Delapan Belas

16.8K 795 11
                                    


Viona

aku benci situasi seperti ini. Aku memanG menjauhi mereka, tapi bukan berarti aku membenci mereka. Jujur aku rindu Rich yang menyayangiku sejak aku bayi, aku rindu Kalva yang selalu mengajariku apapun Dan aku rindu Sintia yang keibuan seperti bunda. Aku jadi merasa memiliki bunda lagi. Namun semua musnah hanya karena Haikal. Kelakuan bejad nya yang membuatku gila. Aku pikir semua akan berakhir setelah pengusiran waktu itu, namun semua hanya mimpi karena kini aku dihadapkan lagi dengan kenyataan yang lebih menggila dan lebih rumit. Mungkin kerumitan ini akan berakhir jika aku mengakhiri semuanya, jika aku membuka hati dan pikiranku. Melupakan masa lalu membuka lembar baru toh semua belum terlambat.

Ralat!!! Mungkin semua terlambat karena kini ayahku sendiri dalam bahaya. Namun tak ada yang tak mungkin di dunia ini kan?

Tuhan...

aku berjanji jika Ayah selamat, aku akan pulang kembali pada mereka. Namun jika ayah tidak selamat aku tak bisa memaafkan diriku sendiri karena belum sempat mengucapkan maaf.

Tuhan...

berikan aku ide brillian karena kini semua sudah terjadi. Walaupun aku naik satu lantai lagi itu tak memungkinkan untuk menyelamatkannya. ....

Aku berlari ke balkon lantai 14 dimana balkon atasnya adalah tempat terjatuhnya Rich. Aku menyaksikan sendiri Rich bergantungan disana. Jantungku remuk melihat adegan yang sangat sangat mengerikan. Tubuhku ikut remuk ketika melihatnya jatuh karena pegangan yang dia gunakan untuk menahan tubuhnya tak mampu menopang lebih lama. Rich jatuh melewatiku, aku mencoba menggapainya namun tak terjangkau, tanganku terlalu jauh.

Tuhan....

apakah ini hukuman untukku selama ini? Dengan melihat ayahku sendiri jatuh dari lantai 15??

Aku sudah cukup tersiksa selama ini Tuhan.. Jangan biarkan cobaan bertubi tubi datang padaku. Aku lelah. Aku tak sanggup lagi.

Mungkin ada sedikit kesempatan bagiku karena Rich berhenti di lantai 13. Berpegangan pada bambu disana. Bambu yang digunakan entah untuk apa oleh pekerja karena disekeliling dinding banyak bambu. Mungkin untuk mempermudah memplester dinding yang masih berantakan atau untuk mengecat dinding. Aku tak boleh terlambat kali ini.tidak boleh. Aku belum minta maaf padanya. Aku berlari menuruni tangga. Dimana orang orang? Kenapa tak ada yang menolong ayahku? Mereka ada dilantai dasar sepertinya. Meta sudah mengatur semuanya sehingga tak ada yang menolong Rich. Meta licik. Stelah ini akan kubunuh dia.

sampai di lantai 13 aku melihat tali besar yang cukup panjang. Mungkin aku bisa gunakan tali itu untuk membantu bawa Rich ke atas. Aku segera mengambilnya dan terus berlari di balkon mengikat tali itu kencang agar mampu menopang tubuhku karena Rich cukup jauh dari balkon dan tanganku tak mungkin sampai padanya. aku menengok ke bawah memastikan Rich masih disana. Satu tangannya terjatuh membuatku kalut.

"jangan lepas tanganmu dari bambu itu. Kau bisa jatuh" teriakku padanya. Dia mendongak menatapku, wajahnya pucat tubuhnya berkeringat.

"ayah tidak kuat Vi"

"bertahanlah atau kau tak akan ku maafkan Rich" teriakku lagi. Kali ini Rich menganggukkan kepalanya dan kembali memegang bambu dengan dua tangannya. Sepertinya dia sedang berusaha. Tali ini pendek ternyata. Aku turun dengan tali menuju Rich yang masih ditempatnya. Ini gila. Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya karena taruhannya adalah nyawa. kakiku berpijak pada dinding agar tanganku yang berpegang ke tali tak terlalu merasa berat. Sedikit lagi. Sedikit lagi aku sampai.

kakiku berpijak pada tiga bambu yang berjejer. Bambu yang digunakan Rich untuk menahan tubuhnya. Melepas tali yang mengikat pinggangku dan mengikatkannya pada pinggang Rich.

VionaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt