(11) drawings

139 8 3
                                    

Luke Hemmings

.

.

Aku dan Kelly langsung mengambil obat yang dibutuhkan saat sudah berada di dalam rumah.

Lebih tepatnya, Kelly meminta untuk membawa semua obat yang ada. Tidak ada waktu lagi untuk mencari karena kami takut dikejar oleh para Corpse. Memang mereka masih jauh tapi lebih baik berjaga-jaga dan tidak membuang waktu terlalu lama di dalam sini. Kelly juga tidak berniat berlama-lama.

Kelly tidak bicara apa-apa sejak kami masuk ke rumahnya. Aku juga tidak mau bertanya apapun tentang rumah Kelly. Keadaannya sedikit tegang karena pemandangan Corpse tadi. Aku hanya mengekor di belakang Kelly sampai masuk ke sebuah kamar. Dari dekorasinya, kelihatannya ini kamar Tom.

"Bawa semua obatnya?" tanyaku mencoba mengajak Kelly bicara sambil membaca beberapa tabung tertutup berisi kapsul di dekatnya.

Kelly membersihkan semua yang ada di rak di sampingku dengan memasukkan semua barang yang ada di sana ke dalam tas. "Aku rasa lebih cepat begitu, obat yang kubutuhkan sudah masuk tapi sebaiknya kita bawa saja untuk kebutuhan kita sendiri. Kembali ke sini lain waktu kurasa bukan ide bagus."

Dia benar, lebih baik tidak datang ke tempat ini lagi. Aku tahu sebenarnya dia ingin datang lagi ke rumahnya, sama sepertiku saat tiba ke rumahku sendiri. Saat di pintu depan tadi, Kelly sempat diam sebentar sampai aku harus menegurnya. Seperti ada yang muncul begitu saja mengganggu konsentrasinya saat melihat rumahnya lagi.

Ia benar-benar memasukkan semua obat yang ada di sana ke dalam tas yang sudah kubawa sejak tadi. "Luke, kau coba cari tongkat ketiak untuk orang pincang. Kau tahu kan bentuknya?" tanya Kelly sembari menutup tas.

Aku mengangguk. "Ada lagi yang harus kuambil?"

"Rasanya tidak ada. Ambil saja di kamarku. Pintu pertama setelah tangga."

Kemudian aku melesat menaiki anak tangga. Tanganku masih membawa crossbow dan aku menyiagakannya. Kubuka pintunya perlahan, sebisa mungkin tidak menimbulkan kegaduhan. Pendengaranku mendadak menajam, tapi yang kudengar hanya suara berisik dari detak jantungku. Berdebar di tempat sunyi itu.

Kelihatannya tempat ini aman.

Aku masuk ke dalam kamar, masih mengangkat busur. Aku berkeliling dalam kamar itu. Kamar bercat hijau muda dengan beberapa sketsa dari pensil menghiasi dindingnya. Aku mengamati sketsa itu, menurunkan busur yang kubawa.

Sketsa itu terlihat seperti nyata. Wajah-wajah orang terkenal memenuhi kertas dan di pojok kertas ada tulisan tangan dari sang pembuat. Aku mendekat membaca nama yang tertera di sana. Kelly Gibson. Ini gambar Kelly. Semuanya buatan tangan Kelly.

Tersadar aku terlalu lama terpesona dengan hasil karya Kelly, aku kembali memfokuskan pikiran lagi. Tujuanku ke sini adalah untuk mencari tongkat ketiak. Tongkat bantu jalan untuk ayah Kelly.

Akhirnya tongkat itu bisa kutemukan di dekat lemari pakaian Kelly. Di antara meja belajar dan lemari pakaiannya. Aku melihat sekilas ada iPod di atas meja. Warnanya hitam, hampir saja aku melewatkannya. Karena penasaran, aku membuka alat pemutar musik itu. Tebakanku benar, itu milik Kelly.

Aku akan membawanya. Siapa tahu Kelly senang kalau aku membawa ini. Aku mengambil beberapa kertas di atas meja. Kertas berisi gambar yang belum selesai. Aku ingin bertanya lebih banyak pada Kelly.

Belum puas aku menjelajahi kamar Kelly, aku mendengar keributan dari lantai bawah. Dengan cepat aku keluar dan melongok dari dekat tangga. Kelly sedang sibuk dengan pintu, kelihatannya itu pintu kamar mandi. Sebuah kepala Corpse tiba-tiba muncul dari pintu.

outbreak (l.h.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang