Chapter Nine

1.1K 156 35
                                    

Harry menghembuskan nafas sambil tersenyum.

Harry menduga bahwa Avery akhirnya berhasil melupakan teman lamanya itu, rokok.

Harry memukul-mukul setir mobilnya dengan ringan sambil bersenandung. Dia baru pulang dari rumah Avery untuk meyakinkan Avery akan meminum obatnya dan sialnya, jalanan macet.

Harry mengeluarkan iPhone kesayangannya dari kantong dan memainkannya.

Tiba-tiba, benda itu berdering.

Avery.

Dengan cepat, Harry memencet tombol hijau dan mendekatkan benda berwarna putih itu ke telinganya.

"Ada apa?" Tanya Harry.

"Kau tidak akan percaya akan hal ini, Haz!" Ujar Avery dari seberang.

"Mom akan pulang hari Senin nanti!" Jerit Avery dengan senangnya.

"Uhm... ok? Bagaimana caramu memberi tahunya bahwa kau terkena penyakit kanker paru-paru?" Tanya Harry to the point.

Avery terdiam. Hanya suara nafasnya yang terdengar dari seberang.

"Maaf," Ujar Harry memecah keheningan.

"Jadi kau sudah meminum obatmu?" Tanya Harry.

"Sudah, bodoh," Jawab Avery singkat.

"Ngomong-ngomong, terima kasih atas pesan singkatmu. Kekanakan sekali," Lanjut Avery. Harry tertawa kecil.

"Minum obatmu yang rutin yah, dan jangan merokok," Ujar Harry.

Avery terdiam sebentar.

"Te... tentu saja, Haz. Aku mau sembuh!" Ujar Avery.

"Baguslah, ngomong-ngomong aku sedang mengendarai mobil. Sudah dulu, babe. Nantiku telpon lagi. I love you,"

"I love you too baby Haz," Balas Avery.

Harry memencet tombol berwarna merah pada layar iPhonenya dan tersenyum lebih lebar.

**

Tangan kanan Avery sibuk meremas iPhonenya sementara ia menghisap rokok ke 5 yang sudah ia konsumsi sejak tadi.

Ia seperti mabuk.

Pikirannya melayang-layang entah kemana.

Segelas air dan sebutir obat yang berada didekat asbak belum di sentuh oleh Avery.

Ya, Avery berbohong pada Harry.

Avery sudah bosan di kendalikan oleh dokter, obat, Harry dan Cassidy.

Avery menghembuskan asap dari hidung dan mulutnya lalu terbatuk.

Avery mengambil segelas air itu lalu meminumnya sampai habis. Avery mengangkat gelas yang sudah kosong itu beserta sebutir obat berwarna putih lalu membawa kedua benda itu ke dapur sementara mulutnya sibuk menghisap rokok.

Dengan satu gerakan, Avery segera membuang obat itu.

Sekali lagi, Avery membuang obat itu.

Dia berjalan kembali ke ruang tamu lalu mematikan rokok itu di asbak dengan cara memencet ujung rokok ke permukaan asbak.

Avery terbatuk kecil.

'Persetan dengan penyakitku,' Batin Avery.

Dia berjalan ke kamarnya lalu merapikan kamarnya sedikit dan merebahkan dirinya ke tempat tidur.

Avery memikirkan kepulangan ibunya nanti, obat, dokter dan penyakitnya.

Padahal awalnya, hidup Avery biasa-biasa saja, rokok, teman, kebebasan dan bukan hal-hal seperti ini.

breath↘h sOnde as histórias ganham vida. Descobre agora