Chapter 15 Special Fernando

10.9K 393 28
                                    

Dia mengubah hidupku.
Semenjak ada dirinya, hari-hariku menjadi lebih berwarna dan berarti.
Dia semangatku.
Dia terangku yang menghangatkan.
Dia senyum dan tawaku.
Dia gairahku yang menggebu.
Dia canduku yang memabukkan.
Dia nafasku yang selalu kubutuhkan.
Dan dia..
Dia adalah cintaku, belahan jiwa ku.

Saat pertama kali bertemu, hatiku tertarik untuk mendekatinya.
Aku tak tau, dia seakan mempunyai magnet tersendiri yang membuatku ingin tau tentangnya dan ingin terus dekat dengannya.
Aku serasa dihipnotis olehnya,
Bersamanya aku nyaman.
Sangat nyaman hingga tak ingin pisah darinya.
Aku rasa aku menyukainya..
Ya, aku terpikat olehnya..

~

Untuk kedua kalinya aku pindah kesekolah yang baru. Aku pindah bukan tanpa alasan, aku masuk ke sekolah ini karena dulu disekolah lama aku terlibat perkelahian. Masalah sepele memang, tapi membuatku sakit hati. Dan aku takkan bercerita masalah apa yang dulu sempat menyulut amarahku.

Sekolah baruku yang sekarang memang rindang dan banyak pohon. Kelasku berada diujung, tak sulit untuk menemukanya. Ternyata kelas ini sudah penuh murid. Tak banyak bangku kosong. Kulihat masih ada satu tempat kosong didekat jendela. Disebelahnya ada siswa yang sedang tidur. Bagus lah mungkin dia takkan akan berisik dan bukan tipekal anak pengganggu.

Lalu aku duduk disebelahnya. Tak lama aku duduk, tiba tiba dia tangannya menyambar wajahku. Dia memang tak sengaja sih, tapi cukup membuatku jengkel. Kubentak dia dan dia minta maaf kepadaku. Berulang kali, mungkin dia merasa tak enak padaku, kemudian kuacuhkan dia.

Hari pertamaku begitu menyebalkan. Disaat aku maju kedepan memperkenalkan diri, semua murid menatap aneh kepadaku. Lalu aku banyak kerumuni oleh para siswi, yang begitu mengganggu. Kutinggalkan saja mereka dan aku beranjak mencari tempat sepi. Dan lagi-lagi aku merasa terganggu karena seseorang begitu berisik saat menelpon saat aku mencoba tidur.

Keesokan harinya aku mulai penasaran dengan teman sebelahku. Aku ingin berkenalan dengannya karena aku belum nengenal siapa siapa disini.

Kuamati dia dari ujung kaki hingga rambut. Karena kemarin aku tak sempat untuk memperhatikannya secara dekat. Tubuhnya kurus dan mungkin tingginya hampir sama denganku. Kulitnya putih bersih, sepertinya juga halus. Rambut lurus hitam tersisir rapi. Alisnya tak bisa jelas kulihat karena sebagian rambutnya menutupi dahinya.

Dilihat dari samping, bulu matanya begitu panjang dan lentik. Hidungnya mancung yang mempunyai sudut sempurna. Bibirnya merah muda, begitu ranum. Kelak seseorang pasti akan beruntung sekali bila dapat merasakan sentuhan lembut bibirnya.

Dia tak punya kumis, bahkan rambut halus di janggutnya pun juga tak ada. Bentuk wajah yang sempurna. Apalagi pipinya, sangat menggemaskan untuk dipegang. Wajahnya begitu bersih, tak ada noda apalagi jerawat yang menempel.

Paras yang rupawan, malah terkesan lebih cute dibanding tampan. Wajahnya terlalu cantik untuk laki-laki dan terlalu baby face untuk seusianya. Mungkin bisa dibilang Pretty Boy, tapi tak feminim. Sedikit susah untuk jelaskan karena dia 'manis'.

Aku kepergok saat aku mengamatinya. Tak sempat kualihkan pandanganku, dia sudah menatapku.

"Kenapa?" dia bertanya keheranan karena aku terus melihatnya.

"Engga, engga apa apa." kataku yang yang kemudian menatap kedepan dan tak melihatnya lagi.

Pelajaran terasa begitu lama, aku sudah lapar dan aku ingin makan. Tapi saat kurogoh kantongku, aku lupa membawa dompet. Hanya ada uang tiga ribu perak, itu pun tertinggal dicelana kemarin. Duit segitu bisa dapet apa, paling cuma sebotol air mineral. Duh sial.

Jam istirahat tiba, dia memanggilku dan mengajaknya kekantin. Aku sangat ingin kesana tapi aku menolaknya, tak mungkin baru bertemu dia sehari langsung minjem duitnya. Gengsi.

Boy crushWhere stories live. Discover now