Chapter 9

9.6K 364 10
                                    

Aku berlari disebuah ladang berumput hijau karena seseorang telah menungguku. Dia berteriak memanggil namaku, dan menyuruhku berlari untuk menghampirinya segera. Didekatnya banyak pohon rindang yang berjejer rapi. Nampak langit begitu cerah dan hangat.
Tubuhku terasa ringan hingga aku seperti melayang ke udara. Walaupun aku berlari sangat kencang aku tak merasakan lelah sedikitpun. Aku juga tak berkeringkat padahal aku mengerahkan semua tenagaku.

Namun tiba-tiba aku jatuh, terhisap ketanah. Ada bongkahan batang pohon besar jatuh menimpa badanku. Batang pohon besar itu menindihku. Sangat berat, hingga aku sulit bergerak dan bernafas. Aku meronta. Kupindahkan batang itu dengan segera tapi apa daya, tenagaku tak kuat untuk mengesernya. Batang itu tak bergerak sama kali walaupun aku berkali kali mendorongnya.

Saat aku masih mencoba meloloskan diriku dari batang pohon, ada cahaya terang yang menyilaukan mataku. Cahaya itu sangat menganggu hingga aku harus menutup mata agar sinarnya tak menyakiti penglihatanku. Putih terang begitu menyilaukan. Namun sekarang cahaya itu tak seterang yang tadi, dan kini sinarnya jauh lebih bersahabat. Kubuka mataku perlahan, cahaya itu berubah menjadi sinar matahari pagi yang menghangatkan. Pantulan sinar nya masuk melaui jendela kamar.

Kamar?
Kubuka mataku perlahan dan kuusap lembut agar bersih dari kotoran yang melekat. Kulihat sekelilingku, ruangan ini sedikit asing. Ini bukan kamarku. Ternyata tadi itu cuma mimpi. Aku harus sepenuhnya sadar karena aku harus segera berangkat ke sekolah.

Tapi kenapa aku masih terasa berat. Kulihat badanku, ada tangan dan kaki seseorang menindih dada dan pahaku.
Oh ingatanku pulih sekarang.

Aku berada dikamar Nando. Aku menginap dirumahnya semalam.

Dan dia? Dia menindihku! Dia pikir aku guling apa! Kulepaskan tangan dan kakinya dari badanku. Tak tau apa kalo dia itu berat. Dia bergerak, melepaskan tangan dan kakinya dariku tapi dia belum bangun. Matanya juga masih tertutup dan mulutnya sedikit komat kamit tak jelas.

Aku sudah sepenuhnya sadar. Kulihat jam, sudah pukul setengah enam kurang. Aku harus membangunkan Nando. Kulihat dia masih terlelap dengan nyaman.

Tidur aja kok masih keliatan cakep ya? Matanya terpejam memperlihatkan bulu mata panjangnya. Alisnya begitu tebal dan rapi membingkai atas matanya. Hidung yang mancung. Bibir merah muda. Jika dia tertidur ia seperti bayi, polos dan tak berdosa. Namun bila dia bangun, jangan ditanya, kelakuanya sangat menjengkelkan.

"Ndooo.,bangun! udah pagi nih, Ndoo..bangun" suaraku serak khas bangun tidur. Ku goyang goyang pundaknya hingga dia bergerak lagi.

"Mmhhh...erhhmmh" dia bergumam kemudian meringkuk.

"Ndooo..bangunn.!" ku goyangkan lagi badannya lebih keras.

Dia menyipitkan matanya, melihatku dan menutupnya lagi.

"Bentar ah, lima menit lagi." katanya tak jelas. Dia semakin memeluk tubuhnya, meringkuk kedalam selimut.

Terserah lu ndo.

~

Hari ini membosankan dan melelahkan. Tugas kelompok yang merepotkan itu akhirnya ditumpuk tepat waktu. Pelajaran sudah selesai dan waktunya pulang.
Sebelum pulang aku mampir dulu ke toilet sekolah. Aku sedikit berlari. Aku sangat ingin pipis, aku sudah menahannya dari tadi sejak jam istirahat.

Akhirnya limbah yang dari tadi kusimpan terbuang juga. Ahh lega.
Saat aku mengikatkan sabuk, kaki ku menginjak sesuatu.
Kuangkat kaki ku dan melihatnya.
Ternyata sebuah dompet. Rejeki memang tak kemana! tau aja kalo lagi bokek. Kuambil benda berlipat yang terbuat dari kulit dan bewarna coklat itu. Kulihat isinya. Pasti yang punya anak orang kaya. Hmm. Aku menyeringai.

Boy crushWhere stories live. Discover now