Dua Puluh

17.2K 787 25
                                    


Viona

Mungkin ini memang jalanku. Merasakan kepedihan yang lama dan kini diganti dengan kebahagiaan seperti sebelumnya. Aku menganggap masa lalu yang telah aku lewati adalah pelajaran agar aku menjadi pribadi yang dewasa. Bukan kekanakan seperti dulu. Ya sekarang aku mendapatkan hasil dari penderitaanku. Aku akan menganggap kemarin adalah mimpi dan awal hariku adalah sekarang. Membuka mata mendapati ruangan yang sangat aku rindukan sejak dulu. Kamarku sendiri. Aku datang kemarin sore dan menghabiskan waktu dikamar untuk membereskan barang barangku hingga tertidur tanpa keluar kamar.

Aku baru datang setelah satu minggu Ayah pulang. Dia berulang kali menelvonku tapi aku selalu menunda kedatanganku. Kemarin aku datang tanpa memberitahu mereka dan mereka tak ada dirumah satupun. Kata bik Mira mereka pergi sendiri sendiri entah kemana. Bik Mira sangat bahagia akan kedatanganku yang mendadak kemarin dan tidak menggangguku sampai pagi ini karena aku yang minta agar bisa mengurus barang bawaanku didalam sini. Kamarku rapi. Sepertinya baru diberesin sama bik Mira. Tembok dengan warna hijau muda kesukaanku. Kamarku ini ada dilantai dua dekat balkon depan. Kamar yang luas walaupun lebih luasan kamar utama sih tapi aku nyaman disini. Ranjang king size ada ditengah ruangan dengan sprey warna hijau juga. Ada boneka beruang yang kemarin ku bawa juga dari apartemen. aku ga bawa banyak barang barangku. Hanya sedikit baju, buku, laptop, dan yang utama adalah boneka besar ini. Kalian tau kan kalau boneka ini pemberian bunda? Makanya selalu aku bawa kemana mana. sisanya tetap di apartemen.

Jam weker menunjukan pukul tujuh. Aku bangun dari ranjang membuka jendela balkon. Lapar. Itu yang aku rasakan. Aku baru ingat kemarin sore tak sempat makan karena langsung tidur. Lebih baik aku turun untuk makan. Aku juga belum bertemu mereka sejak kemarin. Apa ada yang mengetahui keberadaanku disini? Sepertinya tidak kecuali bik Mira.

Mandi? Ah nanti aja. Toh sekarang hari minggu. Buat apa mandi pagi pagi gini? Aku turun tangga mengucek mataku yang masih sangat ngantuk dan menguap. Rambutku mungkin sangat kusut karena lupa tidak disisir. Aku memakai baju tidur gambar kodok hijau panjang yang kebesaran sehingga menutupi telapak tangan dan sampai ujung jari kaki tidak lupa pake sendal kodok.

mereka sudah memulai sarapan. Haikal yang pertama melihatku hanya diam. Kemudian Kalva bengong dengan sendok dibibirnya. Ayah dan Sintia berbinar tapi ga ada Sam disini.

"pagi"

Mereka tak menjawab. Aku langsung berjalan duduk disamping Sintia. "Bunda Tia, Vio lapar"

"kalian kenapa sih? Ada yang aneh sama Vio?" lanjutku

"tidak sayang. Kamu sangat cantik pagi ini sehingga mereka menatapmu sepeti itu" kata ayah.

"cantik dari kuburan? Liat tuh penampilannya. Berapa usianya? Masih aja pake kodok" timpal Haikal.

"hoii Haikal jelek. Berhenti menghinaku atau kau akan aku hajar sekarang"

"coba aja kalo bisa anak kecil"

"udah udah.. Kasian Viona lapar masa di bentak gitu. Haikal. Jangan ulangi" ucap Sintia.

"iya Bunda"

'mampus lu' ucapku tanpa suara saat Haikal menatapku sehingga dia bisa tau apa yang aku bicarakan dengan melihat pergerakan bibirku. Mukanya mendengus kesal. Haha. Kasian..

"jadi Vio mau makan nasi goreng plus telor mata sapi setengah matang?"

"mau mau" Bunda Tia mengambilkannya untukku. Sepertinya aku akan sangat betah kali ini.

"bik, bikinin susu coklat buat Vio ya?" ucapnya pada bik Mira saat datang membawa telur setengah matang.

"baik nyonya"

VionaWhere stories live. Discover now