Melangkah

228 1 0
                                    



Hari ini kulalui dengan kesenangan keseharian yang terus berulang. Tetap menyenangkan selama 10 tahun.

Telepon

"Halo bang ? Lagi ngapain ? Ini kan siang di Jepang",tanyaku.

"Hei adekku, ya siang disini",jawab diseberang telepon, "tumben , kenapa ? biasanya malam telepon, oiya aku ada proyek. Bukannya kau akan segera berangkat ke Jepang untuk studi lanjut selama beberapa waktu? Bisakan disambil?"

"Gimana ya ? Apa dulu?",tanyaku

"Bantu aku untuk nangani produce music. Disini pasar sedang bergairah. Next month kan? Ditunggu ya!",jelasnya.

"Eh bang aku belum tentu setu... ",(putus percakapan kami).

Sial dia memaksaku untuk mengerjakan musik bersama. Setelah 10 tahun, pandanganku melayang ke masa dimana aku pernah mengerjakannya. Menyenangkan sekaligus pahit, maka aku memutuskan untuk menyelesaikan dibagian kebahasaan. Alunan musik hanya bisa menghantarkan penyesalan mendalam.

Kakiku melangkah menuju kelas yang akan diajar, tampang mereka kisut. Dalam hati, sial, ini menjadi tantangan terberat mengajar menulis saat ini. Our lesson today talking about the rebuttal on argumentative writing. Sekali lagi nafasku tertarik panjang.

Osaka, Agustus 2018

Udara cerah bersinar, meski diiringi awan yang berarak. Disini aku mencari jalan menuju pintu keluar. Sosok yang aku cari sekian lama, tak berjumpa 10 tahun. Kerjasama terakhir kali manis dengannya meski kami mengalami perselisihan yang panjang. Ah, otakku berjalan lambat menginginkan semua baik. Ya, baik! Rasa ini bercampur aduk seakan-akan terjadi sesuatu yang tak kusangka.

"Bang !"

"Ah, akhirnya lega bertemu denganmu",kata Jerry, "kau sehat ? apa lapar? "tanyanya.

"Yap, ajak aku tempat yang enak",sahutku.

Ramen ini sangat terasa dimulutku. Aku takkan pernah melupakan hal pertama yang kulakukan, makan. Hah,pikirku.

"Ah bang, antarkan aku ke penginapan diwilayah timur, soalnya dekat ke kampus sekalian cari dormitory",pintaku.

"Alah ga usah!",katanya,"samaku saja! Kami berempat , butuh hiburan, hanya dirimu yang bisa menggantikan suasana rumah."

"Kayaknya gak deh !",jawabku.

"Loh kenapa?",tanyaku.

"Aku sudah tua, lagi pula menyenangkan punya tempat sendiri, khawatir bawa teman gila", kataku nyeleneh.

"Tenang, rumahku dan terpisah meski lokasi sama",jelasnya.

"Lho?",tanyaku bingung.

"Iya, soalnya kamarmu itu ya kamar tamu kayak di LN, jadi stay aja disana",jelasnya.

"Gretongan ?",tanyaku.

"Maka dari itu bantu akumemproduseri lagu. Aku mohon, proyek ini lumayan. Ayo pulang",todongnya.

 

KembaliWhere stories live. Discover now