2. Nuansa Tjahyadi

1.3K 80 5
                                    

Gue tuh senyum supaya kelihatan baik-baik aja. Nuansa Tjahyadi

Seorang gadis dengan paras rupawan menengadahkan kepalanya menatap langit. Dia tengah menatap langit yang perlahan-lahan berubah warna menjadi jingga di rooftop rumahnya. Langit senja memang begitu candu untuk dilihat setiap harinya. Angin semilir menerbangkan helaian rambutnya yang tidak ikut terikat. Di atas sini, dia bisa menikmati pemandangan rumah-rumah di bawahnya serta beratapkan langit senja yang indah. Sebuah senyum terbentuk di bibirnya yang ranum itu.

Rooftop yang ada di rumahnya bukan sembarang rooftop. Di sini ada tanaman-tanaman yang dia tanam sejak awal masuk SMA, dan ada saung beratapkan anyaman bambu yang dia minta untuk dibuatkan supaya bisa bersantai-santai di sini, serta saung ini terdapat tivi kecil dan telepon rumah. Bukan hanya saung yang memiliki telepon rumah, namun setiap kamar di rumahnya juga memiliki satu. Karena untuk memudahkan komunikasi para penghuni rumah dan ART di rumah ini.

Sejujurnya, tempat ini juga menjadi tempat pelampiasannya jika merasa lelah, kesepian dan itu ... termasuk sering. Sama seperti saat ini.

Suara telepon masuk membuyarkan lamunannya. Dia mengangkatnya.

"Halo, dengan Nuansa Tjahyadi di sini," sapanya.

"Turun ke ruang keluarga. Mama sama Papa mau bicara sama lo, Sa," balas suara yang sangat dia hafal itu. Sebab terkadang orang ini menjadi pelampiasannya di saat gabut melanda.

Tidak ada balasan dari Nuansa, dia langsung menutup sambungan telepon secara sepihak. Nuansa langsung menuju lantai satu rumah ini dengan santai. Rumahnya memiliki tiga lantai. Lantai satu untuk ruang tamu, ruang keluarga dan sebagainya. Lantai dua untuk ruang kerja orang tuanya, kamar tidur anggota inti keluarga di rumah ini. Untuk lantai tiga, menjadi tempat ternyaman di rumah ini, karena ada kamar tidur khusus para tamu atau anggota keluarga yang ingin menginap, ruang fitness, ruang karaoke dan lain-lain.

Nggak perlu terburu-buru, pasti mereka mau ngomel lagi masalah kenakalan gue di sekolah, pikirnya.

Saat sampai di lantai satu, Nuansa langsung menuju di mana ruang keluarga berada. Terlihat kedua orang tuanya dan Bara Januarta Tjahyadi—kakak sepupunya yang kebetulan memilih tinggal di sini untuk menemaninya dan kantor tempatnya bekerja juga cukup dekat dari rumah ini.

Nuansa duduk di samping Bara, berhadapan dengan kedua orang tuanya.

"Kita langsung ke intinya saja. Papa sama Mama berniat menjodohkan kamu dengan anak rekan bisnis Papa. Minimal kita melakukan pertunangan terlebih dahulu sebelum ke jenjang yang lebih serius," ujar Bramantyo Tjahyadi—Papa Nuansa.

Nuansa terkejut, begitu pun Bara. Mereka saling melirik, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Saya masih kelas tiga SMA. Nggak perlu jodoh-jodohan. Lagi pula, saya nggak kenal sama anak rekan bisnis Papa," balas Nuansa akhirnya.

Bram menghela napas pelan. "Ini wasiat kakek kamu untuk terakhir kalinya, Nuansa. Sebenarnya ini sudah menjadi perjanjian ketika orang tua Papa dan orang tua rekan bisnis Papa sedari mereka muda untuk membangun ikatan kuat kekeluargaan sekaligus kerja sama dalam bisnis."

"Tadinya anak pertama mereka yang akan dijodohkan, tapi ternyata anak pertama keduanya adalah laki-laki. Jadi ini dialihkan ke cucu mereka nanti. Sekarang kamu yang meneruskan," ujar Farah—mamanya, menambahkan.

SELATANWhere stories live. Discover now