Prolog

47.7K 3.4K 25
                                    

Thalia mengelus pigura di atas lemari di ruang tamu, ia menutup matanya sejenak dan menghela nafasnya pelan. Ketika ia membuka matanya, Thalia mulai membalikkan tubuh dan menarik koper kecilnya.

"Apa yang sedang kau lakukan, Thalia?" Tanya Bryan dingin.

"Aku keluar."Ketika tidak ada jawaban apapun dari mulut suaminya, Thalia berkata lagi dengan wajah datar. "I can't do this anymore. Ini lucu dan juga aneh, jadi aku keluar dari permainan ini, Bry."

"Apa maksudmu?"

"Bukankah ini yang kau inginkan, Bry? Maaf jika aku baru bisa melakukannya sekarang." Thalia terdiam sejenak, berusaha untuk tidak menampilkan ekspresi wajahnya. Ia berusaha tersenyum ketika berkata, "Kau benar. Semua yang kau katakan dulu seharusnya memang kulakukan. Kita seharusnya memang tidak pernah melakukan pernikahan ini."

"Pernikahan ini adalah apa yang kau inginkan. Jadi sekarang perceraian adalah apa yang kau inginkan juga?" Tanya Bryan dingin.

"Bukan. Ini adalah apa yang kau inginkan, Bry. Bukan aku."

Masih dengan wajah tak bereskpresi Bryan menatap Thalia dan berkata, "Kau yang menginginkannya, Thalia. Kau membuat ibumu ikut campur dengan hubungan semalam kita hingga memaksaku untuk menikahimu dengan dalih moral. Dan apakah perceraian adalah moral yang kau sanjung itu?"

"Aku tidak hamil. Jadi kau tidak perlu melanjutkan pernikahan ini." Thalia berjalan selangkah melewati Bryan dan kembali berkata, "Aku akan mengatakannya kepada ibu-ku kalau kita tidak seharusnya menikah. Aku rasa pembatalan pernikahan masih berlaku."

Sebelum Bryan mengatakan apapun, Thalia berbisik parau. "Dan bukan ini yang kuinginkan, kau yang paling tahu hal itu, Bry. Bukan ini yang pernah kuimpikan bersamamu."

"Apa yang kau harapkan, Thalia?"

"Itu seharusnya adalah kalimatku, Bry." Thalia mendongak menatap Bryan yang tengah menatapnya dengan pandangan yang tidak dimengertinya. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Bry?"

Dengan penuh keputusasaan, Thalia menatap mata biru itu lalu terdiam sejenak. Ia harus bisa mengabaikan ribuan jarum yang tengah menusuk seluruh jantungnya. Ayolah, Thalia bukankah kau sudah berlatih selama sepuluh jam hanya untuk mengatakan hal yang begitu ingin di dengar oleh pria itu?

Kehilangan Bryan adalah hal terakhir yang bisa di pikirkannya. Tapi kalau ini bisa membuatnya bahagia...Entah suara siapa yang mengatakannya, tapi suara tersebut terlontar begitu saja di ruangan yang hanya di isi oleh mereka berdua.

"Aku ingin kita bercerai."

28 Februari 2018

P.S  Heiho, I'm back at wattpad again. Tapi aku masih masa transisi karena pembagian waktu antara pekerjaan dan menulis. So, bear with me  :)

More Info / Info mengenai update :

Ig  : Margarethnataliaf


The Man Who Can't Fall In LoveWhere stories live. Discover now