05|| you are the only one

1.1K 188 25
                                    

Sejak kapan, sih, waktu berlalu begitu cepat? Perasaan baru kemarin Dino menantangku untuk mendapatkan pacar, tahu-tahu sudah tinggal dua minggu lagi.

Ponsel yang berada di sampingku bergetar. Segera kusambar benda tersebut dan kutatap layar ponselku dengan kening berkerut.

"Ngapain lo video call?" tanyaku pada layar ponselku yang menampilkan nama Dinosaurus. Tanpa berpikir panjang langsung kutolak panggilan tersebut.

Tak selang berapa lama, panggilan video dari Dino muncul lagi di layar ponselku. Kembali kutolak panggilan itu. Hal ini terjadi beberapa kali. Hingga akhirnya sebuah pesan masuk ke ponselku.

Dinosaurus: Angkat.

Selang beberapa detik, Dino kembali mengirimiku pesan.

Dinosaurus: Penting.

Aku mengernyit tak yakin. Kalau boleh dibilang, bagiku, semua pesan dan panggilan masuk dari kontak Dino itu mencurigakan. Aku ragu dia menghubungiku karena hal penting.

Lova: Apa?

Dinosaurus: Angkat makanya.

Lova: Soal apa?

Dinosaurus: Angkat.

Tak berapa lama kemudian, panggilan video dari Dino muncul kembali di layar ponselku. Setelah berdebat dengan diri sendiri selama dua detik, akhirnya kuangkat panggilan itu.

Wajah Dino terpampang di layar. Alisnya mengernyit dalam. Ia menggeleng-gelengkan kepala.

"Apa?" semburku segera.

"Lo ternak burung walet juga?"

"Ha?" Aku mengernyit bingung. Lalu mendongak menatap langit-langit ruang tengah. Mencari keberadaan burung walet yang dimaksud Dino. Tapi selain lampu dan sarang laba-laba di sudut tembok, tak kutemukan apa-apa.

"Rambut lo kayak sarang burung walet."

"Kalau lo di sini beneran gue tonjok!" kataku kesal seraya memperlihatkan tinjuku di depan kamera.

Dino tertawa menanggapi ancamanku. Di belakang Dino tampak sebuah poster film. Samar-samar kudengar suara lagu mengalun dari seberang sana. Tempat itu terdengar agak bising. Sepertinya Dino sedang berada di bioskop.

"Ngomong-ngomong malam-malam gini lo di rumah?" tanyanya dengan sisa tawa yang masih dapat kudengar. "Masih jam tujuh udah siap buat tidur?"

Aku menunduk menatap piyama hitam dengan motif kucing yang kukenakan. Sial.

"Kayak gue dong, kencan," katanya lagi yang membuatku mengangkat kepala menatap wajah tengilnya. Dino kini sedang tersenyum lebar, meledekku. Lalu wajah Dino berganti dengan gambar deretan orang yang sedang mengantri untuk membeli makanan. "Lihat, cewek itu. Kencan, Lova. Kencan."

Tanpa sadar kini aku sudah duduk tegak dengan layar ponsel berada tepat di depan mataku, mengamati deretan orang-orang itu dan mencari cewek yang dimaksud Dino. Ada tiga cewek yang berada di sana. Dan semua cewek itu membelakangi kamera. Aku tak tahu Dino kencan dengan cewek yang mana. Apa mungkin cewek berbaju biru yang memiliki rambut hitam lurus sepunggung? Atau cewek berambut keriting sebahu yang mengenakan kaos hitam berlengan panjang? Atau cewek berjilbab yang memiliki tubuh tinggi semampai? Yang mana?

"Jidat lo lebar juga, Lov."

Sontak aku memundurkan kepala. Kini wajah Dino kembali kulihat. Dia sedang menggeleng-gelengkan kepala dengan seulas senyum menyebalkan.

Sementara Dino sedang berada di bioskop, kencan dengan cewek. Aku di sini, di rumah, di ruang tengah, dengan baju piaya dan segelas susu cokelat hangat di meja. Oh, juga sendirian. Papa dan Mama sedang pergi menghadiri pernikahan kenalan mereka. Betapa menyedihkannya aku malam ini.

You Are The Only OneWhere stories live. Discover now