Part 4

224 38 29
                                    

Malam itu, di kamar Hyomin, Jiyeon sedang membantunya menyeleksi pakaian apa saja yang berhak tetap berada di lemari besarnya. Meskipun sebenarnya Jiyeon hanya tiduran di atas kasur Hyomin dan memberikan komentar seadanya setiap kali temannya itu menunjukkan sebuah baju. Otak Jiyeon sedang tidak bisa memikirkan hal lain kecuali Dansa 100 yang tadi disebutkan oleh anggota Voltress. Sebagai vampir newbie, masih banyak hal yang belum ia ketahui.

"Jiyeon?"

Pandangan gadis itu masih terpaku pada langit-langit kamar Hyomin.

"Park Jiyeon? Halo??" ulang Hyomin lagi dengan volume yang lebih keras.

"Oh. Ya? Maaf. Bisa tolong ulangi?" Jiyeon menoleh ke arah Hyomin dan memberinya atensi.

"Aku sudah memanggilmu 5 kali, Jiyeon. Apa yang sedang kau pikirkan?" kening Hyomin berkerut.

Jiyeon menggeleng seraya mengibaskan tangan kanannya. "Tidak. Bukan apa-apa." Netranya menangkap sebuah gaun coklat yang indah di tangan Hyomin. "Jangan yang itu, dia berhak berada di lemarimu. Kalau kau ingin membuangnya, lemariku amat sangat bersedia menampungnya."

Atensi Hyomin teralihkan ke gaun itu. "Dirombak sedikit saja dan gaun ini sudah bisa menjadi kostum Halloween-mu. Aku yakin Boram pasti akan membantumu merombaknya."

Jiyeon tersenyum. "Terima kasih. Tunggu dulu, ini bukan bulan Oktober."

"Tentu saja bukan, tapi event sekolah kita minggu depan mengambil tema Halloween. Karena aku ketua panitianya, aku lah yang mengusulkan tema itu. Siapa tahu kita bisa menunjukkan taring kita nanti?" canda Hyomin.

"Apakah ini perayaan yang wajib dihadiri seluruh siswa?" tanya Jiyeon yang sedang tidak mood untuk pergi berpesta apapun jenisnya.

Hyomin tersenyum lebar. "Jangan berpikir untuk kabur, oke? Aku akan langsung menyuruh Boram merombak gaun ini."

"Andwae..." ucap Jiyeon pura-pura merasa terbebani. Ia pun merebahkan dirinya kembali di atas kasur empuk Hyomin.

Gadis Kim itu meletakkan gaun coklat tersebut di atas kursi, lalu mendekati kasur. "Karena aku sudah memberimu gaun, bayarlah dengan menjawabku. Apa yang sebenarnya kau pikirkan dari tadi?"

Jiyeon terdiam sebentar lalu memandang Hyomin. Ia bertanya dengan nada hati-hati, "Apakah kau... Putri Sunyoung?"

Ekspresi Hyomin berubah. Ia tak menyangka Jiyeon akan bertanya mengenai hal itu.

"A...aku hanya heran saat wanita vampir tadi menyebutmu dengan Putri Sunyoung," sambung Jiyeon tak ingin Hyomin salah paham.

Hyomin pun mengangguk.

Jiyeon merasakan perubahan atmosfir di kamar itu. Myungsoo benar, Hyomin tidak suka membicarakan masa lalunya. Masa lalu adalah topik yang sensitif baginya. "Aku pernah mendengar sekilas tentang bagaimana kau bertemu dan menyelamatkan Myungsoo. Namun, aku tidak tahu bahwa kau ternyata seorang putri raja." Jiyeon menimpali dengan tawa ringan, berusaha mencairkan suasana.

"Putri apanya?" Hyomin tertawa hambar. "Namaku bahkan dihapus dari catatan sejarah."

Kedua alis Jiyeon terangkat. "Dihapus? Wae?" Seketika, ia sadar telah melewati batas. "Maafkan aku. Jika kau tidak mau menceritakannya, tidak apa-apa."

Hyomin duduk di pinggir kasur lalu tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Jiyeon. Kau bagian dari keluarga ini, kau berhak mengetahuinya."

Jiyeon pun tersenyum. Ia duduk bersila di tengah kasur Hyomin, siap menjadi pendengar yang baik untuk kisah sahabatnya.

The ChoiceWhere stories live. Discover now