkhianat karena lebih memilih duduk bersama Dodo daripada dia di kantin.

Melanjutkan langkahku ke kantin dengan lebih terkendali akibat gandengan tangan Linda yang erat. Aku tetap berusaha supaya cepat sampai di kantin. Dan langsung menghela napas lega sewaktu kulihat di tempat biasa, Dodo sudah duduk tepekur sendirian menikmati hidangan makan siang pesanannya. Garis bawahi bagian sendirian, karena itu adalah alasan utama aku bisa bernapas lega saat ini.

Linda yang menyadari arah pandanganku dengan kesal berkata, "Ck, hari ini aku makan sendiri lagi? Kalau begini mendingan kita rapat terus aja di kantor."

"Ei... kan kamu bisa makan bareng aku. Tuh, di sana masih ada tempat duduk kosong." Jawabku sembari menunjuk tempat duduk di depan Dodo yang memang terlihat masih muat untuk dua sampai tiga orang.

"Dan jadi kambing congek? Ogah lah ya!" responnya sengit lalu segera berjalan menuju ke arah karyawan bagian desain. Aku hanya mengendikkan bahuku. Terserahlah aku dibilang egois atau apa, tapi makan siang adalah satu-satunya kesempatanku bisa tahu dan lebih mengenal Dodo. Kan aku juga sudah menawari Linda untuk duduk bersama, dianya sendiri yang menolak. Jadi bukan salahku.

Dengan senyum lebar, aku mulai berjalan menuju tempat duduk yang saat ini sudah kutasbihkan sebagai bangku saksi bisu kisahku dan Dodo.

"Siang, Bang Dodo." Sapaku mengagetkan Dodo, yang langsung terbatuk-batuk hebat. Ups....

DORENA (Dodo dan Renata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang