Persimpangan

79 4 0
                                    

Tiada yang abadi di dunia ini. seperti hujan yang berakhir dengan sebuah pelangi yang indah, begitu pula kesedihan yang akan berganti menjadi sebuah kebahagiaan.

Anne sampai di persimpangan jalan raya, siapa yang tau kita akan bertemu siapa dan di waktu yang seperti apa. Siluet Mayda sudah ada di warung kecil tepat di persimpangan.

"Kau kenapa si Butet? Kok tiba-tiba kali kau pulangnya?"

Hati Anne sedikit terobati dengan kemunculan Mayda yang tidak disangkanya.

"Lari berapa kau kesini? Kok cepat kali?" tanya Anne.

Mayda nyengir membalasnya.

Satu kepiawaian seorang Mayda, dia sangat bisa membuat suasana menjadi penuh tawa meski hati teriris. Sepanjang perjalanan, seperti tidak kehabisan amunisi, Mayda selalu berhasil membuat sudut bibir Anne terangkat naik.

"Eh nek, aku haus, kita berenti di SPBU ya? Ucap Mayda memelankan kereta.

"Anne menatap bingung, Kau mau minum bensin?" canda Anne.

"Paokmu kelewatan lo nek! nanti kalok aku mati, yang sukak sama kau siapa lagi?"

Anne tertawa terbahak "Ada Pak Indra!" refleks Anne.

Satu nama yang berhasil membuat Mayda terdiam.

Anne merasa bersalah karena itu, hingga sampai di pom bensin, Mayda lebih banyak diam dan hanya menjawab iya dan enggak ketika Anne bertanya.

"Makan bakso di situ yok beib?" Anne ingin membayar kesalahannya dengan menunjuk seubah warung bakso dekat dengan pom bensin.

"Nebus dosa ya ma?" goda Mayda.

"Mau gak?" Ucap Anne manja.

"Oke sayang, kau duluan ya!"

"Lah, kau mau kemana?"

"Kencing! Ikut?" balas Mayda.

Anne tertawa terbahak. "Nanti lah kalok kita dah nikah!"

"Kau mau nikah samaku?" Tanya mayda penasaran dengan jawaban Anne.

"Ya kalok jodoh kenapa enggak!"

"gak mungkin lah nek! awak apalah, udah bejad, remahan rengginang lah untuk keluarga kau!"

"Aaaaaamiiiiiinnnnn! kuaminkan mampos kau kan!"

"Iss kok kejam kali kau nek!"

Anne hanya membalasnya dengan juluran lidah.

***

Anne memilih meja lesehan di dalam ruangan warung bambu. Tempat yang bebas dari debu dan kebisingan mobil tengki minyak. dan tempat yang disukai oleh Mayda yang katanya lebih romantis.

Sambil menunggu Mayda, Anne mengamati dekorasi warung bambu yang unik. Dan betapa terkejutnya Anne melihat sosok Pak Indra hanya berjarak dua meja di hadapannya, yang juga sedang menatapnya.

Jantung Anne berdegup kencang. Hanya menyebut namanya saja sudah bisa membuat dunia Mayda menjadi diam, bagaimana kalau dia tau Pak Indra ada di ruangan yang sama dengannya.

Benar saja, Mayda pun tiba di tempat dimana Anne dan pak Indra saling melempar pandangan.

Anne langsung tersadar dan melihat raut wajah Mayda yang berkerut. Sementara pak Indra berdiri dan menghampiri Anne.

"Eh bu Anne, kebetulan ya! Kita jodoh mungkin ya? Saya boleh gabung ya?"

Anne merasa sangat canggung dalam situasi ini.

Air Mata AnneWhere stories live. Discover now