(14) getting out

26 7 2
                                    

Kelly Gibson

.

.

"Berjanjilah padaku untuk menemuiku di tempat parkir."

Suara Luke terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Jantungku berdetak dengan cepat seiring dengan langkah kakiku yang sudah kumaksimalkan kecepatannya. Untungnya, tidak ada Corpse yang menghalangi jalanku sejak tadi dan aku sampai di ruang perawatan dengan selamat.

"Kita harus segera pergi." Aku panik menatap Tom dan Ayah.

Mereka sudah sadar akan keributan di luar sana. Hiruk pikuk di ruang perawatan itu tidak terelakkan. Terlalu ramai sampai-sampai aku sendiri tidak tau apakah Tom dan Ayah bisa mendengar suaraku.

Aku mengemasi barang-barang milik Ayah. Sebenarnya aku agak khawatir dengan keadaan Ayah yang belum sembuh dengan sempurna. Sakitnya itu perlu waktu yang cukup lama untuk sembuh dan sayangnya saat ini kita tidak punya banyak waktu.

Ayah sudah meraih tongkatnya dan memasukkan pistol miliknya ke celana. Aku tidak protes. Aku mengerti kalau Ayah masih bisa menembak dan melindungi dirinya sendiri. Tidak ada waktu lagi untuk berdebat dengannya.

Tom sudah menggendong tas ransel. "Kau berjaga di belakang Ayah dan aku akan memimpin jalan."

Aku mengangguk cepat. "Kita harus pergi ke tempat parkir sekarang juga, aku tidak bisa membiarkan Luke menunggu kita lebih lama lagi."

"Luke?" Tom mengangkat sebelah alisnya.

"Iya. Kita akan pergi dengannya."

Tom memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi. Ia berjalan memimpinku dan Ayah. Di tangannya sudah ada pistol yang siap ditarik pelatuknya. Tom sudah sangat siaga dengan apa yang akan dihadapinya.

Kami keluar dari ruang perawatan dengan mulus. Jarak tempat parkir dan ruang perawatan sendiri tidak dekat. Masih banyak kemungkinan buruk yang bisa muncul di tengah perjalanan. Di sekitar, banyak orang yang berteriak sambil berlarian menyelamatkan diri. Aku sendiri mendengar jeritan tangis dari kejauhan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Kami terus berjalan. Akhirnya dari beberapa meter tempat parkir itu sudah terlihat. Tom menembakkan pistolnya ke arah Corpse yang sudah siap menutupi jalan kami. Ayah tertatih-tatih melangkah, belum terbiasa dengan tongkat jalannya.

Tiba-tiba dari samping ada yang mengagetkanku. Seorang Corpse muncul dan mengikutiku. Aku mendekati Corpse itu lalu menancapkan pisau ke kepalanya dan membantingnya ke tanah. Kemudian aku mengejar langkah kembali ke belakang Ayah.

Suara pistol Tom menarik perhatian para Corpse. Aku harus melindungi Ayah dari belakang meski banyak yang mengejar kami. Beberapa detik kemudian, muncul segerombolan Corpse di depan mataku. Aku membelakangi ayahku sambil menggenggam pisau dengan erat.

Seorang Corpse meraih bahuku. Dengan cepat aku menghentakkan tanganku dan menggorok lehernya sehingga darah menyemprot ke tubuhku. Hal itu tidak terlalu penting sekarang. Yang penting keselamatan Ayah. Tinggal sedikit lagi kami sampai.

Bruk!

Aku tersandung batu di tanah karena berjalan mundur dan tidak berhati-hati. Aku panik. Ayah sepertinya tidak sadar, begitu juga Tom. Mereka sudah mencapai tempat parkir dan aku masih di sini. Lima sampai sepuluh langkah lagi, aku sudah dalam jangkauan Corpse dan bisa habis jadi bangkai. 

Aku bangkit dari tempatku, mengabaikan rasa nyeri di kaki saat aku jatuh tadi. Corpse sudah semakin dekat. Senjataku hanyalah pisau, senjata jarak dekat. Tidak bisa kalau untuk dipakai melawan Corpse sebanyak ini. Aku butuh bantuan dan sekarang aku seorang diri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

outbreak (l.h.)Where stories live. Discover now