You 4

402 58 25
                                    

Niatnya mau diteraturin aplod ini cerita tiap hari Rabu, tapi dikarenakan kemarin saya lelah jadinya otak nggak bisa diajak mikir. Barulah saya selesai nulis ini. Maaf kalau semakin ngaco saja. Tetapi biarlah ngaco, yang penting saya tetep cinta couple ini. Hahahaaa.
Untuk selanjutnya saya berusaha nulis Just Maerri-Ed dulu ya. Karena emang dari kemari saya niatnya mau selang-seling antara aplod cerita ini dan Just Maerri-Ed. Buat yang belum baca Just Maerri-Ed, dibaca juga ya. Siapa tahu suka.
Baiklah, selanjutnya seperti biasa, makasih buat semua yang baca. Selalu ditunggu vote, komen juga saran kritiknya. Lup u all.

Mita^^

******************************************

"Re, kamu baik-baik aja?" Pertanyaan Linda dengan nada khawatir itu menyadarkanku bahwa aku berhenti berjalan secara tiba-tiba. Terlalu terkejut melihat pemandangan di depan yang pasti juga Linda sadari.



"Oh..." Melihat wajah Linda yang khawatir aku hanya bisa menjawab, "kurasa nggak baik, Lin."



"Oke... aku ngerti." Menepuk bahuku pelan, aku tahu Linda berusaha memberi dukungan tanpa kata. Tapi bukan itu yang aku butuhkan saat ini.



"Perlu kutemenin?" Kukibaskan tanganku cepat untuk menjawabnya. Aku juga tidak butuh teman saat ini. Aku hanya butuh pelampiasan-sepertinya.



"Ya udah, aku ke sana dulu." pamitnya yang hanya kujawab dengan anggukan kepala sambil lalu karena saat ini aku tidak peduli ke mana Linda pergi. Aku hanya mencoba mengerti keinginan Linda yang tidak mau lagi duduk satu meja dengan Dodo. Bukan karena apa-apa, tapi dia hanya tidak ingin mengganggu proses pendekatanku-katanya. Jadi ya sudah, kubiarkan dia. Selama dia mendukung misiku mendekati Dodo. It's okay, i'm cool!



Kembali lagi menatap dengan tidak percaya pemandangan di depan. Masih merasa semua ini mustahil. Kukerjapkan mata guna menjernihkan penglihatan, siapa tahu aku salah lihat. Tetapi pemandangan di sana masih sama.



Apakah aku lebih baik ke sana atau tidak? Kebingungan sempat melandaku, tetapi hanya sebentar.



Oh ayolah, aku ini Aulia Renata! Masa iya hanya karena pemandangan seperti di depan sana aku mundur? Jelas tidak boleh! Apa kata kakak-kakak haus kasih sayang yang lain? Aku haruslah jadi contoh yang baik bagi mereka.



Memeriksa penampilan, kuamati lagi diriku dari atas hingga bawah. Kuelus kunciran rambutku yang masih rapi. Aku tidak suka gaya rambut dengan cepolan atau sanggul kecil. Bedak dan lipgloss sempat kupulas ulang sebelum aku turun tadi, jadi pasti masih menguarkan pesonaku. Blazer dan rok pensilku juga masih tanpa cela-hanya beberapa kerutan karena terlalu lama duduk. Sepatu hitam cantikku juga masih mengkilap. Memuaskan! Seperti biasanya. Cantik memukau dengan pesona sederhana ala Indonesia.



Kulihat ke depan, secara otomatis membuat perbandingan. Ckckck, terlalu berlebihan. Sangat tidak sesuai umur.



Dan... sekaranglah saatnya menghampiri... aku wanita dewasa, tidak boleh marah-marah tanpa sebab. Apa pun yang terjadi, aku harus tetap terlihat anggun.



Menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Kutegakkan tubuh, sedikit membusungkan dada dan mengangkat daku sedikit congkak. Dengan begini akan membuatku lebih percaya diri. Dan kepercayaan diri juga bisa menambah kecantikan seorang gadis. Kulangkahkan kaki dengan hati-hati... perlahan... perlahan... hingga akhirnya kudapatkan ritme yang tepat supaya terlihat anggun. Tidak lupa juga sedikit menggoyangkan pantatku. Toh aset yang satu ini tidak boleh disembunyikan. Terakhir, senyum yang kusadari tingkat kemanisannya terkadang membuat pria di dekatku terpana.



"Halo, Bang Dodo. Ketemu lagi kita." Dodo yang sedang sibuk menjauh dari suapan jeruk-yang dipaksakan oleh gadis agresif yang pastinya anak magang pengirim surat cinta-terlihat terkejut dengan sapaanku.

DORENA (Dodo dan Renata)Where stories live. Discover now