Semua Demi Orang Tercinta

48 6 2
                                    

"Jane ...," Marry berlari memeluk Jane sambil menangis. “Mama, Jane. Mama ....”

“Sshh! Tenangkan dirimu. Mama Rossane sudah ditangani oleh dokter. Semua akan baik-baik saja,” hibur Jane membelai pundak sahabatnya.

“Tapi ... tapi bagaimana dengan biaya rumah sakit ini, Jane? Aku tidak punya uang, isak Marry dengan airmata berjatuhan.

"Aku punya. Jadi jangan kuatir soal itu, okey?"  jawab Jane kering.

Marry terdiam sesaat. Kemudian dia menarik dirinya dan menatap Jane. "Biaya rumah sakit ini bukan sedikit, Jane! Jadi jangan bercanda."

"Aku serius."

Marry menatap tajam ke muka Jane. "Kau serius punya uang? Bagaimana kau bisa punya uang? Apa kau menjual narkoba? Atau ... kau tidak menjual dirimu, kan?"

Plak!

Jane menepuk pipi Marry pelan. "Itu untuk pikiran burukmu!"

Marry mengelap airmatanya dengan punggung tangan. "Trus, dari mana uangmu? Kau jangan mencuri, Jane! "

“Tentu saja tidak! Astaga! Dari tadi kau berpikir yang bukan-bukan saja. Dengar ya, aku punya pekerjaan baru sekarang,” jawab Jane berusaha terlihat tenang. Lalu ia menceritakan apa yang telah ia tanda tangani kemarin pagi. Bahwa ia akan segera menikah dan menetap di sebuah rumah mewah, persis seperti Cinderella yang miskin mendadak berubah menjadi kaya raya.

“A-apa, Jane? Apa?” Marry menutup mulutnya sambil menggeleng tak percaya. Matanya membulat menatap Jane.

"Kita perlu uang untuk biaya Rossane, Marry. Dan hanya inilah satu-satunya cara untuk mendapatkan uang itu,” jelas Jane menghela napas berat. Baginya, Rossane Neilson, Ibunda Marry, sudah seperti Ibunya sendiri. Tidak akan dibiarkannya wanita itu menderita karena radang paru-parunya yang kembali menyerang.

“Aku tidak setuju!” Marry menggeleng keras. Kau sudah gila atau apa? Menjadi pengantin bohongan itu hanya ada di masa kecil kita, Jane. Permainan saat kita masih anak-anak. Sekarang kita sudah dewasa. Berhentilah bermimpi!”

"Tapi ini memang bukan mimpi. Ini kenyataan.”

"Aduh, Jane. Kenapa kau mau saja mengikuti permainan orang kaya? Bagaimana kalau kau terjebak di dalamnya dan menderita? Siapa yang bisa menjamin kalau kau akan baik-baik saja? Kau sudah cukup banyak mengalami kesulitan selama hidupmu, Jane."

“Artinya aku sudah kebal, kan?”

"Tapi kau belum mengenal mereka. Kau sudah melihat laki-laki yang akan menikahimu?"

Jane menggeleng. "Belum."

"Astaga! Bagaimana kalau dia gila? Atau maniak? Atau suka memukuli wanita?"

“Ya, ampun!”

“Trus, bagaimana kalau calonmu itu gendut seperti gajah? Bagaimana kalau dia botak? Atau pendek? Atau jelek?"

Jane diam sejenak. Ia ingat dengan perkataannya saat Henry dan Isabel Williams menawarkan perjanjian pernikahan yang harus ditandatanganinya. Saat itu ia menanyakan apakah anak pasangan kaya itu menderita sakit atau cacat sehingga tidak dapat mencari jodohnya sendiri. Sekarang Jane merasakan kebenaran kata-kata Marry. Bahwa ia tidak memikirkan sama sekali dampak dan akibat dari pernikahannya kelak. Jika apa yang dikatakan Marry sebagian saja benar, bahwa pria yang akan menikahinya seorang temperamental dan suka memukul wanita, bisa kiamat dia! Kenapa dia tidak memikirkan hal itu sebelumnya? Apa dia sedikit terbuai dengan jumlah nominal yang ditawarkan oleh pasangan orang kaya tersebut?

Rekayasa PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang