SAPPHIRE'S 15

1K 88 31
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"....aku tak bisa terus berada di sampingnya. Donghae anak yang baik. Dia mengasihi siapapun bahkan pada orang yang tidak dikenalnya sekalipun. Donghae merelakan apapun demi orang-orang yang dicintainya, juga.... Leeteuk-ah?"

Leeteuk menoleh, menatap wajah ayah Donghae sempurna. Tak ada firasat apapun kala menatap pria hebat disebelahnya, selain rasa cintanya yang begitu besar untuk sang putra bungsu, Donghae. "Ne?" Jawab Leeteuk setelah cukup lama keheningan menyergap diantara keduanya.

Ayah Donghae menggenggam tangan Leeteuk erat. Sejak saat itu, Leeteuk mulai merasa semuanya terasa berat. Ada gurat sedih dan penyesalan disana, dimata teduh milik Appa Lee.

"Donghae akan bahagia jika berada di dekatmu. Dia sering bercerita tentang dirimu saat meneleponku. Donghae.. dia.. sekali lagi, adalah anak yang baik. Tolong jaga dia untukku."

"Jangan menengadah, Hae. Kau menelannya nanti."

Lamat-lamat, Leeteuk mulai mendengarkan suara lain dalam tidurnya. Untuk sementara ia mencoba mencerna apa yang terjadi sebenarnya.

Dengan mata yang masih terpejam dan tubuh yang terasa sulit digerakkan. Perlahan, Leeteuk mulai menyadari penyebab dirinya tidur hingga memimpikan kejadian beberapa bulan yang lalu. Ketika dirinya duduk bersama di atap gedung, hanya berdua bersama Appa Lee, untuk yang terakhir kalinya.

Leeteuk mulai menggerakkan tangan kanannya yang terbalut kain perban sepanjang siku hingga telapak tangan. Lalu perlahan, ia mulai membuka mata.

Dapat ia rasakan punggungnya yang perih. Kepalanya juga berdenyut serta tangan kanannya yang sulit digerakkan. Mungkin karena luka yang ia dapatkan cukup parah pikirnya.

Untuk beberapa detik, Leeteuk mencoba menetralkan rasa sakitnya. Ia mencoba sedikit bergerak agar tubuhnya tak terasa kaku. Juga memejamkan matanya erat untuk mengurangi denyutan dikepalanya.

"Leeteuk Hyung, kau sudah sadar? Biar kupanggilkan dokter," Suara Kangin kembali terdengar. Dapat dilihatnya tubuh Kangin yang semakin menjauh menjangkau pintu ruang rawat itu. Sementara disisi kanannya, dapat dilihatnya sosok member yang entah mengapa, melihat raut wajahnya yang pias membuat hati Leeteuk terasa sakit.

SAPPHIRE'SWhere stories live. Discover now