6. ASTHA

731 56 1
                                    

Anggota inti Evas awalnya hanya berjumlah tujuh orang, yaitu Selatan, Jovan, Wisnu, Juan, Ojan, Zidan, dan Lingga. Namun, diam-diam Selatan menambahkan satu orang lagi. Delapan orang inti itu disebut ... ASTHA. EVAS

Suara deru banyaknya mesin motor memasuki pelataran sekolah. Beberapa murid yang masih berada di area parkiran, sontak menghentikan langkahnya—hal ini menjadi rutinitas mereka ketika anak-anak Evas datang. Pemandangan itu mungkin sudah biasa untuk murid-murid SMA Garwid, terlebih angkatan lama. Tapi yang masih belum terbiasa itu, ketika Selatan membonceng seorang cewek, walau sudah lewat dari beberapa hari yang lalu.

Nuansa turun dari motor Selatan seraya melepas helm. Dia merapikan sejumput rambutnya yang keluar dari kunciran. Banyak decakan kagum dari beberapa murid cowok yang masih berada di area parkiran.

Nuansa menyerahkan helmnya pada Selatan. Lantas tangannya mengambil topi berwarna hitam dari dalam tasnya—terdapat tulisan kecil nama 'EVAS' di sisi sampingnya. Sedangkan anak-anak Evas yang lain memakai jaket bertuliskan 'EVAS' di bagian belakang jaket.

Gue benci harus merasakan hal kayak gini lagi.

Mereka berjalan melewati lapangan untuk memotong jalan ke arah lorong. Mereka menjadi pusat perhatian ketika melewati tengah lapangan.

Di lain sisi, Rania juga ikut menatap sekumpulan orang itu dari lantai tiga bersama teman-temannya. Evas menjadi pemandangan di Garwid setiap harinya.

"Gue dengar-dengar, Evas nambahin satu anggota baru lagi," celetuk salah satu teman cowok sekelas Rania.

"Dan ... anggota baru itu jadi bagian inti," tambahnya.

Rania mencoba mencuri dengar percakapan teman sekelasnya itu. Matanya tetap memperhatikan sekumpulan orang yang sudah memasuki lorong-lorong kelas itu.

"Orang beruntung mana yang bisa gabung di Evas semester ini. Gue juga dengar kalau Bang Selatan sendiri yang ngajakin dia gabung." Satu lagi berita yang Rania dengar.

Entah mengapa, hatinya merasakan takut ketika melihat Nuansa berada di tengah-tengah Evas tadi. Rania yakin, ada yang salah dengan Nuansa maupun Selatan. Tapi dia belum bisa menemukannya atau malah takut saat tahu kebenarannya.

Dari awal dia tahu, kalau hubungannya dengan Selatan tidak akan bertahan lama. Tidak akan disetujui oleh keluarga Selatan. Sebab Rania juga tahu, kalau Keluarga Akarsana sangat berkuasa. Dia tidak sanggup harus melawan keluarga itu. Meski Selatan sendiri belum memberi tahu apa alasan keduanya putus, tapi Rania yakin hal itu salah satu dari sekian banyak alasan.

"WOI, RAN! ADA BERITA BARU!" seru Sekar—teman baik Rania sekaligus yang kemarin berjasa saat memanggil Selatan.

Sekar menarik tangan Rania masuk ke dalam kelas, lalu memaksa Rania untuk duduk di tempat mereka.

Rania menggeleng pelan. "Apaan sih, Kar? Heboh banget lo."

Sekar menarik napas, sebelum menghembuskannya. "Gue dengar dari beberapa anak kelas 12 tadi pas lagi ada di toilet lantai dua ...."

"Ngapain ke toilet lantai dua? Berani lo sendirian ketemu para Agit angkatan?" ejek Rania.

Sekar berdecak sebal. "Gue nguping tadi, Evas nambah anggota baru. Dia langsung masuk ke inti." Jantung Rania berdegup kencang menunggu ucapan Sekar selanjutnya.

SELATANWhere stories live. Discover now