Ke-sebelas

23.6K 2.3K 111
                                    

Mengetahui sikap Regan bisa berubah sewaktu-waktu, Isti jadi memiliki ketakutan tersendiri ketika menghadapi suaminya. Isti takut salah bicara lalu membuat Regan mengamuk dan kembali melukai hati Isti dengan ucapannya.

Jadi Isti lebih memilih diam. Tak perlu bicara jika Regan tak mengajaknya bicara. Menurut Isti, bersikap seperti itu lebih baik.

Samar-samar Isti mendengar suara mobil dari halaman rumah. Melirik jam yang menggantung di dinding kamar, sudah waktunya Regan pulang. Dan Isti harus kembali berperan jadi istri yang penurut untuk Regan.

"Mas ...." Isti raih tangan Regan, kebiasaan yang selalu ia lakukan saat menyambut kepulangan suaminya itu.

"Kamu sudah mandi kan? Cepat bersiap. Temani aku ke resepsi pernikahan salah seorang kerabatku."

Lalu Regan berlalu begitu saja. Tak perlu menunggu jawaban dari Isti, apakah istrinya itu setuju atau tidak menemaninya.

Satu jam kemudian, mereka berdua tiba di lokasi acara yang dimaksud Regan sebelumnya. Sebuah pagelaran pernikahan mewah, seperti yang pernah dialami Isti hampir satu bulan lalu.

Di acara itu, Isti juga bertemu keluarga suaminya. Kedua mertuanya pun turut hadir. Tak ketinggalan Viona yang masih saja melayangkan pandangan tak suka pada Isti.

"Mama suka hadiah dari kamu, Isti.."

Isti tersenyum menanggapi. Dalam hati ia bersyukur, ibu mertuanya menyukai tas yang ia design khusus untuk ibu mertuanya. "Makasih, Ma."

"Loh, kok malah kamu yang berterima kasih? Mama yang seharusnya bilang begitu ke kamu."

"Isti berterima kasih karena Mama mau menerima pemberian Isti."

"Nggak mungkin Mama menolak hadiah dari kamu. Mama tahu tas itu kamu rancang khusus untuk Mama kan? Betapa beruntungnya Mama."

Melalui ekor matanya, Isti dapat melihat Viona yang berdecak tak suka mendengar Masayu memuji Isti secara berlebihan.

"Ah iya, Mama juga dapat kalung berlian nih dari Viona," ujar Masayu seraya menunjukkan benda berkilau yang melingkar di lehernya. "Makasih ya, Sayang. Mama suka. Tadinya tas dari Isti mau Mama pakai, tapi kurang pas sama gaun Mama malam ini."

Masayu tak ingin salah satu dari dua menantunya merasa terasing, maka ia puji keduanya.

"Oma ..., Nau mau ke situ."

Putra Viona dan Panji menarik tangan Masayu cepat. Meninggalkan Isti hanya berdua dengan Viona. Putri sedang menenangkan Cyla yang merengek minta es krim. Sedangkan Regan? Isti tak tahu suaminya itu sedang berada di mana sekarang.

"Jangan terlalu bangga Mama memujimu seperti tadi."

Isti menoleh. "Maaf, Kak Viona. Saya tidak mengerti."

Wanita itu tersenyum meremehkan Isti. "Aku yakin kamu tahu kalau aku tidak menyukai kehadiranmu dalam keluarga ini."

"Itu yang sebenarnya ingin saya tanyakan pada Kak Viona. Kenapa Kak Viona selalu bersikap dingin pada saya?"

Viona tak langsung menjawab. Ia persempit jaraknya dengan Isti. Sambil melirik sekitar, memastikan tidak ada yang melihat keduanya. "Karena kamu mengambil posisi yang seharusnya aku tempati."

Isti tak paham "posisi" apa yang dimaksud Viona. Sama sekali tak mengerti apa maksud ucapan ibu satu anak itu.

"Dan aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku."

***

Kalau boleh berkata jujur, Isti sama sekali tak menikmati pesta yang ia datangi ini. Regan membaur dengan rekan seprofesinya. Hanya sesekali memanggil Isti untuk ia kenalkan pada mereka yang tak Isti kenal. Lalu setelahnya kembali melupakan keberadaan Isti.

The Wedding (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang