Chapter 9

190 19 0
                                    

"Mas?"

Kata pertama yang muncul dari telfon Dimas ke seseorang yang sangat dirindukannya, Ibu.

"Bu"

"Kamu kenapa Mas?"

Dimas selalu amazed dengan Ibunya ini. Belum bicara apa-apa di telfon, tapi Ibunya sudah tau kalau Dimas ada sesuatu. Padahal Dimas dan kedua orang tuanya cukup sering bertukar kabar, baik itu chat, telfon, atau bahkan video call.

Jadi dimas ngontak bukan cuman pas lagi ada masalah aja.

"Bu, Dimas bingung"

"Bingung kenapa Nak?" tanya Ibu Dimas yang tidak biasa melihat anak bungsunya itu kebingungan dan hilang arah.

"Bingung mau cerita darimana, bingung harus ngapain, bingung sama diri sendiri"

"Mas"

"Maaf kalau permintaan Ibu terlalu berlebihan. Tapi memungkinkan nggak untuk Mas Dimas pulang dulu? Ayah dan Ibu udah lama nggak ketemu kamu, kemarin si kakak kesini sebulan yang lalu. Sedangkan Mas? Udah hampir 8 bulan lebih kita nggak ketemu. Ayah lagi sibuk karena di tempatnya banyak orang baru, jadi maaf ya Nak Ayah Ibu jadi belum bisa main ke Jakarta" lanjut Ibunya 

Ayah dan Ibu Dimas menetap di Singapura semenjak 5 tahun yang lalu, tepatnya saat Dimas dan Kakak perempuannya, Amanda masih duduk di bangku kuliah. Ayahnya punya 2 restoran masakan Indonesia di Lavender, dan juga Bugis sejak 6 tahun lalu. Merasa kesulitan memonitor 2 restoran ini dari Jakarta, Ayah dan Ibu Dimas memutuskan untuk tinggal di Singapura supaya mereka bisa fokus dalam mengurus restoranya ini.

Ajakan Ibunya untuk Dimas "pulang" ke rumah orang tuanya merupakan hal yang secara tidak sadar Dimas inginkan. 

"Boleh Bu, nanti Dimas cari jadwal yang pas ya. Dimas masih ada 2 acara manggung lagi minggu depan di Bandung sama Jogja. Mungkin setelah itu baru bisa pulang"

Dimas melanjutkan perbincangan dengan Ibunya di telfon sampai larut malam. Tak disangka-sangka Ayah Dimas pun pulang dari restorannya dan menyadari suara anak laki-lakinya di telfon.

"Nah pas banget ada Ayah. Gih ngobrol, Ibu ngantuk mau tidur. Kamu jaga kesehatan ya Mas, telfon kalau ada apa-apa"

Dimas melanjutkan percakapan di telfon dengan Ayahnya. Mulai dari cerita Dimas manggung tapi bete karena suara micnya paling kecil, pelanggan setia restoran Ayahnya yang baru aja menikah dengan pelanggan setia yang lain, liga champion dimana tim kesayangan mereka sama-sama kalah, dan segala hal random yang bisa mereka bicarakan di telfon.

There's just an unbreakable bond between these two.

Setelah menghabiskan kurang lebih 2 jam berbincang tentang hal random, Dimas sekalipun tidak menyebut atau menceritakan tentang Aruna. Walaupun begitu, Ayahnya tetap tau bahwa anaknya punya masalah di kehidupan pribadinya.

"Jadi kapan mau cerita?"

"Daritadi kan kita udah cerita-cerita"

"Ya masa kehidupan kamu cuman tentang bola sama musik. Sedih banget hidup kamu"

"Hahaha, langsung aja yah nanti?"

"Langsung?"

"Iya, Dimas pulang Yah 2 minggu lagi"

Singapura

Sekitar pukul 7 malam, Dimas sampai di terminal 2 Aiport Changi. Dimas langsung menuju ke stasiun MRT dan menuju ke daerah Lavender, tempat apartemen orang tua Dimas berada.

Hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit sampai akhirnya Dimas sampai di tujuan. Dimas memasuki apartemen tersebut dan langsung menuju ke lantai 7. Sesampainya di lantai 7, Dimas menuju ke unit 701 dan mengetuk pintu.

Home (Park Sungjin)Where stories live. Discover now