Ke-delapan belas

19.7K 1.7K 33
                                    

Pagi hari mulai dijalani Isti layaknya wanita hamil pada umumnya. Berkurangnya nafsu makan serta tak tahan mencium bau-bau menyengat, membuat Isti tak kuasa berlama-lama di dapur. Padahal sebelumnya, di jam-jam seperti ini tangannya sudah sibuk memainkan pisau dapur demi memenuhi kebutuhan wajib sang suami yang cukup rewel jika berurusan dengan makannya.

Beruntung, Regan tak memaksanya untuk tetap membuatkan sarapan seperti biasa. Pria itu melihat sendiri dengan kedua netranya, bagaimana sang istri beberapa kali bolak-balik ke kamar mandi usai keduanya melaksanakan shalat subuh berdua.

"Maaf, Mas." Meski masih ada rasa sakit akibat pengakuan jujur Regan beberapa hari silam, tetap saja Isti merasa bersalah karena tak mampu menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya tersebut.

Respons sang suami tentu saja seperti yang sudah-sudah. Tak mau ambil pusing dengan permintaan maaf Isti. Meski ia tahu jika seharian ini mungkin saja lidahnya tak bisa dimanjakan oleh masakan Isti. Semoga saja besok Isti tak muntah-muntah lagi seperti pagi ini. Kalau bisa pun, Regan berharap Isti sudah bisa memasakkan makan siang untuknya nanti.

"Jangan dipaksa kalau memang kamu tidak bisa ke kantor hari ini." Ia ambil jam tangan mewah yang merupakan hadiah pemberian Viona tahun lalu. "Aku sudah tanya ke Putri mengenai dokter kandungan terbaik di kota ini. Aku sudah buat janji untuk melakukan pemeriksaan kandunganmu pekan depan. Kista yang dijelaskan dokter sebelumnya, harus disingkirkan sesegera mungkin. Aku tidak mau dia mengganggu perkembangan calon penerusku yang ada di dalam perutmu itu."

Sangat Regan sekali. Ia sudah memutuskan semua itu tanpa meminta pendapat Isti sebelumnya. Ingin marah, tetapi ia tak kuasa menyampaikan emosinya. Terlebih Isti ingat pesan bundanya, untuk mematuhi apa yang dikatakan sang suami. Karena kini letak surganya bukan lagi di bawah telapak kaki sang ibu, melainkan suaminya.

"Aku harus ke kantor hari ini, Mas." Karena Isti ingat ada beberapa hal yang harus ia urus di kantor. Salah satunya mengenai product baru yang akan brand-nya luncurkan pertengahan bulan nanti. Ah ya, Isti juga ingat jika ia memiliki janji dengan Agra. Lelaki itu berkali-kali meminta Isti membawanya ke rumah Kamila. Agra mengaku sangat merindukan ibu kandung Isti yang dianggap Agra seperti ibu kandungnya juga. Akhirnya Isti menyanggupi, sekalian ia ingin menyampaikan kabar bahagia mengenai kehamilannya pada sang ibu.

"Terserahmu," jawab Regan tak acuh. "Aku hanya tidak mau kamu membahayakan calon penerusku saja."

"Aku tidak mungkin membahayakan darah dagingku sendiri, Mas." Isti menjawab pelan sambil menunduk memandangi perut ratanya.

"Aku pegang kata-katamu." Regan mengambil tas kerjanya. Memasukkan beberapa lembaran pekerjaan yang sudah ia baca sebelumnya. "Jika terjadi sesuatu, kamu tentu tahu apa konsekuensinya." Lalu dengan langkah angkuh, Regan menenteng tas kerjanya keluar dari kamar yang ia tempati bersama Isti.

Kadang ada masa di mana Isti merasa jenuh dengan rumah tangga yang dijalaninya. Sikap Regan tak pernah bisa ditebak. Isti terkadang seperti dipaksa bermain tebak-tebakan mengenai sikap Regan.

Selain itu, Regan juga seperti tak memberi umpan balik atas baktinya selama ini sebagai istri. Bukan bermaksud pamrih, hanya saja ia juga ingin diperlakukan seperti wanita lainnya.

Menarik napas lalu mengembuskannya pelan, Isti menggelengkan kepala. Menolak pemikirannya barusan yang seakan tak bersyukur pada banyaknya nikmat yang ia terima sejauh ini. Mungkin memang ia tak mendapatkan perlakuan yang benar-benar layak sebagai istri Regan. Namun, setidaknya menikah dengan Regan membuatnya mengenal Putri dan Masayu. Juga mengenalkannya pada si cantik nan menggemaskan Arcyla. Ah ya, jika bukan karena Regan juga, mungkin saat ini ia belum merasakan nikmatnya akan menjadi seorang ibu.

Bukankah selalu ada pelangi setelah hujan?

***

"Saya kenal sama pemimpin perusahaan ini lho, Pak. Nggak percayaan banget sih. Isti Sofie Medina, saya udah kenal lama sama beliau. Kalau nggak percaya bisa tanya langsung ke bos kalian."

The Wedding (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang