06|| you are the only one

1.1K 183 20
                                    

"Kayaknya nggak ada bedanya gue di sini atau enggak. Lo diem aja dari tadi."

Dino tersenyum tipis dan menoleh ke arahku. "Lo mau gue ngomong apa?"

"Ya ngomong soal masalah lo. Masak ngomongin ayam-ayam Kak Bagas," ucapku kesal sendiri.

Sejak tadi, aku hanya duduk diam di sebelah Dino tanpa melakukan apa-apa. Dino sendiri juga diam, mengamati kandang ayam tanpa kutahu sedang memikirkan apa. Maksudku, jika fungsiku di sini hanya sebatas patung, bukankah lebih baik aku mengganti diriku dengan celengan ayam milik Kak Bagas? Atau kalau tidak, kami berdua bisa pindah tempat ke dalam rumah dan sama-sama diam di sana. Paling tidak di sana aku tak akan jadi santapan nyamuk.

"Gue lagi nggak mau bahas itu."

"Hei, gue di sini buat dengerin curahan hati lo. Kita sedang genjatan senjata, ingat?"

"Makasih, Lova. Tapi yang gue butuhin sekarang adalah pengalihan pikiran. Gue beneran nggak mau mikirin atau bahas masalah itu," katanya.

"Tapi, Din—"

"Please," ucap Dino dengan wajah memelas.

Aku mengembuskan napas panjang dan mengangguk. "Baiklah, jika lo pengen gue duduk di sini nemenin lo sambil digigitin nyamuk, untuk menghargai genjatan senjata kita, gue siap. Apa sih yang nggak buat Dino Lexian Putra?"

Kudengar kekehan dari mulut Dino. "Jadi, kemarin malam lo kencan?"

Aku menatapnya bingung seraya berkata, "Kencan?"

Dino mengangguk. "Kemarin waktu gue video call katanya lo mau pergi kencan. Sama siapa?"

Aku diam sesaat, mengingat kejadian kemarin. Benar. Kemarin ketika Dino bilang dia sedang kencan dengan seorang cewek, karena gengsi, aku pun juga bilang akan pergi kencan. Dan tentu saja itu semua bohong.

Oh tidak, itu semua bohong! Jawaban apa yang harus kuberikan?

Kini aku tertawa, mencoba untuk tidak gugup. Lalu kunaikkan kedua kakiku ke atas kursi dan memeluknya. Dino menatapku dengan kening berkerut.

"Rahasia," jawabku akhirnya.

Dino tersenyum seraya geleng-geleng kepala. "Oke."

"Lo sendiri kencan sama siapa? Abel?" tanyaku mencoba terdengar biasa saja. Tapi kurasa suaraku terdengar sangat penasaran.

"Rahasia," jawabnya santai.

"Okeeeei," balasku lambat-lambat seraya menganguk-anggukkan kepala lesu.

"Tapi kalau lo penasaran, gue bisa ngasih tahu lo, kok," kata Dino tiba-tiba masih dengan gayanya yang sok santai.

Tanpa sadar, aku sudah mencondongkan tubuh ke arah Dino. "Siapa?"

"Asal lo juga ngasih tahu siapa yang kencan sama lo kemarin." Dino memamerkan senyum lebarnya kepadaku.

Haruskah aku mengorbankan harga diriku hanya untuk mengetahui teman kencan Dino? Tapi, aku amat sangat penasaran. Aku ingin tahu dia kemarin kencan dengan siapa.

Mungkin, aku hanya perlu mengarang sebuah nama untuk kujadikan teman kencan. Aku yakin dia tidak akan tahu.

"Dan, lo nggak boleh bohong. Ingat, kita sedang genjatan senjata," katanya memperingatkanku.

Sial. Bagaimana bisa ia membaca pikiranku?

Aku menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. "Gue kemarin malam nggak kencan."

Dino menaikkan sebelah alisnya. "Maksud lo nggak kencan?"

"Gue di rumah. Nggak kencan, nggak ke mana-mana," jawabku ketus.

You Are The Only OneWhere stories live. Discover now