Ke-dua puluh dua

21.9K 1.7K 111
                                    

"Kamu nggak bilang kalau kamu hamil, Ay."

Setelah Hera keluar dari ruangan Isti, Agra segera mengeluarkan satu-persatu pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Salah satunya mengenai kehamilan Isti yang cukup membuatnya kaget.

Isti memang sudah menikah, sudah bersuami. Wajar sebenarnya jika teman masa kecilnya itu kini tengah mengandung. Hanya saja, Agra merasa sedikit kecewa karena Isti tak memberitahu sebelumnya.

"Aku setuju bawa kamu ketemu Bunda hari itu, justru karena aku mau ngasi tahu Bunda tentang kehamilanku."

"Tapi kan kamu bisa kasih tahu aku duluan, Ay. Setidaknya aku bisa antisipasi kan? Aku bisa lebih sigap jagain kamu."

"Kamu udah jaga aku, Agra. Kamu yang bantu dan bawa aku ke rumah sakit. Aku berterima kasih banget sama kamu, dan maaf karena aku baru bisa ngucapin ke kamu hari ini."

Ini menjadi kali pertama Isti kembali bertemu Agra sejak ia pingsan di depan rumah Kamila beberapa minggu silam. Isti memang sudah menyampaikan ucapan terima kasihnya pada Agra melalui pesan teks setelah ia keluar dari rumah sakit waktu itu. Hanya saja, Isti merasa perlu menyampaikan rasa terima kasihnya secara langsung pada Agra.

Ucapan terima kasih yang disampaikan Isti, membuat Agra menghela napasnya agak panjang. "Please, jangan bikin aku kena serangan jantung mendadak di usia muda, Ay." Kemudian ia dan Isti sama-sama tertawa. "Sekarang gimana kabar kamu?"

"Alhamdulillah, aku baik-baik aja, Gra."

"Tante Kamila?"

"Bunda juga alhamdulillah sehat, Gra."

"By the way, Ay, aku baru tahu kalau suami kamu rupanya Regan Mandala Hutama. Dan yang lebih buat aku kaget, aku baru tahu kalau laki-laki yang menikahimu itu, punya temperamen yang cukup buruk."

Entah apa yang terjadi di antara Regan dan Agra, hingga Agra bisa berasumsi demikian. "Mas Regan nggak seburuk itu."

Meski Isti membenarkan dalam hati, tetap saja tak baik jika Isti mengumbar aib suaminya sendiri pada Agra, yang notabene adalah orang lain.

"Ya ... kamu pasti akan membela suamimu sendiri."

"Kamu tidak mengenalnya, Gra."

"Dan aku tidak berniat mengenalnya lebih jauh." Agra lalu mengeluarkan map dari tas kerjanya. "Kamu bisa lihat dan pelajari apa yang ada di dalam map ini."

Isti menerimanya. Langsung membuka map tersebut dan membaca sekilas isinya.

"Aku udah pernah bilang kan, kalau mamaku mau ketemu kamu dan Tante Kamila lagi." Melihat Isti mengangguk, Agra kembali melanjutkan. "Kamu ada waktu nggak?"

"Gimana kalau hari ini?" tanya Isti balik.

"Memangnya kamu bisa? Suamimu gimana?"

"Mas Regan hari ini berangkat ke Singapura."

"Nggak takut kena covid suamimu, Ay?"

Isti hanya mrnggeleng pelan menanggapi pertanyaan Agra. "Gimana, Gra? Hari ini aku nggak terlalu sibuk. Aku juga rencananya nanti malam mau nginap di rumah Bunda."

"Oke, kalau gitu nanti sore ya. Jam lima. Aku jemput mamaku dulu, terus aku jemput kamu-"

"Aku bawa mobil sendiri, Gra."

"Hah? Memangnya suamimu nggak melarang?" Mendapati Isti menggelengkan kepala sebagai jawaban, Agra berdecak kesal. "Nggak ada perhatiannya sama bini ya. Udah tahu lagi hamil, bukannya dijaga."

"Aku nggak mau menjadikan hamil sebagai alasanku jadi manja, Gra. Aku udah biasa bawa mobil sendiri sejak dulu."

"Ck ..., harusnya aku ketemu kamu lebih awal, Ay."

The Wedding (Selesai ✔)Where stories live. Discover now