24

51.5K 4.9K 428
                                    

"Kita akan menikah."

Ucapan yang di lontarkan Bryan terdengar begitu datar tanpa perasaan. Sementara Adrian mendengarkannya dengan seksama dan wajahnya berbinar penuh kegembiraan. "Kapan—"

"Aku akan menyuruh Tristan membantu mengaturkan semuanya. Yang perlu kau lakukan adalah bersiap, aku akan menyuruh anak buah Harrison menjagamu selama beberapa hari kedepan." Bryan mengetuk jemarinya di atas meja. "Giovanni ada di sini."

Penjelasan itu membuat senyum Adrian memudar. Rahangnya mengeras dan berkata, "Kau memilihku."

"Karena itulah aku akan menikahimu," jawab Bryan datar. Mata birunya seolah menggelap ketika memikirkan ia akan menikah dengan Adrian dan bukannya dengan wanita yang jelas-jelas dicintainya. "Aku memilihmu dan akan selalu melakukannya, Adrian Stockholm. Jangan khawatirkan hal itu."

"Tapi kau mencintainya...." bisik Adrian pelan. "Iya kan?"

"Kau sudah tahu jawabannya, lantas kenapa bertanya?"

"Karena aku berharap kau akan berkata kalau kau mencintaiku. Walaupun hanya sekali, aku ingin mendengar kau mengatakannya."

Bryan menatap kearah Adrian dan dengan tidak peduli berkata, "Aku mencintaimu." Lalu ia meletakkan sebuah cincin di atas meja dan mendorongnya kearah Adrian. "Kita akan mengumumkan kabar pernikahan kita bulan depan bertepatan dengan peluncuran Sistem baru di Marocco."

"Apa kau juga akan mengenakan cincin itu?" tanya Adrian.

"Jangan datang ke kantorku besok dan jangan menghubungiku karena besok aku ada keperluan di Venice." Bryan mengabaikan pertanyaan Adrian sambil berdiri dan bersiap pergi. Sebelum melakukannya, ia berkata, "Segala urusan pernikahan akan di buat sesimple mungkin jadi jika ada yang kau perlukan bisa kau tambahkan. Yang aku inginkan adalah pernikahan di atas kertas dan seperti perjanjian kita, kau akan mendapatkan dua puluh persen saham dari CP I."

"Aku menginginkan dirimu, bukannya saham itu..." bisik Adrian.

Bryan menunduk dan mengecup pipi Adrian lembut dan berbisik tepat di telinganya. "Ciumanku, tubuhku dan seluruh fisikku adalah milikmu. Tapi jangan meminta hatiku karena aku telah memberikannya kepada orang lain. Dan aku tidak bisa memberikan satu bagianpun dari hatiku."

"You love her so much. Isnt it?"

Ia tidak menjawab dan langsung berjalan keluar dari ruangan makan private yang di pesannya hanya untuk membicarakan hal ini.

Bryan akan mengadakan acara pertemuan dengan para entrepeuner di seluruh dunia, sambil memberikan tanggal kepastian kapan peluncuran sistem baru akan di lakukan. Dan karena itulah Thalia hanya memiliki kesempatan untuk melihat pria itu hari ini. Sebenarnya Thalia tidak mau pergi, ia bahkan tidak mau melihat pria itu menggandeng Adrian dan menjadikan pria itu sebagai pendampingnya malam ini.

Thalia mencengkram sisi gaunnya sambil menahan nafas ketika langkahnya memasuki gedung pertemuan di Ballroom, ia merasa seluruh tubuhnya menegang dan tanpa sadar Thalia menggigit bibir bawahnya. "Aku mau pulang..." bisiknya pelan.

"Kita lupakan saja semua rencana bodoh ini, Na. Ini pasti akan gagal," ucap Thalia sambil menoleh kearah Adenna yang menjadi pasangannya malan ini. "Daripada memalukan diri sendiri, lebih baik kita pulang, Na." Dengan cepat Thalia menambahkan, "Please?"

"Tidak."

"But—"

"Kau sudah melakukan hal ini berulang kali, Li. Menyerah. Terus dan terus melakukannya," ucap Adenna pelan. Ia memegang siku Thalia dan membawa wanita itu ke pinggir Ballrom. Lalu tangannya mengelus kening Thalia lembut. "Jangan menyerah hanya karena sikap pesimismu."

The Man Who Can't Fall In LoveWhere stories live. Discover now