Chapter 8

10K 408 45
                                    

"Gak usah! makasi." Aku meninggalkan nya.
Dia masih sibuk mengerjakan bagiannya.

Aku mengambil peralatan mandiku dan pakaian ganti. Saat aku mau masuk kedalam kamar mandinya..

tunggu,
kali ini gue ga boleh kaya orang udik yang tiap kali masuk ruangan baru pasti mlongo.

Ternyata kamar mandinya tak seperti yang aku bayangkan. Aku pikir bakal ada bathup persegi yang muat untuk 3 orang trus dihiasi lilin aromatherapy. oke imaginasiku berlebihan.

Kamar mandinya berukuran sedang, hanya ada bilik kaca untuk shower, sebuah closet duduk, dan wastafel marmer plus cermin sepanjang rentangan tangan.

Mantep juga ni kaca. Ternyata aku juga ga jelek jelek amat kok, cuma keliatan lusuh aja. Aku menggantungkan handuk ku dan menaruh peralatanku di marmer wastafel.

Oh ini toh produk yang bikin wajah Nando begitu bersih, aku memegang facial foam kalo tak salah sih.
Woow produk mahal semua kayanya. Eau deu toill-halah apalah itu bacanya, saat kuciun aromanya. Hmmm ternyata parfum ini yang bikin Nando wangi sepanjang masa. Pantesan aja. aduh Sam, jangan ndeso gitu ah.

Air sudah membasahi tubuhku. Aku tak ingin lama lama mandi. Walaupun disini sudah ada shampoo dan sabun, aku tetap memakai punyaku sendiri.
Aku berkeramas secara express dan tak lupa menggosok gigi. Terakhir ku gosok badanku dengan sabun dan membilasnya.

Oke aku sudah segar sekarang. Aku juga sudah berpakaian kembali. Ku keringan rambutku dengan handuk sambil keluar dari kamar mandi.

Ternyata hujan kembali deras. Ku hampiri Nando untuk melanjutkan tugas yang tertunda. Sudah selesai ternyata, kini peta nya juga sudah terlihat. Rapi juga kerjaanya Nando, tinggal sentuhan terakir.

"Nah gitu dong wangi, sekarang gantian gue yang mandi. Tuh tinggal dikasi finishing." dia memerintah.

Nando langsung masuk kedalam kamar mandi. Kuambil alih kerjaanya.
Dia berisik saat mandi, nyanyiannya begitu menakutkan. hahaha.

Tak sampai satu menit tugas kami selesai. Hah, sangat merepotkan.
Kubereskan semua yang berantakan.

Hujan masih deras ditambah gemuruh petir dan kilatan. Mungkin bisa dibilang badai. Nando juga masi nyanyi nyanyi tak jelas. Dan saat aku berdiri, tiba-tiba.

Pet!

Listriknya mati. Semua jadi gelap.

"Waaaaaaaa!!!" Nando teriak seperti perempuan yang dizholimi.
"Gaak lucu Sam!! Hidupin gak lampunya!!!"

Sialan ni bocah nuduh gue sembarang.

"Gue gak matiin lampunya, emang listriknya mati" teriakku sebal.

"Waaaaaaaa!! gimana dong! Saaammm! buruan terangin gue!! Gue takut! Saammm!!! Saaaamm!! Adooohhhhh! Samuueell" Teriakannya makin menjadi jadi.

Huh, bisa ga sih gausa teriak teriak. Apa kata tetangga coba. Mati lampu aja cerewetnya kaya mau diperkosa.

"SAAAMMMM!!! BURUAN!! Gue takut nih!! Saam!!!" dia menjerit parno.

"Iyaaa bawel! gue cari hp gue dulu!! aku mulai jengkel.
Kuraba-raba di sekitar meja dan akhirnya ketemu.

Ku nyalakan flashlight dari hpku.
Aku samperin Nando dikamar mandi yang masi teriak teriak menyebut namaku. Aku geram. Kubuka gagang pintu.

"Bisa gak sih! gausah pak-"

Buk. Nando langsung memelukku saat pintu kubuka.

"-ke teriak.." aku melanjutkan perkataanku.

Dengan keadaan telanjang bulat dan basah Nando memelukku begitu erat. Badannya juga masih ada busa sabunnya.

Boy crushWhere stories live. Discover now