16 | Don't Cry

8.8K 945 25
                                    

"Kakak kok senyum-senyum sendiri? Lagi jatuh cinta, ya?"

Ucapan Aksa, membuat pandangan Dana berpindah padanya. Melihat kakaknya itu di detik kemudian menyulam senyum senang, semakin kuatlah asumsi Aksa barusan.

Aksa yang masih mengenakan seragam sekolah lebih mendekatkan duduknya. "Sama siapa?" Dia menarik turunkan alis.

"Sama cewek."

Menaikkan satu sudut bibir, Aksa menanggapi, "Ya kali masa sama banci emperan."

Gelak tawa Dana terdengar. Dia lantas merangkul Aksa dan menggoyangkan tubuh adiknya. "Besok malem, aku bakal ajak dia ke rumah biar kamu sama mama dan papa bisa kenal."

Aksa mengangguk. "Oke."

Dana melepaskannya. Matanya menatap kolam ikan di depan. Senyum samar singgah di bibir. "Dia wanita yang menarik dan apa adanya." Lantas, menoleh kembali ke Aksa. "Besok waktu ketemu dia, kamu pasti juga sependapat sama aku."

Matahari tergelincir di kaki langit sejak dua jam yang lalu. Aksa baru saja tiba di rumah. Tadi, dia diminta Cakra bantu-bantu persiapan acara ulang tahun sekolah. Sudah memberitahu Diajeng lewat telepon.

Mendengar suara ramai dari arah ruang makan, langsung ditujunya ruangan tersebut. Wanita yang sudah membuat Dana jatuh hati sudah datang. Dia duduk memunggungi Aksa.

Diajeng yang duduk di salah satu kursi, mengangkat kepala. "Nah, pulang juga. Mama kira sekalian nginep di sekolah."

Tiga orang selain Diajeng yang duduk di meja makan itu seketika menoleh pada Aksa. Termasuk wanita yang akan dikenalkan Dana. Bertatap muka dengan wanita itu, rasa kaget merayapi Aksa hebat. Letupan-letupan di dada terasa menyakitkan.

Wanita itu adalah Hanum Banowati. Gadis yang dulu pernah Aksa lihat di halte bus. Gadis yang pernah membantu Aksa membayar ongkos bus. Kendati penampilan Hanum sedikit berubah dengan rambutnya yang pendek sebahu, wajahnya masih melekat betul di ingatan Aksa.

"Sa, kenalin ini Hanum, temenku," celetuk Dana, lantas berdeham dengan disengaja. Seolah ingin menjelaskan ke Aksa bahwa Hanum adalah wanita yang dimaksud Dana lusa lalu. Rasanya udara semakin menipis di paru-paru Aksa.

Hanum mengulurkan tangan diselipi senyum simpul. "Hanum."

Mencoba mengendalikan diri, Aksa membalas uluran tangan itu tanpa tersenyum sedikit pun. "Aksa." Dan segera dilepaskannya tangan Hanum.

Hanum terkesiap. Aksa tidak peduli bila tindakannya yang berkesan tidak bersahabat membuat wanita itu kaget. Rasa emosi sudah terlanjur singgah di dirinya, bercampur aduk dengan rasa-rasa lain.

Diajeng menggerakkan tangan ke arah meja makan. "Ayo, ayo duduk. Aksa kan, udah pulang, jadi kita bisa mulai makan malamnya."

Duduk berhadapan dengan Hanum yang bersebelahan dengan Dana? Tidak adakah hal yang lebih membuat Aksa bertambah sakit hati. Aksa meraih gelas yang sudah diisi air putih. Piring putih kosong yang ada di depannya, tak dia lirik atau isi nasi. Dia sungguh tak napsu makan.

Diajeng yang duduk di sebelah Aksa, menatap Hanum dan Dana bergantian. "Kapan kalian mutusin buat menikah?"

Mata Hanum dan Dana membeliak bersamaan. Hanum menggoyang-goyangkan tangannya. "Kita nggak pacaran, Tante." Walau berkata demikian, raut wajah wanita itu tampak malu-malu dan senang atas pertanyaan Diajeng barusan.

Begitu juga dengan Dana. Suasana hati Aksa yang sudah terjun ke dasar, semakin terkubur rapat. Menjauhkan gelasnya, dia bangkit berdiri. "Aksa ke kamar dulu. Inget besok ada ulangan harian Kimia."

Diajeng mengerutkan dahi. "Tumben kamu belajar."

Hanya senyuman singkat masam yang diberikan Aksa untuk Diajeng. Mamanya semakin mengerutkan dahi. Aksa beranjak ke kamar tanpa daya.

Loveisble | ✔️ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now