Chapter Three

1.6K 219 56
                                    

Avery membuka dan menutup matanya perlahan. Cahaya yang menyilaukan lumayan mengganggu pemandangannya sehingga ia harus membiasakan matanya dengan cahaya itu.

'Rupanya sudah pagi,' Batin Avery. Ia melihat kesekelilingnya dan menemukan sebuah benda lembut yang menyelimuti badannya.

Jaket.

Avery memiringkan kepalanya, seperti pernah melihat jaket itu.

"Harry?" Ujar Avery dengan bingung. Dia memegang jaket itu. Avery melihat merk jaket itu.

"Haha...bukan punya Harry. Aku harap apa sih? Punya Harry? Gak mungkin! Kita lagi musuhan..." Ujar Avery lirih. "Terus, kalau bukan punya Harry, punya siapa dong?" Jerit Avery kecil.

Mata Avery melihat sekelilingnya sekali lagi. Tidak ada siapapun. Maklum saja, danau ini memang jarang di kunjungi karena posisinya lumayan terpencil - tapi tidak terlalu jauh dari rumah Harry.

Dengan penasaran, Avery merogoh kantung kecil yang terdapat di jaket itu. Ia menemukan sebuah kertas kecil dengan tulisan diatasnya.

To : Gadis yang tidur ditengah danau(dingin banget!)

From : Pembunuh bayaran. Bercanda. Louis Tomlinson.

Kembalikan ke toko bunga di perempatan jalan St.Marie yah!

Membaca kertas kecil itu, mata Avery terbelalak. Pikiran negatif mulai berkelebat di otaknya.

'Bagaimana kalau si 'Louis' ini orang jahat? Bagaimana kalau ia berencana membunuhku?' Pikir Avery.

Avery segera berdiri dari tempatnya berbaring tadi dan berjalan kearah alamat yang tertera di kertas kecil itu.

**

Harry terbangun dari tidurnya yang tidak mengenakkan. Terdapat kantung hitam dibawah matanya.

"Avery!" Seru Harry dengan suara kencang begitu mengingat Avery yang belum pulang sama sekali.

Harry pergi ke kamar mandi, mencuci muka, menyikat gigi, mengganti baju dan segera berlari ke mobilnya.

Selama menjalankan mobil, Harry berpikir kemungkinan dimana Avery akan berada ketika bertengkar seperti ini. Tiba-tiba, sebuah ide terbersit.

'Danau!' Harry menjerit dalam hatinya. Harry segera membelokkan mobilnya dan memarkirkan kendaraan berwarna hitam itu didepan sebuah hutan kecil. Ia masuk kedalam hutan itu dan mulai mencari danau yang menjadi pusat hutan itu. Setibanya di danau itu, Harry menoleh kekiri dan kanan.

'Dimana Avery!!!' Batin Harry menjerit lagi. Dia tidak melihat batang hidung Avery. Ia berlari mendekati pinggir danau. Harry melihat sebuah kertas kecil tergeletak diantara rumput itu.

Harry membaca kertas kecil itu dan segera berlari kembali ke mobilnya dan menginjak gas dan meluncur ke alamat yang ditulis di kertas kecil itu.

Toko bunga diperempatan jalan St.Marie.

**

Ketika Harry tiba di toko bunga itu, Harry segera memasuki toko itu dan bertanya pada seorang petugas.

"Apa kau melihat seorang remaja perempuan, berambut panjang berwarna dirty blonde dan mengenakan sebuah jaket?" Tanya Harry dengan sangat cepat. Petugas itu mengangguk kecil.

"Dia tidak masuk disini, tapi aku sempat melihatnya digandeng seorang pria yang matanya berwarna biru kesana," Jelas petugas itu sambil menunjuk lorong kecil yang ada disebelah toko bunga itu. Dengan cepat, Harry berlari memasuki lorong itu. Betul saja, ia melihat Avery sedang disudutkan oleh pria yang bernama 'Louis Tomlinson' itu. Terlihat pria itu sedang mengelus-elus paha Avery. Harry bertambah panas karena ia melihat Louis sedang membisikkan sesuatu di telinga Avery sambil sesekali menggigit telinga Avery. Avery tetap diam.

Dengan geram, Harry berlari menuju Louis dan meninju Louis tepat di hidungnya. Louis segera terjatuh sambil memegang hidungnya yang mengeluarkan darah. Mata Avery membulat sempurna dan mulutnya terbuka lebar. Louis segera berdiri sambil kembali berusaha meninju Harry tetapi Harry menghindar dan memberi tinjuan kedua di perut dan bibir Louis dengan cepat. Louis pun tergeletak pingsan.

Harry melihat Avery.

"Kau...tidak apa-apa, babe?" Tanya Harry sambil menyelipkan rambut Avery kebelakang telinga Avery.

"A...aku tidak apa-apa," Jawab Avery sambil menghindari tatapan Harry.

"Jangan menghindar babe," Ujar Harry lembut.

"Aku tidak meng-" Jeritan Avery terhenti karena Harry segera mencium bibir Avery.

"Maafkan aku babe," Bisik Harry ditengah ciuman mereka. Avery segera melepaskan ciuman mereka.

"Tidak. Aku tidak bisa Haz," Ujar Avery sambil menahan batuknya.

"Memang ucapanku sudah sangat berlebihan Avery, maafkan aku. Kemarin, aku hanya terbawa suasana," Jelas Harry. Avery hanya menggeleng kecil.

"Beri aku waktu, Haz," Ujar Avery dengan senyum kecutnya.

Hening beberapa saat. Tiba-tiba Avery terbatuk lagi. Harry segera menepuk pundak Avery.

"Jangan dipaksakan Avery," Ujar Harry pelan.

"Ah!" Seru Avery tiba-tiba. Ia meludah ke tanah dan mendapati dahak yang berwarna kehijau-hijauan. Avery menatap dahak itu jijik.

"Kau...batuk berdahak? Kenapa tidak bilang padaku, Avery?!" Sahut Harry kencang. "Dahakmu berwarna hijau, artinya kau sudah lama batuk berdahak Avery!"

"Kau sok tahu banget, Haz!" Ujar Avery tidak mau kalah.

"Biarkan! Aku peduli pada kesehatanmu Avery! Baru kali ini aku temukan cewek yang tidak mau dipedulikan!" Balas Harry kesal.

"Ka-" Avery terbatuk lagi lalu meludahkan dahaknya. "Kau..." Tiba-tiba, Avery merasa dadanya nyeri. Avery menarik dan menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil memegang dadanya.

Harry melihat Avery dengan khawatir.

"Maaf. Aku tidak bermaksud-" Ucapan Harry terpotong karena Avery segera bersuara. "Bukan salahmu, Haz."

"Mau diantar ke rumah sakit?" Tawar Harry. Avery menggeleng cepat.

"Ayo pulang," Ujar Avery. Harry menggandeng tangan Avery dan mereka berjalan ke mobil Harry bersama-sama.

**

a/n:

Maafkan gue Louis:^((((

/elus" kepala Louis/?

anjrit apaini=)))) /ngakak sendiri/?

oke karena si author menggila, to the point aja dah-_-

yang jelas jangan jadi silent reader dan tetap vomments, udah itu aja bYE BÆS!!!

XXX

breath↘h sWhere stories live. Discover now