(7) surprise

109 18 1
                                    

Luke Hemmings 

.

.

Sepatuku beradu dengan lantai rumah sakit yang nekat kudatangi ini. Aku berusaha untuk tidak menciptakan suara yang mampu menarik perhatian mayat-mayat berjalan yang akan menghalangi jalanku. Untuk saat ini, untungnya, tidak ada Corpse yang berada di sekitarku dan rombonganku.

Aku terus bersiaga dengan senapanku yang kugenggam erat pegangannya dengan kedua tanganku. Kusapukan pandangan ke sekitar dan aku mengapresiasi Ollie dalam hati. Berkatnya, kami mampu melalui jalan yang sepi dari Corpse ini. Setidaknya, aku tidak perlu membuang tenagaku terlalu cepat.

Percakapanku dan Kelly sebelumnya tidak berlanjut. Kelly masih berjalan di depanku, mengikuti langkah kaki kakaknya. Ia pun tidak menengok ke belakang untuk melihatku. Mungkin karena ia pikir sudah ada aku yang berjaga di belakang jadi ia tidak perlu memperhatikan bagian belakang. Lagipula, ia masih bersiaga dengan memandang ke sekelilingnya saat ia berjalan.

Kami sudah sampai di bagian koridor yang akan berujung pada lobi gedung. Terdengar banyak erangan dari Corpse yang berasal dari arah lobi gedung. Kalau kami mengikuti koridor di depan kami, itu sama saja dengan bunuh diri. Tapi Ollie tetap memimpin kami menyusuri koridor itu.

Sebelum kami mampu mencapai lobi di lantai dasar, kami bertemu satu pertigaan yang menghubungkan koridor itu dengan lorong lain dan aku bisa melihat ada sebuah anak tangga yang berada di ujung lorong itu.

"Ollie, kupikir kita seharusnya naik dari sana saja." ucapku sambil menunjuk ke ujung anak tangga yang terlihat.

Ollie memutar kepalanya ke arahku lalu melongok ke ujung lorong di samping kanan kami. "Sepertinya ide bagus, kupikir tangganya hanya ada di lobi." Seusai ucapan Ollie tersebut, sesosok Corpse menghampiri kami dari lorong itu secara perlahan-lahan.

Ollie berlari menerjang Corpse itu dan segera menikam pisaunya ke kepala Corpse tersebut. Dia berbalik ke arah kami lalu menyeringai, "Kalian tahu kan kalau harus menyerang kepala?"

Kelly dan Tom hanya mengangguk. Tom sudah menyiapkan belatinya di tangan sementara Kelly masih dengan tangan kosong. Aku bertanya-tanya dalam hati, kapan gadis ini akan memakai pisau dariku?

Sebelum pertanyaanku terjawab, sudah tersusul lebih dulu dengan teriakan dari Kelly, "Ollie! Awas!"

Rupanya lebih banyak Corpse yang datang kali ini. Mereka muncul dari ruangan-ruangan di balik pintu di lorong tersebut. Aku sudah siap dengan busur dan anak panahku. Kami semua berjalan mendekat ke arah Ollie.

Aku bertukar posisi dengan Ollie, kini aku sudah berdiri di barisan depan. Senjataku adalah senjata jarak jauh jadi lebih berguna untuk di depan karena mampu menjangkau Corpse yang menghalangi jalan kami.

Corpse yang jumlahnya tak terhitung terus mendesak kami dari segala arah. Panahku melesat ke salah satu Corpse wanita berbusana perawat. Kudengar makin banyak tubuh yang berjatuhan dari belakang. Kelly berdiri di belakangku dan anehnya dia diam saja. Seketika, tujuanku berubah. Aku harus membawa gadis ini dengan aman, ia pasti belum menggunakan pisauku.

Kami pun berlari setelah menghabisi semua Corpse yang ada di lorong. Napasku masih tidak teratur saat sudah tiba di lantai yang cukup tinggi. Ollie memberhentikan kami di lantai tiga walaupun sebenarnya masih ada lantai yang lebih tinggi.

"Kenapa kita hanya sampai di lantai tiga?" tanyaku setelah kembali bernapas dengan normal.

Tom yang menjawab. "Ayahku tidak terlalu suka ketinggian dan kupikir dengan tenaganya yang sangat kurang akibat melawan Corpse ia tidak akan berada sejauh itu."

outbreak (l.h.)Where stories live. Discover now