Part 3

261 44 32
                                    

... Mei

Aku tidak tahu hari apa dan tanggal berapa sekarang. Semenjak insiden pada hari ulang tahun Hyeri itu... aku... aku tidak tahu sudah berapa lama aku mengunci diri di kamar seperti ini. Aku rasa... aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Aku yakin Hyeri sudah diobati oleh Eunjung, tapi aku benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Aku tidak tahu apakah aku bisa menatap matanya lagi tanpa perasaan bersalah yang membebaniku ini. Akankah dia memaafkanku?

Ah... itu suara Myungsoo. Aku juga tak bisa menghitung sudah berapa lama dia mengetuk pintu dan menyuruhku keluar. Selama ini aku selalu menolaknya, tapi sebenarnya kali ini aku membutuhkannya lebih dari apa pun.

+++

"Jiyeon... kumohon buka pintunya..." Suara Myungsoo dari balik pintu terdengar sangat memelas.

Jiyeon berjalan gontai ke arah pintu yang telah tertutup selama beberapa hari belakangan ini.

Begitu pintu dibuka, Myungsoo menyunggingkan senyumannya. "Jiyeon ah?"

Jiyeon tidak membalas senyuman tulus itu. Ia justru membalikkan badan saking merasa malunya.

"Jiyeon..." panggilnya lembut usai menutup pintu di belakangnya. "Kau sudah menghukum dirimu sendiri cukup lama. Tujuh hari tanpa makan dan minum..."

"Aku tidak membutuhkan itu," ujar Jiyeon datar. Berbanding terbalik dengan instingnya sebagai vampir baru tentu saja. Tubuhnya amat sangat membutuhkan darah segar untuk mendapatkan energi dan kekuatan.

Myungsoo menyentuh pundak sang gadis. "Hyeri sudah baik-baik saja. Sejak malam itu sampai sekarang, dia menginap di paviliun kita. Tidak ada satu pun dari kami yang menyalahkanmu akan hal ini."

Jiyeon menggigit bibirnya, belum memberi jawaban maupun berbalik menghadap namja yang dikasihinya.

"Aku akan melakukan apa pun untukmu asalkan kau mau keluar dari kamarmu," janji Myungsoo.

Gadis itu melunak dan berbalik menatap Myungsoo. "Apa pun?"

"Apa pun," ulang Myungsoo untuk meyakinkan.

"Aku ingin kau membunuhku," kata Jiyeon tanpa nada keraguan sedikit pun.

Myungsoo terbelalak. Mengapa? Kenapa gadis yang dicintainya itu menginginkan kematian? Kehilangan Jiyeon sudah buruk, Myungsoo tidak ingin terpisah lagi dengan gadis itu. "Aku tidak akan pernah melakukannya. Aku menolak membunuhmu. Tidak akan."

Myungsoo menarik Jiyeon ke dalam dekapannya dan memeluk gadis itu erat-erat seakan tak ingin melepasnya lagi. Namun, Jiyeon justru melepaskannya dan berseru marah. "Kau berkata akan melakukan apa pun untukku!"

"Tidak yang itu, Sayang..." Myungsoo tidak tahu bagaimana caranya agar gadis itu mengerti bahwa ia tak bisa kehilangannya lagi.

"Baiklah, aku akan melakukannya sendiri."

Myungsoo tersentak. Otaknya bahkan tak berani membayangkan apa yang akan dilakukan Jiyeon untuk mencapai keinginannya saat ini. Apa gadis itu akan mengikuti cara Soojung beberapa abad yang lalu? "Aku tidak akan membiarkanmu."

Ruangan itu hening sejenak. Keduanya saling bertukar pandang mencoba menyelami hati masing-masing. Air mata mengalir dari pelupuk manik Jiyeon yang indah. Sekali lagi, gadis itu hancur. Park Jiyeon belum dapat menerima siapa dirinya saat ini sepenuhnya.

The ChoiceWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu