Sembilan

17.4K 886 23
                                    


Viona_

"Selamat siang Tuan Richard, senang bisa bertatap muka langsung dengan anda pemilik Perusahaan terbesar di Jakarta"

"Saya juga senang bertemu anda Tuan Vino Genta Mahardika. Bahkan diusia anda yang terbilang masih sangat muda, anda mampu menjalankan Perusahaan terbesar di Jakarta"

"Anda berlebihan, perusahaan saya hanya perusahaan kecil tuan, berbeda dengan perusahaan milik anda"

Dasar. Mereka sama sama merendah. Apa apaan itu? Lucu sekali. Dan aku baru tau kalau Vino yang aku kenal adalah Vino pemilik Perusahaan terbesar di Jakarta. Karena perusahaan milik Rich terbesar nomor 2. Dengan bodohnya aku menganggap Vino hanya koki di caffe Green itu. Wow. Permainan apa ini? Aku menatap tepat di manik manik mata Vino dengan tatapan membunuh sedangkan dia menatapku dengan mata sayu, apa sebenarnya yang kau inginkan dariku Vino?

Rapat berjalan lancar. Lagi lagi aku harus mencoba menjadi Viona yang cerdas dan tak memiliki masalah. Aku memaparkan apa yang mereka inginkan dariku. Ada berbagai pertanyaan keluar dari orang yang ada disebelah Vino yang mengaku wakil Direktur. Oh bahkan Vino hanya diam tidak mampu berbicara.

Rapat selesai kami saling berjabat tangan dan meninggalkan ruangan. Mereka memang mengantar kami ke depan tapi aku tak peduli dengan Vino yang sekarang. Dia sangat berbeda dengan yang biasanya.

Didalam mobil hand phone ku bergetar. Ada panggilan dari orang itu.

Vino Calling..

Aku hanya melihat layar hand phone tanpa menekan tombol apapun.

"Angkatlah Vi, sepertinya penting"

"Tidak perlu, saya tidak ingin mengganggu ketenangan Anda didalam mobil Pak"

Aku bisa merasakan dia menghela nafas karena ucapanku. Ga usah sok sedih deh. Aku hanya menjalankan apa yang kamu mau dariku.

"Ayah, sudah waktunya makan siang, gimana kalau kita makan dirumah? Mumpung keluarga kita kumpul yah"

"Ide bagus Va"

Itu ide buruk bagiku. "Lebih baik saya turun disini jika anda akan makan dirumah, saya bisa naik taxi untuk kembali ke kantor Pak"

"Kamu ikut Ayah Vi, kita makan dirumah. Sudah lama kan kita ga makan bareng?"

"Tidak perlu Pak, saya bukan bagian keluarga Anda jadi tidak sepantasnya saya ikut bersama kalian"

"Vi, sampai kapan kamu akan seperti ini?" Ucap Rich.

Haikal hanya diam disana entah memikirkan apa.

"Pak Kalva lebih baik anda menghentikan mobil sekarang juga"

"Kamu ikut kita Vi"

Permainan apa lagi ini? Aku benar benar muak sama mereka.

"Berhenti atau saya akan melompat dari sini"

"Vioo"

"Pak Kalva"

"Berhenti Va, mungkin lain kali dia akan ikut kita"

***

Kalva POV

Kepala batu. Apa sih yang dia pikirkan? Apa dia tega sama ayahnya sendiri? Bahkan dia tak memikirkan gimana perasaan ayah kandungnya sendiri. Ayah pasti sangat sakit karena ditolak oleh putri satu satunya. Apa yang dia pikirkan?

Mobil berhenti didepan sebuah rumah mewah milik keluarga kami. Viona sudah turun dijalan dan naik taxi. Ayah terlihat kecewa sedangkan Haikal hanya diam.

"Kenapa lo Kak? Menyesal atas perbuatan lo? Ga guna lo menyesal. Semua sudah terlambat"

"Sejak kapan Viona bekerja untuk perusahaan Va? Banyak yang ga gue tau akhir akhir ini"

Kami duduk diruang tamu, dari dalam Bunda datang dan ikut duduk disebelah Ayah.

