Chapter Eight

1.2K 160 30
  • इन्हें समर्पित: bumblevee14
                                    

Setelah melewati beberapa bagian dalam pengambilan darah, akhirnya Avery dan Harry hanya perlu menunggu hasil pengambilan darah itu.

Harry dan Avery lebih memilih untuk menunggu di rumah sakit. Mereka berencana untuk mencari nenek misterius yang mereka temui di lift.

Berjam-jam sudah terlewat tetapi hasilnya nihil. Mereka terpaksa kembali ke ruangan Charlie untuk mengambil hasil lab.

"To the point," Ujar Harry pada Charlie.

Charlie sudah siap dengan map yang berisi hasil lab terkutuk.

Charlie membuka map itu lalu mengeluarkan dua lembar kertas.

"Dan...ya. Dia memang menderita kanker paru-paru..." Ujar Charlie dengan nada penuh sesal. Harry dan Avery membeku di tempat.

"...tapi...kankernya masih stadium 1," Lanjut Charlie.

"Aku tahu ini mengejutkan. Tapi, David yang sudah tua dan bodoh itu salah membaca," Cengir Charlie. Charlie menunduk untuk mengambil sesuatu dari laci yang ada di mejanya. Sebuah map lagi.

"Ini. Ini hasil lab milik David. Tadi, aku menyuruhnya untuk mengantar hasil ini dan ketika melihat yang tertulis di hasilnya, aku segera menelpon David dan menegurnya. Bisa-bisanya ia membaca angka satu menjadi tiga. Rasanya aku ingin menamparnya," Jelas Charlie panjang lebar sembari membuka kedua map itu dan menunjukkan hasil yang sama.

Kanker paru-paru stadium 1.

Sialnya, meski stadium 1, kanker tetaplah kanker. Penyakit membunuh yang merupakan hal yang paling di benci manusia. Avery dan Harry masih mematung.

Charlie menepuk tangannya yang menyebabkan Harry dan Avery berkedip bersamaan.

"A...apa? Kanker? Stadium 1?" Tanya Avery tergagap. Charlie menghela nafas lalu mengangguk dengan wajah serius.

"Sayangnya, itulah yang terjadi," Ujar Charlie dengan wajah muram.

"Beginikah caramu memberi tahu pasien? Begini?" Tanya Harry dengan suara kecil.

"Bukankah ini harus di beritahukan secara lebih personal? Tidak seperti ini?" Tanya Harry lagi. Charlie hanya menatap mereka secara bergantian dengan tatapan menyesal.

"Bukan. Aku bermaksud untuk berkata bahwa kemungkinan untuk sembuh dari penyakit itu adalah 50% jika rajin meminum obat," Jawab Charlie. Mata Avery mengkilat mendengar ucapan Charlie.

"Apa yang harus di minumnya?" Tanya Harry dengan secercah semangat.

"Biar aku tulis resepnya, sisa kau minta di apotek. Instruksinya sudah ada di kemasan, yang jelas kau harus meminum obat itu secara teratur selama 6 bulan. Jangan bolos. Ngomong-ngomong, Avery. Aku mendengar dari David kalau kau merokok?" Jelas Charlie. Avery mengangguk kecil.

"Kau harus berhenti melakukan hal itu, young lady," Ujar Charlie, "Minum obat rutin tetapi merokok sama saja bebas dari perangkap tetapi memasuki kandang singa."

Pundak Avery melemas mendengarnya.

"Nah... kalian boleh pergi," Ujar Charlie sambil menyerahkan hasil lab dan selembar kertas yang bertuliskan resep.

"Terima kasih," Ujar Harry lalu menyalam Charlie. Avery menyalam Charlie setelah Harry dengan ragu.

**

"Jadi kau dengarkan Avery?" Ujar Harry mengakhiri ceramahnya tentang rokok dan kanker paru-paru sembari mereka berdua menunggu obat. Avery hanya mendelik pada Harry sambil menoleh ke kiri dan kanan.

"Yah... jadi kalau kanker paru-paru menular, bukannya kau tidak boleh menciumku lagi? Jadi sampai jumpa," Gumam Avery cukup keras. Mata Harry membulat.

breath↘h sजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें