Part 6

213 31 61
                                    

"Myung, apa maksudnya?" rengek Jiyeon untuk yang kesekian kalinya kepada sang lelaki.

Setelah pembicaraan di atap tadi, Myungsoo mengantar Jiyeon ke kamarnya dan selama berjalan hingga saat ini–setelah tiba di kamar–gadis itu belum juga bosan mendesaknya untuk menjelaskan. Telinga Myungsoo bahkan sudah gatal. Ada rasa tidak tega juga mendengar rengekannya. Permintaan Jiyeon yang diutarakan dengan wajah memelas dan nada merengek manja memang selalu menjadi kelemahan bagi Kim Myungsoo.

Setelah menutup pintu kamar Jiyeon, Myungsoo menghadap ke arah gadisnya. "Yoo Seungho bisa memberimu cinta yang murni sebagai seorang manusia, karena aku adalah vampir, aku tidak bisa."

"Aku tidak mengerti! Jelaskan dengan bahasa yang bisa kupahami," tuntutnya. Apa-apaan Myungsoo ini? Mengatakan sesuatu yang membingungkan tapi tidak bertanggung jawab dengan memberikan eksplanasi.

"Kau benar-benar ingin tahu?" Ekspresi Myungsoo terlihat sedih saat bertanya. Setelah Jiyeon tahu apa saja yang bisa ditawarkan Yoo Seungho kepadanya, mungkinkah gadis itu akan masih memilihnya? Daripada merisikokan hal ini, sebenarnya Myungsoo lebih memilih agar Jiyeon tidak mengetahuinya.

"Aku bisa mati penasaran jika tidak tahu," sahut Jiyeon cepat. Ia tak ingin ada salah paham lagi dalam hubungan mereka.

"Untuk menjawab pertanyaanmu ini, apa kau mau bolos sekolah besok?"

+++

Dugaan Myungsoo tidak meleset, Yoo Seungho datang mencarinya hari ini. Kakak tiri Jiyeon yang biasa memarkir mobil di dekat gedung rektorat, khusus hari ini memarkir mobilnya di area fakultas Myungsoo demi menyambangi pacar adiknya itu. Untuk apa? Tentu saja untuk memaksa Myungsoo membawanya kepada Jiyeon. Seungho sangat tersiksa setelah tidak melihat gadis itu. Pertemuan terakhir mereka menggoreskan penyesalan yang dalam baginya.

Myungsoo memasang wajah datar sebelum keluar dari mobil dan menghampiri orang yang mencarinya itu. "Ada apa?"

Seungho melompat turun dari atas kap mobilnya dan berdiri berhadapan dengan Myungsoo. "Kau tahu mengapa aku di sini."

"Jiyeon..."

Sebelum Myungsoo menyelesaikan kalimatnya, Seungho menarik kerah baju lelaki itu. Emosinya telah menggunung dan hari ini lah puncaknya. Ia tak ingin bertele-tele. "Apa yang telah kau lakukan kepada Jiyeon? Kau belum puas mengubahkan menjadi vampir jadi kau memengaruhinya juga?!"

Seungho masih tidak bisa menerima apa yang terjadi pada malam itu. Ia masih tidak rela kehilangan adik dan perempuan yang dicintainya. Seungho merasa dirinya telah kehilangan dua orang sekaligus dalam kasus ini.

Myungsoo menghadapinya dengan sabar, sama sekali tak ada niat untuk membalas atau melepaskan diri dari cekalan Seungho. "Aku tahu kau akan mengatakan itu. Karena itulah aku membawanya kemari."

Seungho memandang Myungsoo tak mengerti. Kemudian, tanda tanyanya terjawab sudah ketika pintu mobil Myungsoo terbuka dan Jiyeon keluar.

"Annyeong, Oppa," sapa Jiyeon dengan ragu. Ia tak tahu apakah dirinya masih memiliki hak untuk melakukan ini mengingat betapa dirinya telah menyakiti Seungho, berkali-kali.

Tangan Seungho yang mencekal Myungsoo jatuh begitu saja. Ia terpaku menatap Jiyeon.

Beribu kekalutan dan emosi Seungho tercampur menjadi satu ekspresi yang tak dapat Jiyeon definisikan. Ini pertama kalinya. Pertama kalinya ia melihat wajah Seungho yang seperti itu.

The ChoiceWhere stories live. Discover now