Hampir terlupakan

42 0 0
                                    

Selama perjalanan, badanku terasa sesak. Aku ingin segera sampai. Setibanya dirumah, aku membayar taksi lalu masuk kedalam beserta anak – anak. Ketika menutup pintu, aku melihat dari kejauhan mobilnya. Kau masih menjijikkan pikirku.

Aku langsung kekamar, badanku terasa sakit semua. Benar – benar mual, aku ambil aspirin diatas meja, lalu tertidur hingga keesokkan paginya.

Aku bangun, menyiapkan hari, lalu menelepon asistenku. Dia tidak mengangkat, aku hanya ingin menanyakan perubahan jadwal di hari Selasa ini. Tugasku terlalu banyak. Aku harus segera kembali ke studio untuk menyelesaikan arransemennya.

Setelah itu, aku berjalan menuju stasiun. Ketika didalam kereta yang penuh sesak dipagi hari, aku menemukan sosoknya. "Kau sudah sehat? Aku benci melihatmu sakit", tanyanya. "Berhenti mengikutiku, atau kulaporkan ke polisi", ancamku. Makin merayap, makin penuh, dan badan kami beradu menyatu. Aku tidak tahan dengan wewangiannya. Terlalu menyiksa, terlalu merindukan. Aku berusaha menolak badanku. "Aku sangat merindukanmu, kumohon jangan hukum aku lagi",bisiknya ditelingaku.

Permintaan yang ingin kupenuhi, tapi selama 10 tahun aku sudah beranjak. "Terimakasih untuk bahumu, tapi aku lebih suka sendiri",jawabku. Aku turun di stasiun ini.

Asistenku mengabariku bahwa aku harus kekantor sekitar jam 5 sore. Setiba dikantor , aku menyusun aransemen yang akan bakal rampung minggu depan. "Tari-san , don't you think these songs gonna out within three days?",tanyanya."Still premature, so I think I need pimp over the time, by the way, whose the writer actually? Well, I just see the alias name here",tanyaku. "Well, mostly written by bos, but there were some men also working on those songs this morning",jawabnya. "Really?, do u know them ?",tanyaku. "Ah, they are group band, Seeraku. Yah those members were her this morning"jelasnya. I am gonna beat my brother.

Dirumah

Makan malam telah siap. Kami berbicara seperti keluarga umumnya. Tatapanku tidak bisa mengutarakan kemarahan yang mendalam. Setelah selesai , keponakanku dan istri abangku pergi ke ruangan lain, kami minum dimeja makan.

"Jelaskan apa maumu bang?",tanyaku. "Soal?"tanyanya."Rekaman ini memang aku bereskan ,tapi kenapa keterlibatan Zuno masih ada?",tanyaku. "Dia pemegang saham, dia ikut berkontribusi hanya sebatas mengawasi, tadinya juga aku tidak memberitahunya kalau kau ikut membantu, tapi katanya dia melihatmu direstoran, sehingga dia datang untuk pertamakalinya ke studioku",jelasnya. "Baginya, kau keajaiban meski begitu aku tetap tidak setuju jika dia masih ingin memikatmu, karena kudengar dia mencari calon istri , sudah lelah bermain lama",jawab abangku.

"Bagiku dia masa lalu, aku tidak ingin lagi dengannya. Ah, karena masa tugasku di studio akan selesai, dan telah menemukan tempat yang baru untuk ku tinggali , mungkin segera pindah",jelasku. Dia tidak bisa berkelit. "Apa kau cukup serius ? Sudah, berhentilah marah!",rayu abangku. Aku beranjak ke kamar.

KembaliWhere stories live. Discover now