Ke-tujuh

23.1K 2.3K 61
                                    

Pada negative thinking sama Rere, ih. Nggak boleh gitu loh.. Rere kan nggak salah apa-apa. Nggak mukul Isti, nggak marah-marah sama Isti, nggak nyuekin Isti. Nggak selingkuh juga.

Kayaknya sih... 🤣🤣🤣

Happy reading..

❤❤❤

"Ngapain kamu di dapur sendirian?"

"Astaghfirullah, Mas." Isti berseru kaget. Dipandanginya sekeliling, memang hanya ada dirinya dan Regan di sana.

"Tadi kamu pamit cuma mau ngambil minum. Kenapa lama?"

"Habis ngobrol sama Kak Viona, Mas," akunya.

"Viona? Ngomongin apa?"

"Tempat bekal Mas Regan ada sama dia."

"Oh.. aku kira ketinggalan di Bogor," ujar Regan santai. "Terus dia bilang apa lagi?"

"Nggak ada."

"Ya udah. Ayo pulang. Aku ngantuk."

"Mas.." panggil Isti menahan langkah Regan. "Kak Viona ikut ke Bogor juga?"

"Aku memang pergi sama Viona. Tapi nggak cuma berdua."

Entah kenapa, Isti merasa lega mendengarnya. "Aku pamit dulu sama Mama dan Papa, Mas."

"Nggak perlu. Mereka udah masuk ke kamarnya."

Lalu Isti menurut dan mengikuti Regan keluar dari kediaman Adirama Hutama.

Di halaman rumah, keduanya bertemu Panji dan Viona yang sepertinya juga bersiap pulang. Isti menyapa Panji dengan sungkan. Sedangkan Regan merasa tak perlu menyapa kakak sulungnya itu.

"Kata Isti, tempat bekal aku tadi siang kebawa sama kamu."

Tanpa bersuara, Viona menyerahkan tempat bekal yang dimaksud Regan. Lalu masuk ke dalam mobil dengan putranya.

"Kami pamit duluan ya, Isti."

Berbeda dengan Regan, Panji lebih ramah dan mudah tersenyum. Tak pernah bersikap tak sopan di depan orang tua. Selalu bertutur kata baik. Hingga Isti bingung, mengapa Regan tampak tak menyukai abang kandungnya sendiri.

"Ayo, Ti.."

Mengangguk, Isti mengikuti Regan masuk ke mobil pria itu. Lalu sesegera mungkin meninggalkan kediaman utama Hutama.

***

Isti tahu, jika tidak mencoba untuk berbicara pada Regan, ia tak akan pernah tahu apakah Regan bersedia membantunya atau tidak. Tetapi, melihat bagaimana kerasnya Adirama, Isti tak yakin Regan akan mengabulkan pintanya.

Terlebih sekarang, pria itu tampak sangat serius memandang tabletnya. Sesekali kening Regan berkerut memandangi deretan angka yang tak dimengerti Isti.

Isti Fashion miliknya, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan deretan gedung departement store yang dimiliki keluarga Hutama.

Isti tak tahu persis alasan di balik permintaan orang tuanya agar ia bersedia menikah dengan putra bungsu Adirama Hutama. Merasa tak bisa membantah, Isti menyetujui rencana pernikahan itu. Beberapa kali melakukan pertemuan dengan Regan, lalu pernikahan mereka terjadi begitu saja.

"Mas.. sibuk?"

Regan menoleh sekali, lalu kembali fokus pada gadget-nya. "Seperti yang kamu lihat," jawabnya cuek.

"Aku mau tanya sesuatu, Mas."

"Tanya aja."

Isti ingat jika sejauh ini Regan selalu mengizinkannya melakukan sesuatu yang Isti kehendaki. Regan tak mengekangnya. Dan Isti sangat berharap, Regan bersedia mengabulkan pintanya agar bisa absen di perayaan ulang tahun pernikahan Adirama dan Masayu pekan depan.

The Wedding (Selesai ✔)Where stories live. Discover now