Chapter 7

235 20 0
                                    


Sudah beberapa minggu Dimas nggak kontakan dengan Aruna. Asing rasanya bagi Dimas untuk nggak ngobrol at least sehari sama Runa. Dimas ini orangnya kadang-kadang suka garing, selera humornya sereceh itu, membernya pun kadang suka capek dengan dad jokes atau meme yang dia kirim ke group. Menyerah dengan hal itu, ia selalu mengirimkan foto atau video lucu ke Runa, dan selalu ditanggapi dengan positif. Ini bukan karena Runa punya perasaan sama Dimas jadi dia berpura-pura respon positif. Melainkan karena Runa pun menganggap apa yang Dimas kirim betul-betul lucu.

Jadi emang basically mereka berdua selera humornya sama-sama receh.

Dimas kangen banget sama Aruna. Kangen ngeliat Aruna ngoceh tentang membernya, ngeliat Aruna main gitar sambil nyanyi, ngeliat Aruna senyumin orang-orang yang ia temui karena dia emang seramah itu.

Dimas bingung bagaimana caranya dia bisa at least ngeliat Runa lagi. Bisa sakit ini orang kalau nggak liat Aruna for another week. Ia lalu mencoba untuk membuka Instagram rintik.hujan dan mengecek jadwal manggung mereka yang terdekat.

Campus Jazz Festival.

Lokasinya berada di tempat Aruna dan Dimas kuliah dulu. Kampus ini adalah tempat Aruna pertama kali kenal Dimas, uniknya mereka bukan kenal lewat acara atau kegiatan musik, melainkan lewat BEM. Dimas dulu adalah Ketua BEM Fakultas Teknik, sedangkan Aruna adalah Koordinator Kemahasiswaan (menghandle department Seni Budaya, Olahraga, Pendidikan & Keilmuan) Fakultas Psikologi. Simpelnya, mereka sama-sama petinggi kampus.

Saat masa menjabat mereka dulu, Wakil Ketua BEM Psikologi mendadak sakit keras saat masa jabatan H2, hal ini membuat Aruna sering menggantikan posisi ini. Alhasil ia pun sering ketemu Dimas. Pertama mereka kenal adalah saat hadir di salah satu bidding Project Officer acara musik naungan BEM UI. Menyadari bahwa mereka sama-sama interest di musik dan juga punya group musik di luar kampus membuat mereka nyambung kalau ngobrol dan juga menjadi dekat. Alhasil persahabatan pun dimulai dari saat itu.

Kalau dipikir-pikir, andaikan Dimas dan Aruna pacaran dari dulu, pasti Nara nggak akan ada. Dimas dan Aruna pun mungkin sekarang sudah memulai kehidupan barunya bersama-sama. Tapi kala itu Dimas betul-betul melihat Aruna sebagai teman, begitu pula dengan Aruna.

Saking kangennya dengan Aruna, Dimas memberanikan diri untuk menonton festival jazz ini. Tapi Dimas nggak minta siapa-siapa untuk nemenin. Dia betul-betul mau nonton sendiri, bahkan kalau bisa dari jauh. Pokoknya jangan sampai Aruna sadar kalau ada Dimas.

Kampus UI, Depok

Dimas sampai di venue sekitar pukul 4 sore. Seharusnya band Dimas juga ikutan tampil di festival ini, tapi karena Jodi dan Febri punya aktivitas untuk solo project mereka, jadi rencana itupun batal. Tadinya, kalau mereka jadi tampil disini, Jodi sempat mengajukan untuk mengajak rintik.hujan kolaborasi, dan dia yakin ini akan pecah banget. Tapi kalau dengan situasi kayak gini, Dimas yakin semua nggak akan berjalan mulus. Boro-boro kolaborasi, ketemu Dimas aja Aruna mungkin nggak mau. Jadi cancelnya mereka tampil di festival ini mungkin memang ada maksudnya.

Stage 3 adalah panggung dimana group Aruna akan tampil. Kalau dilihat dari segi ukuran panggung dan luas tempat crowd, Dimas yakin kalau enamhari manggung pasti mereka juga akan di taro di panggung ini. Melihat crowd yang belum terlalu ramai, Dimas memutuskan untuk berdiri agak di belakang. Tujuannya sederhana, biar Aruna nggak notice ada Dimas. Karena kalau Aruna sadar, bisa dipastikan penampilan dia akan kacau hari ini.

Tepat pukul 6 sore, rintik.hujan memasuki stage 3. Aruna memasuki venue dengan balutan celana jeans, sneakers, kemeja putih dan rambut yang diikat. Semua member rintik.hujan betul-betul terlihat cantik di sore itu. Tapi, mata Dimas tetap tertuju hanya ke satu orang, sang leader rintik.hujan, Aruna Alana Ghibran.

'Gue kangen banget sama lo Run.' Ujar Dimas lirih dalam hatinya.

