10. More...

12.9K 637 97
                                    

-Rachel Pov-

Ah, sensasi ini...
Tubuhku rasanya panas. Seperti ada yang bergejolak di dalam diriku.
Apa kak Vanesha selalu merasakan hal ini setiap kali ia menyentuhku?

Tangannya intim sekali menggerayangi tubuhku.

"K-kaakh.."

"Sst.. Jangan berisik.." bisiknya.

Ia mengecupku sekali kemudian memandangi wajahku.

"Umhh.." aku bisa merasakan bibir kak Vanesha menyapu leherku.

"G-gelii..."

"A-ahhnn.." desahku ketika kakak mengeraskan ciumannya di bahuku.

Kak Vanesha berdiri dengan menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan, dengan begitu tangannya bisa bebas menjangkau tubuhku. Seperti yang ia lakukan sekarang, meremas pantatku dengan pijatan-pijatan lembut.

"K-kaakh.. Anu-ku rasanya aneh... Hmmh.."

Kak Vanesha sama sekali tak menghiraukanku. Mulutnya bahkan tengah sibuk menjilati puting susu ku.

Kakiku terasa lemas. Aku menjatuhkan diri ke dalam pelukannya. Dengan sigap, kak Vanesha pun mengubah posisinya agar membuatku nyaman.

"Hah... Hahh.. Haahh..." rasanya aku sangat lelah setelah apa yang terjadi.

Posisi kak Vanesha seperti berlutut, dengan salah satu kaki yang bertumpu pada lututnya. Dan aku duduk di kakinya yang berada di atas.

Atau dengan kata lain, kini salah satu paha kak Vanesha sedang diapit oleh kedua kakiku.

Aku meneguk ludah ketika menyadari hal ini. Denyutan di bagian anu milikku semakin terasa. Kak Vanesha hanya menatapku sambil tersenyum dan membelai lembut wajahku.

"Kakak~ hnggh..."

Aku menangkup kedua pipinya dan mendekatkannya ke arahku.

Chuu...

Sebuah ciuman berhasil kudaratkan di bibirnya yang menggoda. Dengan sedikit memaksa, kak Vanesha menerobos bibirku dengan memasukkan lidahnya menjangkau seluruh bagian mulutku.

Bunyi kecipak dari ciuman terdengar cukup intens. Sampai tanpa sadar, aku mulai menggerakkan pinggulku maju-mundur di pahanya.

"Mmhh... Hhaaahnn..." entah mengapa semakin ku gesekkan anu-ku, rasanya malah semakin gatal sensasi yang kurasakan.

"Hhaaah.. Hhaaahh.. Hhaaahh.."

Aku memeluk kak Vanesha erat, bahkan nyaris mencengkeram bahunya.

Pandanganku mulai sayu, tenagaku rasanya juga hampir terkuras habis.

"Keliatannya lo begitu menderita, perlu bantuan?" bisik kak Vanesha dengan suara seraknya tepat di telingaku.

Tanpa pikir panjang, aku mengangguk lemah.

Kak Vanesha tiba-tiba mendorongku untuk bersandar di tembok kamar mandi. Ia melebarkan kedua pahaku dan memijat klitorisku menggunakan jempolnya.

"Ouuhh..." aku berusaha menahan suaraku dengan tangan kananku.

Kak Vanesha mendekatkan wajahnya dan mulai menjilati bagian luar anu-ku.

"Mmhh... Kaaakkh.."

Aku mulai tak tahan dan menarim kepala kakak agar semakin dalam.

"Ssshhh... Hgghhh..."

Bibir kak Vanesha semakin ganas dalam mengemut dan menjilati milikku.

"Aaahhhnnn......"

Cairan itu akhirnya keluar. Langsung membahasahi kakak, sama seperti yang pernah kami lakukan di rumah dulu.

"Hhahh.. Hhaah.." aku berusaha menetralkan deru nafasku yang masih tak beraturan.

Kulihat kak Vanesha tak begitu kelelahan. Ia mengambil air dan langsung mengguyurkannya ke tubuhnya.