"Kita lihat sejak beberapa hari lalu Kal, dia bekerja sudah satu bulan lebih" ucap Ayah

"Ayah yakin dia Viona itu?"

"Gimana bisa lo ga yakin? Namanya sama, wajahnya sama, yang berbeda itu sifat, raut wajah dan tatapan matanya. Viona bukan lagi Gadis polos, dia udah jadi wanita kuat dan berhati dan berotak Batu"

Bunda hanya diam ditempatnya.

"Sudahlah aku bolos siang ini, aku butuh ketenangan"

Aku meninggalkan mereka yang masih duduk diruang tamu. Mendadak hatiku menjadi hancur lebur. Kenapa Vi? Kenapa lo ngelakuin ini sama kita keluarga lo sendiri?

***

Haikal POV

Kamar luas bernuansa coklat yang telah lama aku tempati sejak Bunda menikah dengan Richard. Masih tersimpan dibenakku siapa Viona. Viona putri satu satunya Richard dan istri pertamanya. Gadis polos yang sangat cantik. Sayangnya aku tak pernah mau menjadi kakaknya. Aku hanya mau dia menjadi istriku. Tubuhnya sangat menggiurkan. Hingga akhirnya aku tak bisa mengendalikan diri, aku masuk kedalam kamarnya diam diam dan menerkamnya. Saat itu dia masih SMA berumur 16 tahun.

Setelah itu pun aku kembali menerkamnya saat kami hanya berdua didalam rumah. Dia yang tertidur disofa membuatku panas dan sesak. Kenapa dia harus menjadi adikku? Aku tak pernah mau mengakuinya sebagai adik karena dia adalah calon istriku.

Aku mencumbunya dan memaksanya masuk kedalam kamarku hingga insiden itu terjadi. Dimana aku memfitnahnya didepan Ayahnya sendiri, dan dia diusir oleh ayahnya sendiri atas perbuatanku. Jika aku tak melakukan itu aku tak akan selamat. Aku akan diusir dari kenikmatan rumah mewah ini. Bukan itu yang aku inginkan. Aku tak mau jatuh miskin untuk kedua kalinya.

Tak ada lagi yang menyebutkan namanya dirumah. Karena jika sampai ada yang membicarakannya Richard akan marah besar. Semua barang milik Viona dibawa ke gudang sedangkan kamarnya dikunci rapat tanpa ada yang memasukinya kecuali pekerja yang membersihkan kamarnya. Itu pun hanya dua minggu sekali.

Tiga tahun setelah itu semua berjalan normal tanpa ada Viona, saat itu aku ada di Luar Negeri. Ayah memintaku pulang hari itu juga. Aku tak tau ada masalah apa dirumah. Karena saat itu aku sedang liburan sendiri di Singapura.

Sampai dirumah semuanya memandangku aneh, tatapan kecewa ada disetiap mata yang memandangku. Hingga akhirnya aku tau permasalahannya. Mereka sudah mengetahui kebejatanku saat dulu. Ketakutanku selama ini terwujud. Ayah dan Bunda juga Kalva ada diruangan kerja Ayah menungguku. Mengintimidasi dengan tatapan mata mereka.

Seperti yang mereka ucapkan saat itu, mereka sangat kecewa terhadapku. Hingga akhirnya satu tahun mereka kembali bersikap biasa, sudah bisa menerimaku dalam keluarga mereka. Viona menghilang. Mereka tidak bisa menemukan Viona dua tahun terakhir. Jika Mereka belum pernah bertemu Viona lima tahun ini, siapa yang mengadukan perbuatanku pada Rich dan yang lain?

Aku syok bahkan tak mampu berkutik saat dua hari yang lalu aku bertemu dengannya lagi. Apa dia Viona yang dulu? Tapi kenapa dia tidak mengenaliku? Apa dia hanya pura pura?

Aku tak melihat kepura puraan diwajahnya tapi aku tau dia Viona itu. Viona bagian dari keluarga kami. Viona yang hidupnya aku hancurkan. Viona yang tubuhnya aku puja.

#

VionaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz