Pemilik kekuatan

130 11 0
                                    

Malam semakin larut, jam menunjukkan pukul dua lebih empat puluh menit, Anne terbangun dari tidurnya. Kebiasaannya saat terbangun malam adalah membasuh muka dan memohon ampun kepada Allah dengan dua rakaat.

Tempat yang begitu sepi, hanya terdengar suara burung-burung malam yang bersahutan. Anne mencoba memberanikan diri ke kamar mandi sendiri tanpa Lika.

Kwaakkkk.. kuk-kuk-kukuk.. kwaaakkkk.... suara burung terdengar jelas saat langkah Anne sampai di kamar mandi dengan penerangan lampu lima watt. Satu ruangan kosong dan ruangan dapur yang menjadi pembatas kamar mandi.

Jantung Anne berdegup kencang, rasa takut menjalari sekujur tubuhnya, bulu kuduknya merinding dan dengan hawa yang terasa sangat dingin. Anne menarik nafas dalam " Bismillahirrahmanirrahim... aku datang kesini dengan niat baik, aku hanya ingin mencari rezeki, aku tidak mengganggu dan jangan ganggu aku".

Anne membasuh wajah dengan sedikit lebih tenang.

"emhh...emhh..emhhh..hahh-hahh" suara desahan terdengar dari dalam kamar, Anne berlari ketakutan. Lika mendesah keras, kepalanya berbalik kekanan dan kekiri dengan sangat cepat, keringat dingin menyelimuti tubuhnya.

"bo..libo..libo!" Anne mencoba membangunkan Lika.

"Istighfar bo-istighfar, astaghfirullahul'adzim.. astaghfirullahul'adzim.. astaghfirullahul'adzim.." Anne mengucapkan kalimat-kalimat tauhid di telinga Lika.

Beberapa saat kemudian desahan Lika melemah, dan matanya perlahan terbuka.

"nek....." dengan suara ketakutan, Lika memeluk Anne erat.

"kau kenapa bo?" balas Anne dan mengelus punggung Lika perlahan.

"ta-ta-tadi disini ada orang!" Lika menunjuk tepat diatas kepalanya. Lika dengan nafas yang masih ngos-ngosan, mencoba menjelaskan kejadiannya kepada Anne.

"Orang? Orang gimana? Ah kau ada-ada aja lah, mungkin kau lagi mimpi buruk aja tu."

"enggak nekkk..." suara Lika bergetar ketakutan.

"Orangnya itam, tinggi besar, dia gak ngasi aku buat bangkit, dia pegangin tanganku sampek aku gak bisa begerak dan bernafas. Matanya merah giginya besar-besar." Desah Lika semakin keras saat mengingat kembali apa yang ada dalam ingatannya.

"Serius?" tanya Anne mulai sedikit takut. Bulu kuduk Anne mulai merinding.

Lika tidak berani melepas pelukan Anne.

"Yaudah istighfar dulu yah, ayok kita wudhu, sholat yuk! Biar tenang!" ajak Anne dengan mengelus punggung Lika yang masih belum mencapai ketenangannya.

"eng-gaakk! Aku takuttt!" ucap Lika sebagai balasan.

"Yaudah kalo gitu, aku sholat dulu ya, tidur lagi aja kau! Jangan lupa doa!"

Lika menggelengkan kepalanya. " enggak! Aku tunggu kau disini! Kau sholat disini aja!"

"yaudah terserah kau aja."

Lima belas menit Anne menghampiri Ilahi, dia kembali melirik sahabatnya yang masih duduk diranjang, tepat disebelahnya.

"yakin gak mau sholat?" tanya Anne lagi.

Lika hanya menggelengkan kepalanya.

"eh! Aku mau telpon Uli!"

Anne kaget dengan dahi berkerut mendengar perkataan Lika.

"yang di telpon itu Allah kali bo! Bukan Uli!" balas Anne kesal.

"Gak pa-pa kali nek! Kalo aku udah cerita sama dia, aku jadi tenang."

Air Mata AnneWhere stories live. Discover now