***

Aku berjalan mengikuti kak Vanesha masuk ke dalam rumah. Haaah.. Capek banget rasanya setelah beberapa hal yang kami lalui hari ini.

Uh, yah, uhmm... Entah kenapa aku ngerasa kak Vanesha jadi baik dan ga galak kalo kita lagi, errr... Gapake baju? Uh, gatau ah.

Aku mengambrukkan tubuhku ke sofa di ruang keluarga, sambil menunggu kak Vanesha yang sedang memberesi barang-barang yang kami bawa.

"Minum gih. Pucet amat." ucapnya sambil memberikanku segelas es sirup yang kelihatannya sangat segar.

Aku mengangguk dan menerimanya. "Makasih." balasku.

Kak Vanesha pun duduk di sebelahku. Ia meregangkan otot-ototnya dengan mata terpejam.

"Bokap lo kapan balik?" tanyanya tiba-tiba.

"Eumm.. Mungkin sekitar 10 hari lagi. Tapi kemaren aku ditelfon papa, katanya papa juga belom dapet tiketnya sih." jawabku. Kak Vanesha mengangguk perlahan.

Ia menghela nafasnya panjang, kemudian mengambrukkan tubuhnya ke arahku. Kak Vanesha memelukku dari samping dan menyimpan dagunya di pundakku.

"Eumm... Kak?" bulu kudukku sedikit merinding ketika merasakan hembusan nafas kak Vanesha menerpa leherku.

Ugh, kenapa di saat seperti ini jantungku harus berdetak dengan cepat? Bisa-bisa kakak denger kalo aku lagi deg-degan.

Chu...

"Emh...." erangku.

Aku terkejut ketika bibir kakak telah sempurna menempel di leherku. Aku cuma bisa memejamkan mata.

Tak berapa lama, kak Vanesha melepaskan ciumannya dan beralih mengecup keningku singkat dan mengacak rambutku.

"Sana istirahat. Capek kan?" ucapnya kemudian berlalu tanpa membiarkanku melihat ekspresinya.

***

-Author Pov-

Vanesha duduk di pinggiran balkon sambil menyesap kopi miliknya. Entah mengapa akhir-akhir ini ia mulai menyukai rasa pahit dari kopi hitam itu.

Beberapa batang rokok sudah ia habiskan hanya untuk malam ini. Hanya ditemani malam tanpa bintang dan kesunyian, Vanesha terus melamun memikirkan apa yang terjadi padanya.

"Time flies so fast, huh?" bisiknya.

Ia ingat bagaimana pertama kali bertemu dengan anak itu. Anak 'nakal' yang berhasil membuatnya jengkel di pertemuan pertamanya. Anak kecil yang usianya terpaut jauh dengannya, namun bisa sedikit membuatnya nyaman.

"Shit." gerutunya.

Vanesha tidak pernah menganggap bahwa anak itu spesial bagi hidupnya. Ia hanyalah seorang bocah ingusan, anak dari bos sahabatnya. Jika disampaikan melalui kata-kata, mereka hanyalah seperti majikan dan pelayan. Tidak lebih dan tidak kurang. Vanesha bekerja secara total hanya untuk Rachel, bukan ayahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari pun, mereka jarang mengobrol secara intens. Hanya menyapa dan basa-basi ringan. Perasaannya pada majikannya juga bukan seperi kakak kepada adiknya, atau pun orangtua pada anaknya.

Tapi mengapa?

Mengapa setiap ia menghitung hari menunggu kedatangan ayah dari majikannya, ia merasa sesak.

Vanesha tersenyum getir mengingat perilaku kriminalnya pada Rachel selama ini.

"Butuh lebih dari hukuman 15 tahun penjara buat gue untuk bisa lupain lo."

Ia menghisap rokoknya dalam-dalam.

Pikirannya kembali melayang ke awang-awang.

...



[A/n]

Hmm kayanya udah saatnya bikin konflik deh wkwk btw apakabs guyss? Kgn

GAP✅Where stories live. Discover now