Sesuai dengan nama festivalnya, rintik.hujan memainkan lagu-lagu mereka yang bernuansa jazz, dan juga mengaransemen lagu mereka yang lain menjadi jazz. Penampilan live mereka emang sederhana, tapi yang menonjol dari band ini adalah ada di keahlian mereka semua memainkan musik. Siapa sangka Laras yang jago banget main piano, tiba-tiba bermain biola di lagu berikutnya. Astrid yang biasanya megang saxophone, bisa tiba-tiba memainkan bass di lagu selanjutnya. Semua transisi alat musik ini dilakukan oleh semua member dengan santai dan flawless, termasuk Aruna.

Sama seperti saat showcase, Dimas selalu berdecak kesal kalau ada lagu yang mengharuskan Aruna untuk main drum. Lagi-lagi karena Dimas nggak bisa melihat Aruna dengan jelas. Untuk acara kali ini, Dimas betul-betul hanya memperhatikan Aruna, selain karena rasa rindu yang luar biasa, tapi juga karena Dimas sadar raut wajah Aruna dari awal memang nggak seceria biasanya.

Sampai akhirnya, rintik.hujan menyanyikan lagu berjudul Mentari. Dimas tau ini adalah salah satu lagu favorite Aruna, dia yakin at least dilagu ini Aruna bisa terlihat lebih ceria dibanding biasanya. Mentari ini adalah lagu yang ditulis oleh Aruna, dan dibantu aransemennya oleh Laras. Lagu ini menceritakan tentang day in the life dari seorang anak muda, yang selalu menaruh zero expectation dalam menjalani hidupnya. Alasannya sederhana, karena ia ingin setiap harinya dipenuhi dengan kejutan.

Dugaan Dimas pun benar, Aruna terlihat lebih menikmati panggung sore itu saat meyanyikan lagu tersebut. Anehnya, ia tersenyum namun somehow dia sering banget melihat kearah kanan panggung. Seakan-akan Aruna lagi senyumin seseorang.

Dimas pun refleks melihat kearah kanan panggung, karena kalau ternyata itu adalah orang tuanya, Dimas mau menyapa mereka at least setelah Aruna turun ke panggung dan masuk ke backstage.

Tapi ternyata itu bukan orang tuanya, atau kerabat Aruna yang lain.

Itu Raditya Pradhana Sudjarwo.

Bisa-bisanya Dimas nggak sadar akan kehadiran Radit di kehidupan Aruna, terutama belakangan ini.

Radit adalah seorang aktor, sutradara dan penulis naskah yang bekerja di company yang sama dengan Aruna. Alasan lain kenapa selama ini Dimas nggak sadar bahwa Aruna menaruh perasaannya ke dia adalah karena Radit. Pertama kali Aruna ngenalin Radit ke Dimas, dia udah punya feeling bahwa Radit dan Aruna mungkin ada sesuatu. Pancaran mata mereka, terutama Radit ke Aruna itu beda.

Dimas pun bingung karena kedekatan mereka satu sama lain, dan juga bekerja di kantor yang sama, tapi Dimas nggak pernah denger berita bahwa mereka jadian. Even denger info kalau mereka lagi deket, atau at least pernah jalan bareng pun nggak pernah.

'Apa mungkin hal ini terjadi karena ada gue? Sehingga Aruna nggak mau membuka hatinya untuk orang lain.' batin Dimas

Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, Dimas merasa seakan-akan dia hilang dari kehidupan Aruna. Di satu sisi, dia juga tau bahwa Radit adalah orang yang baik banget.

So they actually deserve each other.

Dimas ini orangnya keras, dia akan kejar apapun yang dia mau dan dia nggak peduli apa yang orang lain komentarin tentang dia. Tapi entah kenapa dari dulu, kalau sama Aruna, Dimas nggak pernah keras. He respect her so much sehingga Dimas selalu mengiyakan apa yang Aruna akan lakukan. Dan untuk situasi ini, yang mungkin Aruna akan lakukan adalah memilih untuk move on dari Dimas dan memilih untuk bersama dengan Radit.

Dimas kembali melihat kearah kanan panggung. Itu betul Radit, yang terus menonton santai sambil melipat tangannya dan tersenyum ke arah Aruna. Sesekali Radit juga mengeluarkan kameranya untuk memfoto rintik.hujan, atau mungkin hanya Aruna.

'Harusnya gue yang ada disitu, mensupport dan nemenin dia manggung. Gue yang seharusnya jadi alasan kenapa dia ceria banget manggungnya sore ini. Gue yang seharusnya dikasih senyuman dia yang cantik banget.' Ujar Dimas lirih dalam hatinya

Dimas nggak bisa menghandle semua ini, dia memutuskan untuk berjalan menuju ke parkiran dan memasuki mobilnya. Salah satu habit Dimas kalau stress adalah menyendiri di mobil, membuka HP, dan most of the time akan mencari satu nama yang biasa ia telfon, lalu menyetir entah kemana tujuannya. Dimas pun mengambil HPnya dan membuka contactnya, mencari nama yang biasa ia search sampai akhirnya tersadar bahwa nama yang refleks Dimas ketik adalah,

Aruna Alana Ghibran.

'Apakah gue baru saja benar-benar kehilangan Aruna?'

Home (Park Sungjin)Where stories live. Discover now