∞ bukan salah waktu

15.8K 1K 30
                                    

Mengerik sisa permen karet yang sudah mengeras di bawah meja kelasmu tanpa pernah kamu sadari dapat membuatmu belajar tentang satu hal, yaitu sehebat apa pun keahlian kamu dalam menghilangkannya, kamu tidak akan pernah bisa menghilangkan kenyataan bahwa pernah ada sisa permen karet di bawah meja itu. Sejarah itu ada, konkret.

Sama halnya dengan menghilangkan sosok orang yang pernah menjadi secuil bagian penting dari cerita hidup kita, apalagi di saat dia sudah merekat kuat dan mencengkram hatimu dengan kedua tangan kotornya, kamu membutuhkan keikhlasan dan kesabaran dalam proses tersebut. Yah, kamu tentu perlu waktu yang tidak cepat untuk merelakan kepergiannya. Namun nyatanya, segigih apa pun usahamu dalam melenyapkan bayang-bayangnya, tidak mungkin dapat menghapuskan fakta bahwa dulu kamu mencintainya. Tidak peduli sebesar apa pun rasa cintamu itu, kamu pernah terbiasa dengan suaranya, wajahnya, keegoisannya, maupun perhatiannya.

Hal inilah yang terjadi padaku. Dulu, aku terbiasa denganmu setiap waktu hingga lambat-laun pun, keberadaanmu menjadi sedekat denyut jantung. Lalu tiba-tiba saja semuanya berubah, begitu juga dengan kamu terhadapku. Entah siapa yang harus disalahkan, sebab jika aku harus lagi-lagi menyalahkan waktu, rasanya sungguh tak adil. Aku tidak ingin disebut sebagai orang yang tak bertanggung jawab atas segala tindakannya dan tidak menghargai waktu semasa kita masih bersama—perlu kamu ketahui bahwa aku (hampir) selalu menikmati setiap detiknya. Tapi memang benar kata orang, rasa itu timbul karena terbiasa bersama dan rasa itu juga akan padam bila kita sudah tidak terbiasa bersama lagi.

Word VomitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang