( Part 10 )

3.3K 212 1
                                    

Bel berbunyi nyaring dua kali pertanda istirahat. Tapi ada yang berbeda hari ini, kondisi kantin tidak sekondusif biasanya. Segerombolan anak laki-laki dari kelas sepuluh dan sebelas yang berkumpul sejak tadi terlihat gelisah. Termasuk salah satu anak kelas sepuluh yang terlihat babak belur yang menimbulkan banyak pertanyaan.

"Lagian lo ngapain pake benda tajam segala mana bawa smoke bomb?!"

"Deva emang goblok"

Deva, namanya.

Aksa baru saja turun dari lantai tiga dan menuju kantin bersama aldo dan reno. Aura cowok itu terlihat berbeda. Aura mengerikan persis seperti malaikat kematian.

"Mampus! aksa sama anak kelas 12 yang lain udah pada dateng" mereka melihat aksa berjalan menuju kantin yang seketika membuat segerombolan laki-laki itu panik.

Saat aksa, reno—pentolan kelas dua belas, lalu disampingnya ada aldo dan antek-anteknya berjalan melewati kantin, Situasi menjadi ramai karena anak-anak lainnya penasaran akan ada peristiwa besar apa yang akan terjadi.

"NAYARAAA!!!" Teriak metha lalu menghampiri nayara yang sedang membaca novel di kelas.

"Apasih metha?!"

"AKSA KAYAKNYA MAU BERANTEM LAGI DI KANTIN DEH! AYO IKUT GUE" kata metha lalu menarik nayara.

"Mana yang namanya deva?" Tanya reno lalu menggebrak meja yang membuat seisi kantin tersetak kaget.

Deva maju kedepan dengan wajah pucat pasi.

"Elo kan yang nyaris nusuk gue kemarin? Tapi sayangnya lo masih harus banyak belajar sih. Smoke bomb gak bikin muka lo jadi hilang di mata gue" sarkas aksa.

Semua orang kaget. Akhirnya jawaban terungkap darimana asal lebam-lebam yang ada diwajah deva; dari aksa.

"Lo yang gabung gerombolannya bimo kan? Oke juga nyali lo. Tapi sayang kampungan. Bawa benda tajam. Lo kira lo mau begal orang?" Ujar reno.

"Jadi mau diapain nih?" Aldo membuka suara.

"Terserah aksa" jawab reno.

Sedangkan aksa tersenyum menang saat melihat wajah pucat deva. Ia mencengkram kerah deva lalu bersiap untuk meninju wajah deva.

Tetapi pergerakannya berhenti saat ada tangan yang menahan aksa untuk melakukannya dan berdiri di hadapannya.

Nayara.

Aksa kaget melihat apa yang dilakukan nayara. Kalau saja ia tak berhenti. Mungkin tangannya sudah meninju nayara. Bukan deva.

Tepat dengan bel masuk yang berbunyi nyaring, membubarkan orang-orang yang sedang menonton tayangan gratis. Aksa segera menurunkan tangannya lalu menarik nayara keluar.

Segerombolan anak kelas dua belas lain, langsung pergi saat aksa memberi kode. Sementara deva bernafas lega, karena hidupnya kali ini selamat. Hanya karena beberapa detik kedatangan nayara.

"Lo kenapa tiba-tiba muncul?! Kalau tadi kena lo gimana?" Ujar aksa. Ia benar-benar kesal. Dan akan bertambah marah jika tangannya tadi benar-benar mengenai nayara.

"Gak semuanya harus pake kekerasan sa" kata nayara.

"Tapi dia hampir ngelukain gue nay" jawab aksa.

"Tapi gak gitu car—"

"Caranya gimana? Gue harus ngebiarin dia ngelukain gue dan lo seneng. Akhirnya gak ada yang ganggu hidup lo lagi? gue jadi bingung nay. di mata lo, gue se-sampah itu ya?" Ujar aksa lalu pergi meninggalkan nayara.

Perkataan aksa sukses membuat nayara skakmat. Berdiri terdiam. Menatap nanar punggung aksa yang perlahan menjauh. Hatinya sakit mendengar aksa berpikir seperti itu tentang dirinya.

Nayara memutuskan pergi ke kamar mandi dan berdiri di balik pintu. Goblok banget sih nay, batin nayara.

Tindakan yang ia lakukan murni karena refleks. Bukannya ingin menjadi pahlawan kesiangan. Apalagi membuat aksa sampai berpikiran seperti itu. Ia benar-benar tak ada maksud. Pasti aksa marah sama gue.

Nayara mencuci muka supaya lebih segar lalu memutuskan untuk segera keluar dari kamar mandi.

Saat ia masuk kelas, mereka masih heboh membicarakan kejadian di kantin tadi. Nayara menoleh ke tempat duduk aksa yang kosong. Laki-laki itu sepertinya benar-benar marah padanya.

Apalagi jika mengingat perkataan aksa. Ah apa nayara memang sudah begitu menyakiti aksa?

Nayara tavisha
gue minta maaf sa.

*****

AKSANAYARAWhere stories live. Discover now