Dimulai

45 0 0
                                    

Setibanya di depan rumah, ada mobil. Aku langsung masuk ke kamarku. Kudengar sayup suara yang sepertinya terasa kental di telingaku. Suara abangku dan suara yang tak ingin kuingat. Dia disini.

Aku memutuskan untuk tetap dikamarku. Setelah kudengar suara mobil pergi, aku datang ke dapur.

Bang, itu Zuno kan ?",tudingku, "mau apa dia kesini?", sergahku.

"Dia hanya berkunjung saja, tidak ada kaitannya denganmu",jawabnya tenang.

"Bang, ingat ya ,kalau sampai dia dekat dengan studiomu, aku akan pergi dari rumah ini",ancamku.

Sontak badan abang dan kakakku terkejut. Mereka tahu kalau situasi seperti ini sangat susah untuk dibujuk rayu. "Tidak akan dia kembali lagi",jawab abangku.

Aku ke gedungku, menangis didalam kucuran kamar mandi. Sial, kenapa dia kembali. Aku membenci ketika dia masih memelukku. Semua terasa menjijikkan jika diingat kembali. Lalu, aku berhenti dan mengeringkan badan. Setelah semuanya, aku kembali ke peraduanku. Menantikan datangnya pagi ditengah kekecewaan meski ada rasa senyum bisa melihatnya. Aku rindu tapi hati ini menolak kembali.

Kring,

Ternyata asistenku menelepon.

"Tari-san , are u already woken up? Well, do need me for today",tanyanya.

"I just woke up! Damn! I don't need you for today. Ah, just arrange for this whole week, I'll send my classes also. Don't forget meet me tomorrow right! Thanks",perintahku. "Of course...,"telepon kuputuskan. Aku masih mengantuk.

Suara pesan – terkutuklah teleponku.

Ada pesan masuk dari nomor yang tak kukenal. Siapa?

"How are you?"

Siapa ini ! Aku cek foto profilnya. Him? Segera aku blokir. Aku tidak suka dia berada dihadapanku. Zuno merupakan masa lalu, arahku sudah jauh melangkah. Mungkin dia sudah berkeluarga.

------ Hari Minggu---------

Angel dan Karen berada di rumah, senang bisa melihat mereka. Aku mengajak mereka bermain piano. Mereka mahir, ya karena les. Ketika aku melihat bapak mereka, rasanya masih kesal. "Ah, yang benar saja Tari!",balasnya. Aku menyesap tehku.

Siangnya aku pergi berjalan , disertai kedua keponakanku. Mereka mengajakku ke festival Hina.

Sesampainya di daerah pertokoan , aku melihat semarak Hina. Tiba – tiba aku membencinya kenangan yang pernah terlintas. Aku membayangkan dulu aku pernah disini dan masih menggenggam tangannya. Kendalikan emosimu Tari ,perintahku.

"Aunty, I like this one" kata Karen. "You want this ?", ketika melihat tuspin,"Angel, want it also?".

Akhirnya kami membeli tiga tuspin, selain itu aku mengambil boneka hina. Bukan untukku, tapi untuk keponakanku. Aku senang memanjakan mereka.

Rasanya agak pusing, lalu aku tersandung. Seseorang memegang tanganku.

"Arigato",kataku, tapi berasa mengenal wewangian ini. Segera aku sadar dan menghempaskan tanganku.

"Aku meneleponmu puluhan kali, sepertinya kau memblokirku", tanyanya.

"Senang berjumpa denganmu",sahutku sambil mataku mengawasi keponakanku.

"Bisakah kita bertemu lagi?",tanyanya lembut.

"Tidak mungkin, aku sibuk",sahutku.

"Apa ini alasanmu untuk menghindariku? Semenjak ku melihatmu, mataku tidak bisa berpaling darimu",jawabnya.

"Stop, I don't wanna back to you",jelasku,"gonna ruin everything!",setengah berbicara tercekik.

Aku masih berasa pusing, tapi harus pulang. Tiba – tiba badanku hampir jatuh kembali. Dia menahanku. "Apa kau akan menahanku kembali? Lepaskan aku, aku bisa sendiri",perintahku. "Rasanya badanmu masih muat ditanganku. Tidak banyak berubah. Kembalilah jiwa, aku sangat merindukanmu"ucapnya. Aku ingin melepaskannya, tapi badanku menikmati genggamannya. "Biarkan aku menghantarmu pulang? Aku masih ingin melihatmu terus, ayolah kali ini saja biarkan aku menolongmu, lagi pula sangat jauh jarak rumah bukan?",imbuhnya. "Tidak",jawabku.

Lalu aku menoleh ke anak– anak , "Kids let's go home!",perintahku.

KembaliWhere stories live. Discover now