08|| you are the only one

897 135 8
                                    

"Kak Bagas itu baik," kataku. "Nggak pelit. Nggak sombong. Keren. Pinter. Suaranya merdu banget kalau lagi ngomel," lanjutku memaksakan senyum lebar.

Kak Bagas yang duduk di sebelahku mengangguk-anggukan kepala. Tampak puas dengan sejuta pujian yang kukatakan kepadanya. "Ayo, lanjutkan," ucap Kak Bagas.

Aku meliriknya kesal. Kulihat Kak Bagas menaikkan sebelah alisnya, menunggu. Aku menarik napas panjang. Memaksakan diri untuk menuruti kemauannya.

"Orangnya ramah banget. Suka menolong sesama. Dapat diandalkan dalam segala situasi," ucapku jelas-jelas berbohong. "Kak Bagas itu cowok paling ganteng sedunia jin."

"Heh!" Kak Bagas melotot ke arahku.

Aku tersenyum lebar melihat ekspresi sebalnya. "Paling ganteng sedunia tumbuh-tumbuhan? Dunia hewan?"

"Yang bener mujinya," perintah Kak Bagas.

Aku mendengus kesal. "Nggak ada yang bisa dipuji dari lo," ucapku jujur.

"Gue turunin di sini, mau?" ancamnya.

"Jangan! Nanti gue telat," rengekku.

"Makanya, puji gue dengan sungguh-sungguh." Kak Bagas menatap jalan di depannya dengan menyunggingkan senyum penuh kesombongan.

Aku benci ekspresinya.

Aku membuang napas dengan kesal. Seharusnya tadi aku naik ojek online saja daripada harus diantar Kak Bagas dengan syarat konyol seperti ini. Tadi waktu sarapan, tiba-tiba Kak Bagas menawariku tumpangan ke sekolah. Kupikir Kak Bagas memang baik hati dan tidak sombong, ternyata aku salah. Kak Bagas memintaku untuk memujinya selama di perjalanan sebagai imbalan atas tumpangannya. Orang macam apa dia?

"Kak Bagas itu baik hati, mau nganterin adeknya ke sekolah tanpa bayaran uang," kataku seraya menyandarkan kepalaku ke jendela di sampingku. "Cuma ya itu, dia orangnya haus akan pujian. Tapi nggak apa-apa. Adeknya yang cantik jelita dan tidak sombong ini mau kok muji kakaknya yang tidak punya kelebihan apa pun. Untung punya adek baik banget. Kalau nggak, bukannya dipuji, pasti Kak Bagas bakal dimaki-maki. Kak Bagas mesti banyak-banyak berterima kasih sama Lovalita Kirana, adek terbaik dan termanis sedunia."

"Hoam." Kak Bagas menguap lebar-lebar, jelas sedang meledekku.

Aku mengabaikannya dan memilih untuk melihat ke arah jendela di sampingku. Saat ini mobil sedang berbelok ke sebuah komplek yang tak asing bagiku. Sontak aku menegakkan badan. Kulihat jalanan lebar di hadapanku. Rumah-rumah bertingkat berpagar tinggi berjajar di kanan dan kiri.

"Kok lewat sini?" tanyaku menoleh ke arah Kak Bagas. "Sekolah gue nggak lewat sini, Kak!"

"Tau kok," balasnya singkat tak acuh.

"Terus?"

"Kan temen gue ada yang tinggal di sini," jawabnya santai seraya memamerkan senyum tengilnya kepadaku.

Kini mobil yang kami tumbangi berbelok memasuki halaman rumah berpagar cokelat. Di halaman rumah ini terparkir sebuah mobil hitam dan sebuah motor matic. Pohon mangga tampak rindang tumbuh di sisi kanan halaman. Di teras rumah ada dua orang yang sedang duduk mengobrol. Keduanya langsung bangkit berdiri ketika melihat kedatangan kami.

"Jangan bilang kalau Kak Bagas mau jemput Dino," kataku mulai panik. "Dia minta antar Kak Bagas juga?" tanyaku tak santai.

Mobil berhenti. Kak Bagas menoleh ke arahku dan menggeleng. "Nggak kok. Gue yang minta Dino buat ngantar lo ke sekolah."

You Are The Only OneNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