25

55.5K 5.6K 634
                                    

My Playlist : I Believe -Younha 

Di dalam mobil, Thalia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia mulai berpikir kalau semua ini terlalu cepat. Tembakan tadi, seseorang yang tertawa saat menembak dan bahkan wajah kalut Bryan.

Tahu bahwa orang yang di lindunginya diam-diam merasakan ketegangan yang luar biasa, Harrison dengan datar dan nada terlatih berkata, "Jangan khawatirkan rauat wajah Bryan, dia memang selalu begitu jika menyangkut anda, Miss."

Thalia langsung menoleh.

"Raut wajahnya tidak pernah berubah," ucap Thalia.

"Setiap anda memalingkan wajah, maka hal yang anda lihat adalah kegilaan Miss." Harrison tersenyum sedikit. "Beliau tidak pandai mengekspresikan wajahnya memang, tapi percayalah setiap anda memalingkan wajah Tuan Bryan selalu berada di samping anda."

"Apakah... masalah ini akan membunuhnya?"

"Tidak. Tapi masalah ini akan membunuh siapapun yang berada di sampingnya," jawab Harrison tanpa keraguan. Ia menoleh dan berusaha menenangkan Thalia, "Karena itulah saya ditugaskan untuk melindungi anda."

"Sudah berapa lama kau melindungiku, Har?"

Harrison tidak menjawab. Dan Thalia tahu pria di sampingnya itu tidak akan melakukan apapun walaupun Thalia memaksanya jadi ia tidak akan mencobanya.

Benaknya di penuhi pemikiran yang membingungkan. Selama ini ia berpikir kalau Bryan tidak mencintainya, bahwa pria itu tidak akan pernah melirik kearahnya. Dan memang seperti itu seharusnya bukan? Dari dulu hanya ia yang berusaha berlari kearah pria itu bukan sebaliknya. Tapi tadi pria itu memeluknya...

Dan Thalia mendengar ucapan Bryan kepada Harrison sebelum Harrison membawanya. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membingungkan. Lalu mendadak Thalia mengingat ucapan Adenna, "Bagaimana jika yang terjadi adalah yang sebenarnya? Bahwa ia mencintaimu namun tidak pernah bermaksud mengatakannya?"

"Lihat dengan mata kepalamu sendiri apakah benar dia tidak mencintaimu. Jika memang pria itu tidak mencintaimu, maka kau harus belajar untuk menerima kenyataan itu. You have to move on." Ucapan mama-nya membuatnya mengepalkan tangan di atas pangkuannya. Ia mencondongkan tubuhnya kedepan dan berkata dengan tegas.

"Bawa aku kembali ke Hotel!"

Di dalam Hotel, Bryan melepaskan kemejanya dan melemparkannya begitu saja. Ia berjalan ke kamar utama dan duduk dengan sebuah whiski di tangan kanannya. Lagi-lagi tangannya bergetar, sejak Thalia hampir saja mendapatkan serangan tangannya tidak berhenti bergetar. Ia takut...

Begitu takut hingga melemahkannya.

Bryan ingin dia adalah orang yang menyelamatkan wanita itu, memeluk dan mengatakan bawa segalanya akan baik-baik saja. Tapi Bryan tidak bisa melakukannya, tidak ketika ia tahu anak buah Giovanni masih berkeliaran di dalam Ballroom hotel. "Brengsek!" umpat Bryan sambil melempar gelasnya ke seberang ruangan.

Ia mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Saat sedang berusaha berpikir jernih mendadak seseorang memeluk tubuhnya dari belakang dan mengecup luka bakar di punggungnya. Bibir yang nempel pada lukanya, membuat tubuh Bryan bergetar. Ia begitu merindukan aroma ini bahkan Bryan bisa mengingat aroma ini di dalam mimpinya.

Bryan harus menyentakkan tangan wanita itu di tubuhnya.

Bryan harus menyakiti wanita itu lagi...Tapi Bryan tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Setiap Bryan mengucapkan kata-kata kasar kepada Thalia, ia merasa hancur. Ia tidak bisa terus melakukan hal itu kepada wanita yang benar-benar di cintainya.

The Man Who Can't Fall In LoveWhere stories live. Discover now