[11] DiPaksa Mundur.

107K 2.5K 10
                                    

***

7 APRIL 2019

RINDU memandang pergelangan tangan seseorang yang sedang menggandengnya dengan lembut. Seseorang yang berdiri di sampingnya masih dengan senyum manis andalannya. Bintang menautkan jari jemarinya diantara jari jemarinya Rindu. Tiga hari setelah kejadian itu, Rindu menjadi lebih pendiam. Sikapnya yang membuat Bintang sedikit bingung karena gadis di depannya seringkali terlihat murung dan melamun saat sedang bersamanya, tidak seperti biasanya.

"Lin?" Rindu mendongkak menatap ke arah Bintang yang memanggilnya.

"Kenapa kak?"

"Lo lagi ada masalah?"

Rindu mengernyitkan dahi sekilas, menggeleng pelan.

"Gue mau ke kelas dulu kak."ucapnya kemudian melepaskan genggaman tangan Bintang. Baru saja tangannya terlepas, cowok di sampingnya ini kembali meraih sebelah tangan Rindu yang tadi ia genggam.seolah enggan melepaskan.

"Gue bikin salah, ya?" tanya nya lagi membuat Rindu terdiam. Rindu menggeleng lagi, tersenyum tipis ke arah Bintang.

"Engga kak. Gue ke kelas duluan ya soalnya belum ngerjain tugas."jawab Rindu kemudian berjalan terlebih dulu meninggalkan Bintang tanpa memberi kesempatan untuk cowok itu menjawab ucapannya.

Hubungan mereka tidak berubah. Bintang masih menjemputnya untuk berangkat bersama, menggandeng tangan Rindu, terkadang ke kelas Rindu untuk mengajak cewek itu makan di kantin bersama bahkan menemani Rindu yang terkadang harus mengerjakan tugas dulu di kelas sepulang sekolah. Seolah-olah keduanya baik-baik saja. Seolah perhatian seperti itu adalah wajar. Memberi harapan namun tidak bisa memberi kepastian memang sebrengsek itu.

***

Sesampainya di kelas Rindu hanya duduk dan kembali melamun. Sebenarnya hari ini ia tidak ada tugas atau PR, yang di sampaikannya tadi hanyalah alibi agar ia bisa jauh dari Bintang. Berdekatan dengannya lama-lama semakin membuatnya sesak sendiri.

Sekalipun raga dia selalu sama gue, tetep aja hatinya gak bakal pernah bisa untuk gue.

Rindu melirik jam di pergelangan tangannya, ia menghela nafas. Lima menit lagi bel masuk berbunyi, Rindu mengalihkan tatapannya ke penjuru kelas. Teman kelasnya sudah banyak yang datang, hingga tatapannya berpindah ke arah pintu.

Senja dan Siti yang baru datang terlihat berjalan santai dengan Siti yang tidak bisa berhenti mencibir kesal dibelakangnya.

Senja yang baru saja duduk di kursinya, kemudian membalikan badannya menatap Rindu yang sedang tersenyum tipis menanggapi celoteh Siti yang juga baru duduk di kursinya.

Senja kembali teringat ucapan Siti tadi kepadanya, saat kedua nya berjalan dikoridor sekolah.

"Sen sen!! "panggilnya dengan suara toa sembari berlari ke arah Senja. Dengan nafas yang masih ngos-ngos an, Siti menepuk pundak Senja. Membuatnya menoleh dengan raut wajah datarnya.

"Gue mau ngomong sebentar sama lo, Urgent ini penting. "katanya lagi,

Senja berdehem sebentar, "Ada apa? "

Melihat tatapan Senja berubah menjadi serius, Siti malah jadi salah tingkah sendiri. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ini tentang Rindu. "barulah ketika Siti mengatakan hal itu raut wajah Senja sedikit berubah khawatir. Namun ia tidak membalas ucapan Siti, menunggu cewek ini menyelesaikan ucapannya.

"Gue gatau kenapa gue harus bilang sama lo juga. Tapi hati gue bilang, gue disuruh ngomong ini ke lo. Lo perhatiin nggak sih sikap Rindu akhir-akhir ini aneh banget. Kaya orang nggak ada semangat hidupnya banget. "cerocos Siti panjang lebar.

SENJA[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang