Part 13 (End)

220 28 35
                                    

"MYUNGSOO!"

Air mata itu berhenti. Pasang manik Jiyeon berubah menjadi merah membara. Ia mencengkram kuat lengan Junsu yang menahannya dan mencakarnya.

Jika sebelumnya semua usaha Jiyeon untuk melepaskan diri berakhir sia-sia, kini upaya itu berhasil. Junsu melepaskan Jiyeon dan mundur menjauhi gadis itu. Ia merintih kepanasan sembali memelototi lengannya yang terbakar setelah dicengkram Jiyeon tadi.

Jiyeon tidak tahu dari mana kekuatan itu berasal, yang jelas ia takkan menyia-nyiakannya saat ini. Gadis itu mencekik Junsu dengan kedua tangannya.

Tangan Junsu yang seharusnya bisa digunakan untuk melawan, ia kerahkan untuk melepaskan cekikan Jiyeon. Itulah yang terpenting. Junsu harus menyelamatkan lehernya sebelum terbakar habis oleh telapak tangan Jiyeon.

Sang gadis menendang Junsu sampai terjerembab. Ia berlari cepat ke arah Myungsoo, bersimpuh di belakang tubuh lelaki itu, dan berusaha menyadarkannya. "Myungsoo, bangunlah! Aku di sini!"

Belum ada yang menghentikan Jiyeon karena mereka masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Joongi menghempaskan pemuda asing itu ke arah lorong gua karena dilihatnya mereka memiliki masalah lain yang lebih penting.

"Myung?" panggil Jiyeon. Tubuh yang terbaring miring di depannya itu tidak juga memberikan respon. Mendadak Jiyeon diliputi oleh ketakutan yang besar dan keputus-asaan yang dalam. Tidak, tidak, tidak... Ini tidak terjadi kepadanya, kan? Myungsoo tidak meninggalkannya, bukan?

"AAAAAAAAAAAHHHHHHH!"

Jiyeon mendongakkan kepala dan menjerit keras melampiaskan seluruh emosinya.

BRAKK!

Bersamaan dengan jeritan itu, sebuah gelombang tak kasat mata menghantam semua orang yang berada di gua itu. Tak ada seorang pun dari mereka yang tidak terhempas ke dinding gua. Seolah itu belum cukup, gua itu bergetar hebat seperti terjadi gempa bumi dan dinding batu mulai retak.

Nicole, Jaejoong, dan Joongi langsung bangkit dari posisi jatuh mereka dan berlari ke arah Jiyeon untuk mencegah gadis itu melakukan apapun yang akan merugikan mereka nanti.

Berbeda dari sebelumnya yang mana Jiyeon menganggap gerakan para croatan tak kasat mata, kali ini matanya dapat menangkap pergerakan seperti dalam mode slow motion. Jiyeon mengangkat tangan kanannya ke arah ketiga croatan itu dengan refleks–seolah ia sudah sering melakukannya. Hasilnya sungguh luar biasa. Ketiga musuhnya terpental kembali ke dinding gua seperti ada sesuatu tak terlihat yang menghantam mereka.

Jiyeon mengancam para croatan itu dengan tatapan tajamnya.

"Apa yang terjadi?!" teriak Hyuna bingung dengan situasinya. Sejak kapan Park Jiyeon memiliki kekuatan super itu?? Seingatnya, Jiyeon tidak memiliki keistimewaan apapun selama Hyuna mengamatinya di Gwangju.

Si Ketua memberikan isyarat kepada tujuh anak buahnya yang tersisa untuk mengepung gadis itu dari segala arah.

Jiyeon memandang semua croatan yang mendekatinya itu dengan waspada.

"Serang!" titah sang Ketua.

Tiba-tiba saja, seseorang melompat dari arah mulut gua dan mendarat dengan lutut sebagai tumpuannya.

"Menjauhlah dari anak-anakku."

Jiyeon mendongak dan tangisnya hampir tumpah lagi ketika melihat Sunggyu yang membelakanginya. Namun, kali ini bukan air mata kesedihan, tapi tangisan haru yang bercampur dengan harapan.

The ChoiceWhere stories live. Discover now